Sekte Kekaisaran Abadi, yang telah berdiri selama ratusan juta tahun, dihancurkan oleh para Dewa Penguasa Galaksi karena dianggap melampaui batas yang diperbolehkan. Pemimpinnya, Taixuan Dijing, menantang langit dan memimpin perlawanan sengit, tetapi bahkan kekuatannya tak mampu menahan murka Sang Dewa Pencipta.
Dalam satu genggaman, sektenya lenyap. Dipenuhi amarah dan dendam, Taixuan Dijing bertarung hingga titik darah penghabisan sebelum akhirnya gugur. Namun, sebelum mati, ia bersumpah bahwa suatu hari nanti, bahkan langit itu sendiri akan dihancurkan.
Di luar cakupan para dewa, sesuatu pun mulai bangkit dari kehampaan…
SETIAP HARI UPDATE BAB:
- 07.00 WIB
-16. 00 WIB
-18. 00 WIB
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Axellio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5 MENUNDUKAN BINATANG KUNO
Taixuan Dijing menatap lurus ke arah sepasang mata emas yang bersinar dalam kabut pekat itu. Aura naga begitu menindas, membawa tekanan yang cukup untuk membuat makhluk biasa lumpuh ketakutan. Namun, ekspresi Taixuan Dijing tetap tenang, bahkan ada sedikit senyuman di sudut bibirnya.
"Jadi, kau yang disebut Naga Hitam Penjaga Waktu? Aku mengira sosok sepertimu akan lebih... mengesankan."
Dari dalam kabut, suara rendah penuh kekuatan terdengar, menggema di seluruh lembah.
"Makhluk kecil, apakah kau datang untuk menyerahkan nyawamu? Atau kau hanya sekadar ingin mencari mati lebih cepat?"
Taixuan Dijing mendengus pelan, melipat tangannya di belakang punggungnya. Dia mengangkat kepalanya sedikit, menatap langsung ke arah kabut tanpa sedikit pun rasa gentar.
"Menyerahkan nyawa? Hmph, apakah kau berpikir aku datang ke sini tanpa persiapan?"
Kabut semakin berputar liar, dan suara deru napas naga terdengar berat. Jelas, makhluk itu tidak senang dengan sikap santai lawannya.
"Keberanianmu memang besar, manusia. Tapi apakah kau tahu dengan siapa kau berhadapan? Aku telah ada jauh sebelum peradaban manusia pertama kali mengenal api. Aku adalah penjaga waktu, sang penguasa kehampaan yang bahkan para leluhurmu pun akan berlutut ketakutan di hadapanku!"
Taixuan Dijing hanya mengangkat alis, seperti mendengar cerita lama yang membosankan.
"Benarkah? Jika kau memang seagung itu, kenapa aku bahkan tidak pernah mendengar namamu sebelumnya?"
Seketika, guntur bergemuruh di langit. Kilatan cahaya melesat di antara awan gelap yang bergulung-gulung, seakan langit sendiri merespons kemarahan sang naga. Tanah di bawah kaki Taixuan Dijing mulai retak, seakan tak sanggup menahan energi yang meluap dari keberadaan makhluk purba itu.
Naga Hitam menggeram marah, suaranya seperti ribuan gemuruh badai yang bergulung-gulung dalam lembah. Setiap hembusan napasnya menggetarkan udara, membuat pepohonan di sekeliling berderit keras, beberapa bahkan tercabut dari akarnya.
"Beraninya kau meremehkanku, manusia rendah!"
Saat kata-kata itu keluar, tekanan waktu mulai bekerja. Udara di sekeliling mereka berubah, menciptakan distorsi aneh di mana gerakan terasa lambat dan cepat sekaligus. Suara-suara dari dunia luar menghilang, seakan terhisap dalam kehampaan. Batu-batu di sekitar mulai terangkat perlahan, berputar di udara seakan ditarik oleh kekuatan yang tak kasat mata.
Namun, di tengah semua itu, Taixuan Dijing tetap berdiri tegak. Tidak ada rasa gentar dalam matanya, hanya ketertarikan yang semakin mendalam.
"Menyedihkan..." katanya sambil menghela napas.
"Apa katamu?!"
"Aku bilang ini menyedihkan. Makhluk dengan kekuatan sehebat ini, namun hanya bisa bersembunyi di balik kabut dan ancaman kosong. Aku datang ke sini bukan untuk mendengar kisah kejayaan masa lalu, melainkan untuk melihat apakah kau benar-benar pantas disebut sebagai penguasa hutan ini."
Tiba-tiba, tekanan dari Naga Hitam semakin meningkat. Ruang di sekitar Taixuan Dijing mulai bergetar hebat, seakan batasan antara waktu dan realitas mulai terdistorsi. Cahaya dari mata sang naga berubah lebih intens, berkedip-kedip seolah ada sesuatu yang bangkit dari dalam dirinya.
Saat itu juga, dari balik kabut yang pekat, sesosok bayangan raksasa mulai tampak lebih jelas. Sisik hitam berkilau seakan terbuat dari obsidian, dengan garis-garis cahaya emas yang berdenyut di sepanjang tubuhnya. Sepasang sayap besar yang nyaris tak terlihat membentang, menciptakan gelombang energi yang mengguncang sekeliling. Naga Hitam akhirnya menunjukkan wujudnya yang sesungguhnya.
Sekilas, Taixuan Dijing dapat melihat ukiran-ukiran aneh di sepanjang sisik naga itu—rune-rune kuno yang tampaknya berdenyut mengikuti ritme kekuatan waktu itu sendiri. Setiap simbol tampak hidup, memancarkan cahaya yang tak pernah tetap dalam satu warna, bertransisi antara emas, ungu, dan biru kehampaan.
Naga Hitam menyeringai, memperlihatkan gigi-giginya yang tajam bagai bilah pedang.
"Kau terlalu banyak bicara, manusia. Jika kau ingin membuktikan sesuatu, maka tunjukkan dengan tindakan."
Sekejap kemudian, angin berputar liar di sekeliling mereka. Dengan sekali kepakan sayapnya, Naga Hitam mengirimkan gelombang energi yang cukup untuk meruntuhkan gunung. Namun, alih-alih mundur, Taixuan Dijing justru tersenyum lebih lebar.
Dengan langkah santai, dia maju beberapa langkah ke dalam kabut, mendekati sumber kekuatan itu tanpa sedikit pun ketakutan.
"Menarik... Tapi masih jauh dari cukup untuk membuatku tertarik."
Saat kata-kata itu terucap, kilatan cahaya berpendar dari telapak tangannya, menciptakan lingkaran simbol yang berputar cepat di sekelilingnya. Rune-rune kuno bersinar, memancarkan kekuatan yang mampu menantang bahkan waktu itu sendiri.
Lembah yang sunyi kini menjadi panggung pertarungan dua entitas yang sama-sama menolak tunduk. Dan malam itu, bintang-bintang seakan bersiap menyaksikan legenda baru yang akan tercipta.
Taixuan Dijing berdiri tegak di tengah pusaran energi liar yang ditimbulkan oleh kepakan sayap Naga Hitam. Rambut peraknya berkibar, jubah panjangnya bergetar seiring dengan hempasan badai magis yang merobek langit dan tanah. Namun, di balik semua kekacauan ini, ekspresinya tetap tenang. Seolah angin topan yang mengamuk di sekelilingnya hanyalah semilir angin sepoi-sepoi yang tak berarti.
"Jadi ini kekuatan yang kau banggakan?"
Nada suaranya santai, bahkan hampir mengejek. Ia melangkah ke depan tanpa terburu-buru, seakan sedang berjalan santai di taman pada sore hari. Setiap langkahnya seolah meresapi keberadaan dunia, menggetarkan udara dan mengukir ketakutan yang tak terlihat.
Di hadapannya, Naga Hitam meraung marah. Suaranya mengguncang lembah, menggema hingga ke langit. Getaran dari suaranya saja sudah cukup untuk menghancurkan batu-batu besar dan membuat tanah bergetar.
"Makhluk kecil! Kau berani mengolok-olokku?!"
Bersamaan dengan suara menggelegarnya, cakar tajam sang naga berkedip di udara, menciptakan retakan spasial di sekitarnya. Setiap jentikan cakarnya mengandung kekuatan untuk merobek realitas, membuat ruang di sekelilingnya bergetar dan retak seperti kaca yang hampir pecah. Dengan kecepatan yang tak terbayangkan, cakar itu meluncur ke arah Taixuan Dijing, cukup untuk merobek dimensi itu sendiri.
Namun, seolah meremehkan serangan tersebut, Taixuan Dijing hanya mengangkat satu jari. Dalam sekejap, ruang di antara mereka bergetar dan melengkung, seakan tunduk pada perintahnya.
"Aku hanya ingin tahu apakah kau benar-benar sekuat yang kau klaim."
CLANG!
Cakar yang seharusnya membelah dunia itu berhenti di udara, hanya beberapa inci dari wajah Taixuan Dijing. Kilatan energi menyebar dari titik kontak, menciptakan riak yang mengguncang angkasa. Namun, wajah Taixuan Dijing tetap tidak berubah. Matanya yang keemasan memancarkan ketidakpedulian yang tajam, seolah kehadiran naga itu sendiri tidak lebih dari gangguan kecil.
"Terlalu lambat."
Naga Hitam terperanjat. Untuk pertama kalinya dalam ribuan tahun, ia merasakan sesuatu yang asing—kelelahan, ketidakberdayaan. Ia segera mundur beberapa langkah, mengibaskan ekornya dengan kekuatan luar biasa, menciptakan gelombang kehancuran yang menghempaskan gunung-gunung di sekitarnya. Pohon-pohon tumbang, lembah yang dulunya kokoh mulai runtuh.
Namun, saat debu dan reruntuhan menghilang, sosok Taixuan Dijing masih berdiri di tempatnya. Tanpa bergerak sedikit pun.
"Ini membosankan."
Sekelilingnya berubah. Tekanan yang tak terbayangkan turun dari tubuh Taixuan Dijing, seolah langit dan bumi sendiri tak sanggup menahan keberadaannya. Tanah di bawahnya merekah, langit tampak bergetar, seakan seluruh dunia menahan napas di hadapannya. Aura yang bahkan lebih mengerikan dari naga itu sendiri menyelimuti lembah, membuat udara menjadi berat dan sulit dihirup.
Naga Hitam tercekat. Jantungnya berdegup kencang, sebuah sensasi yang hampir asing baginya. Ketakutan.
"Tidak mungkin... Kau..."
Namun, sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, sebuah tangan sudah terulur ke arahnya. Dalam satu gerakan, cepat dan tak terbendung, Taixuan Dijing mencengkeram leher Naga Hitam, menariknya turun dari langit yang tinggi.
"Aku bertanya-tanya apakah kau cukup pantas menjadi pelindung sekteku... Tapi sekarang, aku mulai ragu."
Dengan santai, ia mengangkat naga raksasa itu ke udara, seolah-olah hanya mengangkat seekor burung kecil. Mata Taixuan Dijing menyipit, ekspresinya tetap santai, tetapi auranya cukup untuk mengguncang dimensi di sekitar mereka. Ruang di sekitar mereka mulai runtuh dalam distorsi aneh, seolah realitas itu sendiri takut kepada pria ini.
Naga Hitam meraung, berusaha melepaskan diri, tetapi kekuatan yang mencengkeramnya bagaikan rantai tak terlihat yang mengikatnya dalam dimensi lain. Sayapnya mengepak liar, menciptakan badai yang menghancurkan apa pun di sekitarnya. Namun, tidak peduli seberapa keras ia berusaha, tidak ada yang bisa mengubah nasibnya.
"Aku akan memberimu pilihan."
Taixuan Dijing berbicara dengan nada tenang, tetapi otoritas dalam suaranya tak bisa ditolak.
"Jadilah penjaga sekteku, tunduk di bawah namaku, dan aku akan memberikanmu kekuatan yang melampaui apa yang pernah kau bayangkan. Atau..."
Ia mengencangkan cengkeramannya, menyebabkan tubuh Naga Hitam bergetar hebat. Udara di sekitar mereka semakin berat, seolah waktu sendiri berhenti.
"Atau kau bisa memilih untuk musnah di tempat ini."
Naga Hitam terdiam. Selama ribuan tahun ia berkuasa, tak ada yang pernah memperlakukannya seperti ini. Ia adalah penguasa langit, makhluk yang ditakuti oleh para dewa dan manusia. Namun sekarang, di hadapan makhluk yang bahkan lebih menyeramkan darinya, ia hanya memiliki dua pilihan: tunduk atau hancur.
Cakar-cakarnya yang tajam menegang. Mata merah menyala itu bergetar dengan ketidakpercayaan, harga diri yang telah dibangun selama berabad-abad kini hancur dalam sekejap.
Taixuan Dijing menghela napas, seolah hasil dari pertarungan ini sudah diprediksi sejak awal.
"Aku tidak suka membuang waktu."
Ia melepaskan cengkeramannya. Tubuh raksasa Naga Hitam jatuh ke tanah dengan dentuman besar, menciptakan kawah yang menghancurkan sebagian besar lembah.
Naga Hitam tetap diam di tempatnya, bukan karena tidak mampu bergerak, tetapi karena pikirannya sedang berperang dengan dirinya sendiri. Haruskah ia terus bertarung, meski tahu hasil akhirnya? Atau akankah ia melakukan sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam benaknya—tunduk?
Taixuan Dijing menatapnya, mata keemasannya memancarkan ketenangan abadi. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi, hanya menunggu keputusan yang sudah pasti.
Dan akhirnya, dalam keheningan yang berat, Naga Hitam menundukkan kepalanya. Gerakan kecil, tetapi memiliki makna yang luar biasa.
Sang naga telah membuat pilihannya.
"Aku Setuju "
Setelah Naga Hitam Penjaga Waktu menundukkan kepalanya, Taixuan Dijing menatapnya dengan tatapan tajam. Ia tahu bahwa ini baru permulaan. Masih ada tiga makhluk lain yang harus ia taklukkan untuk menyelesaikan misinya.
"Baiklah, Naga Hitam. Mulai saat ini, kau adalah penjaga sekteku. Namun, tugasmu belum selesai. Kau akan membantuku menundukkan makhluk-makhluk lain di hutan ini."
Naga Hitam mengangkat kepalanya, matanya yang berkilauan penuh dengan pertimbangan. Namun, akhirnya ia mengangguk pelan.
"Aku akan mengikuti perintahmu, Penguasa Sekte Kekaisaran Abadi."
Tanpa membuang waktu, Taixuan Dijing melangkah ke dalam kehampaan dan menghilang, Naga Hitam pun mengikuti di belakangnya. Target berikutnya sudah ditandai oleh sistem: Serigala Bintang Tujuh.
Dalam sekejap, mereka telah tiba di sebuah dataran luas yang dipenuhi oleh cahaya bintang. Di tengahnya, seekor serigala raksasa berdiri dengan tujuh mata menyala terang. Aura yang dipancarkan dari tubuhnya membuat ruang di sekitarnya bergetar. Serigala itu menatap Taixuan Dijing dengan tatapan tajam sebelum menggeram.
"Manusia, aku tidak peduli siapa dirimu. Kau tidak berhak menginjak wilayahku."
Taixuan Dijing tersenyum ringan. "Oh? Aku tidak meminta izin. Aku datang untuk menjadikanmu bagian dari sekteku."
Serigala itu mendengus dan dalam sekejap tubuhnya menghilang, berubah menjadi bayangan yang berkelebat di antara bintang-bintang. Kecepatannya begitu tinggi sehingga bahkan Naga Hitam pun kesulitan melacaknya. Namun, Taixuan Dijing tetap diam di tempatnya. Saat Serigala Bintang Tujuh muncul kembali tepat di belakangnya, cakarnya siap menebas, Taixuan Dijing hanya mengangkat satu jari.
"Bekukan."
Waktu di sekeliling serigala itu berhenti. Tubuhnya yang seharusnya bergerak dengan kecepatan tak terbendung kini terdiam di udara. Mata-mata serigala itu melebar dalam keterkejutan.
"K-Kau...?!"
Taixuan Dijing menatapnya dengan santai. "Kecepatanmu memang luar biasa, tapi sia-sia jika tidak bisa menembus batas waktu."
Dengan satu sentuhan, serigala itu jatuh ke tanah, tidak mampu bergerak. Setelah beberapa saat, ia menghela napas berat dan menundukkan kepalanya.
"Aku mengerti... Mulai saat ini, aku akan menjadi bagian dari sektemu."
Setelah menaklukkan Serigala Bintang Tujuh, mereka bergerak ke gunung tertinggi di hutan itu. Di sana, di atas puncak yang menjulang, Kera Emas Nirwana duduk bersila, tubuhnya dipenuhi oleh aura keemasan yang kuat. Saat mereka tiba, kera itu membuka matanya dan tertawa keras.
"Hahaha! Aku telah lama menunggu seseorang yang cukup kuat untuk menantangku!"
Taixuan Dijing tersenyum tipis. "Aku bukan datang untuk bertarung. Aku datang untuk membuatmu tunduk."
Kera itu mengangkat tinjunya, aura di sekitarnya mulai bergetar. Gunung di bawahnya hampir runtuh hanya karena tekanan dari keberadaannya.
"Jika kau ingin aku tunduk, kau harus membuktikan bahwa kau layak menjadi pemimpinku!"
Tanpa menunggu jawaban, ia menghantamkan tinjunya ke arah Taixuan Dijing. Pukulan itu cukup kuat untuk menghancurkan gunung dan langit. Namun, sebelum tinju itu mengenai, Taixuan Dijing hanya mengangkat tangannya dan menangkapnya dengan dua jari.
"Lemah."
Kera Emas Nirwana terkejut. Tinjunya yang bisa menghancurkan gunung seakan tidak berarti di tangan pria ini. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa kecil. Setelah beberapa saat, ia menghela napas panjang dan menundukkan kepalanya.
"Baiklah... Aku akan menjadi bagian dari sektemu."
Target terakhir mereka adalah Phoenix Hantu Merah Darah, yang bertengger di tengah kawah berapi. Saat mereka tiba, burung api itu membuka matanya, sayapnya yang merah menyala berkibar, menciptakan badai api di sekelilingnya.
"Manusia, kematian dan kebangkitan adalah bagian dariku. Apa yang bisa kau lakukan terhadapku?"
Taixuan Dijing tersenyum kecil. "Sederhana saja. Aku tidak akan membunuhmu. Aku akan membuatmu tunduk."
Phoenix itu tertawa mengejek sebelum meluncur ke langit, berubah menjadi bola api raksasa yang jatuh ke arah mereka. Api itu cukup kuat untuk membakar dimensi itu sendiri. Namun, Taixuan Dijing hanya mengangkat satu tangan.
"Padam."
Sekejap, api yang membakar langit itu lenyap. Phoenix itu terjatuh ke tanah, matanya melebar karena keterkejutan.
"Bagaimana mungkin...?!"
Taixuan Dijing berjalan mendekatinya. "Kebangkitan adalah bagian dari keberadaanmu. Tetapi aku tidak peduli seberapa banyak kau bangkit, aku bisa menjatuhkanmu lagi dan lagi. Jadi, apakah kau akan tunduk sekarang, atau haruskah aku terus mengulanginya?"
Phoenix itu terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menundukkan kepalanya.
"Aku mengerti... Mulai saat ini, aku adalah bagian dari sektemu."
Dengan tunduknya keempat makhluk kuno itu, penaklukan di Hutan Asal Usul akhirnya selesai. Taixuan Dijing menatap mereka dengan mata puas.
"Mulai sekarang, kalian bukan hanya makhluk kuno yang berkeliaran di hutan ini. Kalian adalah pelindung Sekte Kekaisaran Abadi."
Keempat makhluk itu menundukkan kepala mereka sebagai tanda kesetiaan. Dengan ini, kekuatan sekte telah mencapai tingkat yang bahkan para dewa pun akan gentar menghadapinya.
Dan ini hanyalah permulaan dari legenda yang akan mengguncang dunia.