Remake dari karya berjudul Emas yang belum lama di rilis dan karya teman penguasa berlengan satu yang sudah di drop.
Kisah seorang pria yang selalu di hina akibat dia hanya memiliki satu lengan. Dia di khianati istri yang sewaktu smp di tolongnya sampai mengorbankan lengannya. Mertua dan iparnya menganggap dia sampah karena dia sering di pecat karena kondisi nya.
Dia sempat berpikir mengakhiri hidupnya dan di tolong, dia mendapat lengan bionik karena kebetulan dan sempat mau di bunuh oleh selingkuhan istrinya, namun di saat kondisinya sudah kritis, lengan bionik nya malah menolongnya dan memberinya kekuatan untuk mengubah nasib. Bagaimanakah kisah perjalanan hidup baru nya ?
Genre : Fiksi, fantasi, drama, komedi, supranatural, psikologi, menantu terhina, urban.
100 % fiksi, murni karangan author. mohon like dan komen nya ya kalau berkenan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
Selesai memberikan berkas kepada Kate, Mark kembali turun ke lobi karena dia berniat pulang ke rumah nya, namun rasa penasaran menghantui dirinya, dia tahu persis di mana letak ruangan tempat tujuan Hiro sebelumnya, akhirnya dia mengutamakan rasa penasaran nya dan melangkah menuju ke ruang tempat Hiro berada.
Setelah sampai, terlihat Hiro, Vania, Bara dan Desi masih di dalam, di dampingi beberapa dokter forensik dari kepolisian. Mark hanya mengintip melalui pintu, namun Hiro melihat dirinya dan langsung menghampiri pintu. Dia membukakan pintu untuk Mark dan mempersilahkan Mark masuk ke dalam.
Ketika di dalam, terlihat Vania sedang di tanya tanya oleh Bara dan Desi mengenai alibinya, terlihat wajah Vania nampak kesal sekali dan melipat kedua tangannya, dia nampak ingin segera mengakhiri percakapan nya dan menjawab dengan malas malasan. Hiro dan Mark hanya memperhatikan dari jarak yang tidak terlalu jauh namun juga tidak terlalu dekat.
“Menurut dokter forensik, melihat dari potongan tubuh korban yang sudah jelas di bunuh, terjadinya sekitar satu setengah minggu sampai dua minggu lalu dan dari tadi ibu itu sepertinya bingung dirinya di mana saat itu,” ujar Hiro.
“Hmm begitu ya,” balas Mark santai.
“Saya heran, kenapa dia terlihat santai seperti itu ya, padahal suaminya meninggal dengan cara yang mengenaskan dan tragis, aku sama sekali tidak mengerti apa mau wanita itu ?” tanya Hiro.
Mark tidak menjawab, dia hanya tersenyum simpul, walau dia sudah move on, namun melihat Vania yang nampak santai seakan akan tidak perduli kalau Marlon si buntung sudah meninggal, dadanya terasa seperti tersengat sesuatu dan jantungnya berdegup walau tidak kencang. Tapi dia juga merasakan lega, karena pada akhirnya dia benar benar mengetahui kalau Vania tidak pernah mencintai dirinya sama sekali dan ucapannya dia menikahi dirinya hanya untuk membalas budi karena di tolong, benar adanya.
Mark tidak merasakan apa apa, tidak sedih, tidak dendam tapi juga tidak senang, dia terlihat biasa saja dan dingin, dia malah merasakan ada kedamaian hinggap di dadanya, seakan akan Vania benar benar sudah keluar dari dalam dirinya tanpa ada sisa sama sekali. Matanya menatap Vania dan dia melihat sosok seorang wanita yang sama sekali tidak dia kenal.
“Hmm biarkan jadi urusan polisi saja dok, saya permisi dulu ya,” ujar Mark.
“Oh baik, saya mau tidak mau harus mendampingi mereka, kapan mulai efektif bekerja dok ?” tanya Hiro.
“Menurut bu Kate katanya dua hari lagi dok, karena hari ini dan besok, mereka menyiapkan berkas berkas untuk saya tanda tangani sewaktu hari pertama saya masuk, saya kesini hanya memberikan berkas pribadi saya,” ujar Mark.
“Syukurlah dok, selamat datang di rumah sakit Dirgantara, mohon kerjasama nya,” ujar Hiro menunduk sambil menjulurkan tangannya.
Mark menjabat tangan nya dan berbalik, dia melangkah keluar dengan senyum di wajahnya, kemudian berjalan menelusuri koridor untuk kembali ke lobi.
******
Sementara itu, di rumah, Amanda yang duduk di sofa, berkonsentrasi melihat layar smartphone nya untuk mencari cari ruko yang dekat dengan rumah dan murah untuk usaha baru nya. Akhirnya dia menemukan sebuah ruko yang sangat dekat dengan komplek perumahan nya dan dekat dengan sekolah tempat Andika sebelumnya bersekolah.
“Wah ini bagus, harganya juga ga mahal,” gumam Amanda dalam hati.
Setelah itu, dia langsung mencatat nomor telepon broker real estate nya dan setelah itu mencoba menelpon nya. Dia mengatakan ingin melihat bagian dalam ruko nya dan tentu saja sang broker dengan senang hati mempersilahkan nya, bahkan sang broker mengatakan kalau dirinya sedang berada di lokasi karena mengantar tamu yang juga ingin melihat ruko itu.
Tanpa pikir panjang, Amanda langsung berlari ke lantai 2 untuk berganti pakaian, kemudian dia keluar dari rumah sambil mengirim pesan kepada Mark kalau dia keluar sebentar melihat ruko di seberang komplek, setelah Mark membalas dengan kata “ok” dia langsung melangkah dengan cepat menuju ke gerbang keluar komplek.
Setelah sampai di deretan ruko ruko yang menjual macam macam, mulai dari kelontong sampai restoran, dia melihat sebuah mobil dan sebuah motor terparkir di depan ruko kosong yang sedang di buka railing door nya, Amanda melihat smartphone nya untuk membandingkan ruko dengan fotonya, setelah yakin ruko di foto adalah ruko yang sama dengan ruko di depannya, Amanda melangkah ke pintu,
“Permisi,”
Di dalam terlihat seorang wanita yang memakai blazer dan membawa map bertuliskan nama agen real estate nya, seorang pria paruh baya yang berpakaian santai dan seorang pria muda tampan yang nampak sombong juga angkuh. Sang broker wanita menoleh dan melihat Amanda, kemudian dia pamit sebentar dengan pria di depannya dan berjalan ke pintu menyapa Amanda,
“Maaf bu, nama saya Julita, mohon tunggu sebentar ya,” ujar Julita sang broker.
“Iya ga apa apa bu Julita,” balas Amanda.
Mendengar suara Amanda, sang pria muda berbalik, matanya membulat melihat Amanda berdiri di depan pintu, dia langsung melangkah menghampiri Amanda dengan cepat dan mengacungkan telunjuk nya,
“Hmm...kalo ga salah lo tukang pijet yang katanya masih perawan itu kan ?” tanyanya.
Amanda kaget, dia langsung mengamati pria di depannya. Amanda ternyata mengenali pria yang berdiri di depan nya,
“Bo..bos Teddy ?” tanya Amanda.
“Wah masih inget gue lo (mengamati Amanda dari atas ke bawah dan ke atas lagi) sekarang lo jadi cakep ya, tapi tetap aja gembel, mending ceraikan suami lo dan kawin ama gue,” ujar Teddy mengejek.
Amanda diam, tangannya mengepal dan gemetar, kemudian Julita mengajak Amanda keluar sebentar dari ruko karena melihat wajahnya.
“Maaf bu Amanda, saya tidak tahu siapa pria itu, tapi boleh tidak saya tahu tujuan anda apa menyewa ruko ini ?” tanya Julita.
“Saya mau membuat toko kue dan roti bu,” jawab Amanda.
“Oh gitu (mendekatkan wajahnya ke telinga Amanda) orang itu berencana membeli ruko ini, dia bicara dengan pemilik di dalam, tapi pemilik sudah mengatakan tidak mau menjualnya dan hanya mau menyewakan nya, dari tadi dia maksa dan ngotot sama kita,” bisik Julita.
“Gitu ya bu, kalau saya sewa berarti boleh kan ?” tanya Amanda.
“Boleh banget bu, tapi maaf, saya tidak mau menyinggung dia karena kelihatan nya dia bukan orang baik baik, kalau boleh, ibu pulang saja dulu, nanti kalau dia selesai saya telepon ibu,” jawab Julita.
“Oh baiklah kalau gitu, makasih ya bu,” balas Amanda.
Amanda pun berbalik dan pergi, tapi baru beberapa langkah, “tap,” tiba tiba tangannya di tangkap oleh Teddy dari belakang. Amanda yang kaget langsung mengibaskan lengannya melepaskan diri,
“Wuiiih, jangan belagu lo mentang mentang udah jadi istri orang,” ledek Teddy.
“Saya sudah tidak ada urusan sama anda ya, tolong jangan ganggu saya,” balas Amanda tegas.
“Alah...jangan gitu lah, gue udah denger dari Cindi lo di bayar berapa, gue bisa bayar lo tiga kali lipat, ayo ikut gue, lagi pengen juga nih,” ujar Teddy.
“Maaf, tolong jangan bicara sembarangan, permisi,” ujar Amanda.
Tanpa basa basi lagi, Amanda berbalik dan kembali berjalan, namun tiba tiba, Teddy menangkap nya dari belakang dan mendekapnya dengan kencang sampai Amanda merasa sedikit sakit,
“Lepas,” teriak Amanda.
“Tidak akan, gue udah nyari lo sampe ke lokalisasi tau ga, lo harus jadi bini gue,” ujar Teddy membalas.
“Oi lepas, apa apaan ini,” teriak pria paruh baya yang sebelumnya ada di dalam ruko dan pemilik ruko.
“Jangan ikut campur pak Stephen,” ujar Teddy.
“Lepasin dia, anda sudah keterlaluan,” balas Stephen sambil memegang lengan Teddy dan berusaha melepaskan Amanda.
Amanda pun terlepas, namun Teddy langsung menoleh melihat Stephen dan membetulkan kemejanya,
“Asal bapak tahu ya, saya bisa membeli kepala bapak, tolong jangan macam macam sama saya,” ujar Teddy dengan suara rendah.
Stephen pun terdiam namun dia melirik Amanda dan mengisyaratkan agar Amanda melarikan diri, Amanda mengangguk dan langsung berlari, namun Teddy mengejarnya dan kembali menangkapnya,
“Lepas....lepaskan saya,” teriak Amanda sekali lagi.
“Lo bini gue,” balas Teddy.
Tangan Teddy langsung meraba raba tubuh Amanda di depan umum tanpa malu sama sekali dan membuat Amanda menangis. Tapi tiba tiba, “brrrrm,” “buaaaaaak,” sebuah motor berhenti di sebelah Teddy dan sebuah tinju langsung menghantam wajahnya membuat Teddy terpental melepaskan Amanda. Pengemudi motor itu membuka helmnya dan turun dari motor, Amanda yang melihat siapa pengemudi motor itu langsung melompat memeluknya.
“Mas Mark,” teriaknya.
Darah Mark langsung mendidih melihat orang yang berusaha melecehkan istrinya tidak lain dan tidak bukan adalah mantan kakak iparnya yang selalu saja menghina dan merendahkan nya dulu. Teddy bangun dan berdiri kembali dengan terhuyung, wajahnya nampak lebam dan rambutnya berantakan, dia memegang rahang nya dengan tangan sambil menatap Mark yang sedang merangkul Amanda.
“Siapa lo,” teriak Teddy.
“Gue suaminya, lo mau macem macem ama bini gue hah,” teriak Mark yang melepaskan Amanda dan melangkah maju ke arah Teddy dengan tangan mengepal.
Tapi ketika Mark mencengkram kerah Teddy dan siap meluncurkan tinjunya, tangannya di pegang oleh Stephen.
“Jangan pak, kalau memukul dia anda akan bermasalah dengan polisi, saya sudah memanggil polisi dan mereka sedang menuju ke sini,” ujar Stephen sambil menunjukkan layar smartphone nya.
“Lo liat ya, ini belum selesai, cewe itu punya gue, jangan sembarangan ambil punya gue, huh,” teriak Teddy sambil melangkah pergi.
Mark masih mengepalkan tangannya melihat Teddy berjalan menjauh dari dirinya, wajahnya masih nampak sangat geram sampai menjadi sangat merah dan nafasnya masih memburu, dia benar benar ingin melampiaskan semuanya dan rasionalitasnya hampir saja hilang.
“Tenang pak, tenang,” ujar Stephen yang menenangkan Mark sambil mengusap punggungnya.
“I..iya mas, aku ga apa apa kok, tenang ya,” ujar Amanda yang merangkul dan memeluk Mark.
mohon maaf lahir dan batin
tapi juga jangan lupa jaga kesehatan dan kebarokahan diri sendiri