KLAUSUL CINTA SANG CEO

Alex’s pov

Di dalam restoran mewah, Le Reve Eternel, aku duduk di depan paman Damian yang memutar mutar gelas kristal yang berisi Champagne. Ekspresi paman tampak tenang sembari memperhatikan putaran gelasnya. Tetapi aku menangkap sesuatu yang tidak biasa, sesuatu yang berbahaya.

Aku berusaha untuk tetap tenang meskipun aku merasa pertemuan ini jelas bukan sekedar makan siang biasa. Aku menangkap ada sesuatu yang ingin dia tanyakan. Atau setidaknya bagiku dia tampak seperti mencurigai sesuatu terkait perkawinanku dengan Valeria.

Sesuai dugaanku, tak lama paman Damian pun berkata, "Kau membuat kejutan besar, Alexander. Tiba-tiba menikah dengan seorang pengacara dari London? Tentu saja, semua orang penasaran."

Aku tersenyum tipis, dan kemudian aku berusaha menjawabnya dengan datar,” "Seharusnya mereka tidak terlalu peduli dengan urusan pribadiku."

Paman Damian tertawa sinis dan berkata, "Urusan pribadimu? Oh, kau tahu itu tidak mungkin. Kau adalah pewaris Remington Corp. Setiap langkahmu diperhatikan."

Paman Damian lurus memandangku dengan tajam, “Katakan padaku… ini pernikahan sungguhan, bukan?"

Aku tidak tahu harus menjawab apa. Tetapi aku berusaha tetap tenang dan tidak menunjukkan gejolak emosi yang berarti.

“Tentu saja itu pernikahan yang resmi dan sungguhan. Pernikahan ku tercatat secara hukum dan juga diselenggarakan dengan melibatkan ritual keagamaan. Apakah paman masih ragu?”

Damian menghembuskan nafa dan berkata,” Aku hanya ingin kau tidak melakukan tindakan bodoh untuk kedua kalinya. Sebagai pemilik sekaligus pimpinan perusahaan besar, isu kehidupan pribadi bisa sangat mempengaruhi stabilitas harga saham perusahaan, utamanya jika kau melakukan tindakan yang tidak bermoral.”

“Aku tahu cara membawa diri, paman tidak perlu khawatir,” ujarku pelan

“Cukup kehebohan yang kau lakukan pada masa lalu. Sudahi semuanya dan jangan lakukan kehebohan lagi. Kau harus ingat siapa yang menyelesaikan masalahmu di masa lalu. Aku sebagai pengganti orang tuamu, hanya ingin memastikan kau tidak lagi melakukan tindakan bodoh.” ujarnya

Aku hanya mengangguk kecil dan berusaha mengalihkan perhatianku dari perkataan paman dengan membuka ponselku dan melakukan panggilan pada sekretarisku. Tak lama makan siang berakhir dan aku pergi meninggalkan rumah makan mewah itu dengan perasaan campur aduk. Sepertinya aku harus mengatur strategi agar apa yang menjadi sorotan paman kali ini benar benar bisa kuatasi.

*****

Valeria’s POV

Aku duduk diam di meja makan setelah makan hidangan malam ini seorang diri. Tidak biasanya Alex datang dan membuka pintu ke arah Balkon lalu sambil membawa keluar Bourbon dan rokoknya dia duduk di teras balkon dengan pandangan cemas.

Aku berusaha tidak memperdulikan apa yang terjadi pada dirinya. Aku sudah muak dengan sikapnya belakangan ini. Saat aku hendak kembali ke kamarku, tiba tiba dia memanggilku.

“Val, bisakah kita bicara sebentar?”

Tanpa menoleh aku menjawab,” Apa yang mau kau bicarakan? Katakan cepat, aku capek.”

“Paman Damian,” ujarnya singkat.

“Ada apa dengan pamanmu itu? Bukannya tadi siang kau ada pertemuan dengannya?” jawabku masih tetap membelakanginya.

Aku mendengar dia mendesah dan kembali berjalan menuju balkon. Karena dia tidak meneruskan pembicaraan, aku pun berpikir dia sudah tidak membutuhkan kehadiranku, aku pun melangkah pergi dan meninggalkan dia seorang diri.

Di ruang baca, saat aku tengah asyik membaca beberapa buku yang aku beli dari toko buku di pusat kota Paris tadi siang, dia datang dan tiba tiba duduk dihadapanku. Dia mengkonsumsi Bourbon dengan gerakan gelisah, sehingga mau tidak mau aku pun bertanya padanya apa yang terjadi.

“Ada persoalan apa?” tanyaku singkat

Dia melihat ke arahku, tatapan matanya tampak lebih gelap dari biasanya.

"Pamanku tidak bodoh. Dia mulai mencurigai kita." ujarnya lirih

Jantungku berdetak lebih keras mendengar ucapannya, tetapi aku tidak merasa panik. Hanya aku sedang menebak nebak, apa langkah yang akan diambilnya.

"Lalu? Apa kau ingin membatalkan pernikahan ini sebelum dia menggali lebih dalam?" tanyaku

Alexander meminum Bourbonnya dengan cepat, memainkan bibirnya sembari mengerutkan kening.

"Aku tidak pernah mundur dari permainan, Valeria. Tapi mulai sekarang, kau harus lebih berhati-hati." jawabnya singkat.

Aku menatapnya tajam dan kembali menjawab,” "Kau mengatakannya seolah aku adalah titik lemah di sini. Kau sendiri yang menikahiku untuk menipu semua orang, dan kau juga yang memperlakukanku dengan buruk. Kau pikir aku akan berbuat apa? Aku cukup punya otak untuk tidak membatalkan kesepakatan kita. Hanya saja semua jadi sulit ketika kau selalu berusaha menyakitiku dengan perkataan dan sikapmu yang tidak punya empati,”

Alex menunduk dan diam, lalu memandangku dan berkata, “ Aku tidak punya niat menyakitimu, tetapi kita memang terlibat dalam pernikahan kontrak yang ada banyak klausul didalamnya. Dan aku rasa aku tidak melanggar klausul apapun.”

Aku berdiri membelakangi Alex dan melihat ke dalam rak buku. Aku merasa butuh menghindar dari kata katanya yang terdengar Klise, terlebih setelah kemesraan yang terjadi diantara kami. Aku merasa dia terlalu berlebihan dan tidak rasional.

Aku tidak mendengar dia berjalan dan berdiri menghampiriku, lalu tiba tiba dia melingkarkan tangannya ke pinggangku dan memelukku dari belakang, sembari menyusupkan kepalanya ke leherku.

"Bukan titik lemah. Tapi aku tahu cara kerja Damian. Dia akan mencoba memanipulasi. Mencari celah dalam ceritamu. Dan saat dia menemukannya…" Alexander berhenti sejenak, suaranya lebih rendah, "...dia tidak akan berhenti sampai dia menghancurkan kita."

Aku tersentak mendengar dia mengucapkan kata kata “kita”. Aku merasa seolah diriku ini adalah sekutunya, bagian dari rencananya yang punya posisi lumayan penting. Aku sedikit merasa tersanjung, walaupun kemudian aku juga merasa bahwa dia hanya baik jika dirinya membutuhkan sesuatu dariku.

Aku hanya diam membisu dan membiarkan saja sikap manjanya itu. Aku tidak punya gairah untuk memberi komentar apa lagi pendapat

*****

Damian’s POV

Pernikahan Alexander yang mendadak terjadi, membuatku bertanya tanya, apa sebetulnya yang ada di pikiran keponakanku sialan itu. Aku yakin pengacara kedua orang tuanya sudah memberitahu dia, bahwa salah satu syarat untuk dapat menerima hak waris berupa seluruh saham dari Remington Steel corporation hanya didapat jika dia menikah, dengan batas usia tertinggi 41 tahun.

Aku yakin orang tuanya sudah berpikir jauh. Mereka tidak ingin jika anaknya tidak menikah namun mewarisi saham perusahaan, maka kelak jika ada resiko pada anaknya, maka hak waris bisa jatuh padaku atau lembaga Amal. Mereka ingin mengamankan itu. Mereka juga mempersyaratkan pernikahan atas dasar legacy dan keberlangsungan keturunan mereka. Sebuah niatan untuk mempertahankan jenis atau rasnya. Hal ini dapat dipahami karena ibu Alex dan adiknya adalah keluarga bangsawan Perancis yang hendak mewariskan legacy aristokrasi pada anaknya.

Namun sebagai paman yang juga merasa berjasa pada pengembangan perusahaan utamanya pasca meninggalnya kedua orang tua Alex karena kecelakaan, aku merasa punya hak atas perusahaan itu. Aku merasa diriku bukanlah pegawai biasa. Aku termasuk dalam bagian legacy yang ortunya bangun. Ayah Alex adalah kakak laki lakiku yang mengelola perusahaan baja milik ortu kami semenjak sebelum menikah. Otomatis aku berpikir bahwa bukan hanya alex yang punya hak, tetapi juga aku.

Aku punya dugaan kuat, pernikahan Alex hanyalah siasat untuk mendapatkan kendali penuh atas saham perusahaan. Dan aku yakin, ketika dia memiliki 80 persen saham perusahaan yang menjadi warisan kedua orang tuanya, maka dia pasti akan menyingkirkanku. Aku adalah hambatan utama baginya, sekaligus pesaing baginya dalam hal mengatur jalannya perusahaan sekaligus penguasaan atas aset perusahaan,

Jika perkawinan Alex dapat aku buktikan sebagai sebuah pernikahan kontrak yang sifatnya mengelabui hukum, maka aku pastikan hak waris itu akan gugur, dan aku bisa menguasai saham itu. Aku jauh lebih layak menjadi pengelola perusahaan, karena kau punya keluarga yang terhormat, stabil dan terjaga. Reputasiku bersih dan tidak ternoda seperti Alex. Sekali lagi aku bisa membuktikan bahwa Alex tidak lebih dari lelaki bejat yang hanya suka main wanita, maka aku yakin dewan komisaris akan mendepaknya dan dia tidak akan pernah punya akses atas hak waris. Hak waris akan jatuh ke tangan adiknya, dan itu berarti mudah ku kuasai.

Atas dasar hal itu, aku perlu tahu siapa Valeria Sinclair yang dinikahi. Aku dengar dia seorang pengacara ternama. Hal ini tentu makin menguatkan dugaan bahwa pernikahan mereka hanyalah settingan. Aku yakin Valeria bisa aku kendalikan dan kupengaruhi untuk mengatakan yang sejujurnya. Aku yakin cepat atau lambat Valeria akan jatuh hati pada Alex dan pernikahan pura pura itu akan berada di titik resiko. Utamanya jika aku bongkar pada Valeria, siapa alex yang sebenarnya.

Sepertinya aku perlu segera bertolak ke London untuk menggali Informasi tentang Valeria Sinclair. Siapa dia, dari keluarga seperti apa, dan bila perlu berapa lama mereka berkenalan serta menjalin hubungan. Aku pastikan semua rahasia alex terkait pernikahan abal abal itu akan terbongkar, status pernikahan mereka pun akan berakhir sebelum Alex menginjak usia 41 tahun. Sehingga akhirnya saham harus dibuat 80 persen Go Publik dan aku pastikan akulah yang akan membelinya pada kesempatan pertama saat saham terdaftar di lantai bursa.

Tunggulah Alex, aku yakin kau bukan pria yang layak untuk menikah dan punya Istri. Aku akan pastikan kau gugur dari kriteria penerima hak waris keluarga.

****