anak seorang tukang becak
Nisa adalah seorang anak sangat baik, namun sayangnya dia memiliki kehidupan keluarga yang sangat miskin, sehingga keluarga dari ibunya pun tak mau mengakui mereka karena merasa malu jika memiliki keluarga miskin seperti Nisa hingga dia harus di paksa dewasa oleh keadaan di kala usianya menginjak angka sebelas tahun Di usia yang terbilang masih sangat muda itu dia harus di paksa dewasa oleh keadaan di kala usianya menginjak angka sebelas tahun harus mengurus kedua adiknya yang masih kecil, dan merelakan masalah kecilnya yang tak seindah teman-teman yang lain, bapaknya hanyalah seorang pria tua yng bekerja sebagai tukang becak Namun kehidupan Nisa berubah setalah bertemu dengan seorang pria kaya raya tempat Nisa mengikuti sebuah kompetisi, akan kah hubungan mereka mendapat restu dari keluarga sang pria ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aliyah Ramahdani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1...
" Pak, aku mau pergi merantau, aku mau menghasilkan uang untuk bapak dan adik-adik, siapa tau di sana aku bisa jadi orang kaya" ucap Dewi pada bapak nya
" Nak, bukannya bapak melarang, tapi kamu masih terlalu kecil, dan kamu juga masih harus melanjutkan sekolah, untuk apa juga kamu ke sana? Bapak juga masih sanggup untuk menghidupi kamu dan adik-adik mu " jawab pak Yunus lembut
" Tapi pak aku mau mau merantau biar pulang bisa bawa uang yang bapak seperti orang-orang di luar sana, pokoknya aku tetap harus pergi meskipun tanpa restu dari bapak, aku udah capek hidup miskin, aku malu punya bapak yang kerjaannya hanya narik becak tua aja terus"
" Astaghfirullah aladzim nak, kamu tidak boleh ngomong kayak gitu nak, tidak semua orang yang pergi merantau itu bisa sukses nak, bapak takut kamu kenapa-napa di sana, lagian kamu sendiri tau kita tidak punya kerabat di sana "
" Gak.....!!!!! Pokoknya aku mau pergi, aku ingin menjadi orang kaya dan sukses di tempat orang " ucap Dewi kemudian berlalu meninggalkan pak Yunus yang sedang bersiap untuk pergi menarik becak tuanya dan jika sudah begini pak Yunus tak bisa lagi menghentikan Dewi anaknya, karena semua orang tau jika Dewi memiliki watak yang sangat keras
******
Percakapan itulah yang aku dengar setelah pulang sekolah, kakak ku memang sangat ingin pergi merantau namun di tantang oleh bapakku sebab mbak Dewi baru saja tamat sekolah menengah pertama dan masih menganggur karena bapak masih belum punya biaya untuk sekolah mbak dewi
Perkenalkan namaku Nisa Safitri, aku anak kedua dari empat orang bersaudara. Kakak tertuaku kini menginjak usia lima belas tahun, sedangkan aku berusia sebelas tahun
Keluarga ku bukanlah keluarga yang bergelimpangan harta, bahkan bisa di bilang keluarga kami hidup di bawah garis kemiskinan
Pekerjaan bapak ku adalah seorang penarik becak, sedangkan ibuku telah pergi lebih dahulu menghadap sang pencipta sejak usia adik bungsuku memasuki usia dua tahun
Kakak ku bernama dewi hanyalah seorang gadis yang berpendidikan tingkat SMP. Mbak dewi tak ingin melanjutkan sekolahnya dan lebih memilih ikut seorang kenalan tanteku untuk merantau dan mencari uang
Namun bapak sama sekali tidak menyetujui keinginan mbak Dewi, karna bapak ingin mbak dewi melanjutkan pendidikan nya di bangku sekolah menengah atas, karna bapak ingin anaknya menjadi orang sukses tak seperti dirinya
Sebulan kepergian mbak dewi merantau ke kota Kalimantan aku semakin sulit untuk membagi waktu ku untuk belajar dan merawat dua orang adikku yang masih kecil
Bapak juga sangat jarang di rumah, pulang pun ketika kami sudah tidur, Bukan karna apa, bapak sangat sibuk kerja serabutan, kerjaan apapun dia lakukan, namun pekerjaan utamanya sebagai tukang becak tetap berjalan
Penghasilan bapak tidak banyak, cuma cukup untuk makan kami setiap hari. terkadang bapak juga tak dapat uang karena cuaca saat hujan
Beruntung kami di kelilingi tetangga yang sangat baik. Mereka selalu memberi kami makanan, pakaian bekas yang masih layak, uang jajan dan bahkan mengizinkan kami berhutang di warungnya tanpa pernah menagih, tapi bapak selalu membayar dengan cara mencicil karena prinsip bapak hutang tetaplah harus di bayar
Enam bulan kepergian mbak Dewi merantau, dia kadang masih mengirimkan bapak uang namun tak banyak, tapi cukup untuk makan kami, namun setelah setahun kepergian mbak dewi, entah kenapa tak pernah ada kabar lagi dari mbak Dewi, membuat bapak sangat khawatir
********
" Nisa, mbak mu kok gak ada kabar ya nak? Bapak khawatir".. ucap bapak siang itu sebelum berangkat menarik becak
" Mungkin mbak lagi sibuk pak, apalagi mbak bilang kerjaannya itu banyak dan jam istirahatnya cuma sedikit" jawabku mencoba meredakan kekhawatiran bapak
" Coba nak kamu tanya sama Bu haji, mungkin saja dia lupa menyampaikan pesan mbak mu"
Ya, kami berkabar dengan mbak dewi melalui ponsel Bu haji pemilik warung, sebab kami tidak punya ponsel, Sedangkan mbak dewi mempunyai ponsel bekas yang baru dia beli untuk berhubungan dengan kami
" Assalamualaikum Bu haji, maaf mengganggu Bu haji, saya di suruh bapak buat tanya apakah mbak dewi tidak pernah menelpon Bu haji? Soalnya bapak khawatir sudah lama mbak Dewi gak ada kabar" tanyaku
" Wa'alaikum salam nak Nisa, Iya nak sudah lama juga ibu gak pernah dapat telpon dari mbakmu. Bilang sama bapakmu mungkin di sana mbak mu masih sibuk" jawabnya halus
" Oow gitu ya Bu haji, ya sudah kalau gitu, saya pamit ya Bu haji, terima kasih "
" Tunggu nisa" ucap Bu haji berlalu ke dalam rumahnya semenit kemudian Bu haji kembali membawa sepiring pisang goreng
" Ini buat kamu sama adikmu, maaf ibu cuma kasih segini" Rasanya aku ingin menangis saat itu juga karna terharu mendapatkan pisang goreng yang sangat jarang kami makan
" Terima kasih banyak Bu haji, pasti Adik adikku sangat senang mendapat pisang goreng, sekali lagi terima kasih Bu haji, assalamualaikum" aku pun pamit dan kembali ke rumah
Sesampainya di rumah aku langsung menyodorkan pisang goreng itu kepada bapakku
" Pak, ini ada pisang goreng dari Bu haji, aku buatkan kopi ya pak"
"Alhamdulillah, gimana nak apa ada kabar dari mbakmu?"
" Gak ada pak, Bu haji bilang mbak dewi gak pernah nelpon lagi di Bu haji, mungkin mbak sedang sibuk pak" Jawabku meletakkan kopi di meja, Bapak hanya meminum kopi dan tak menyentuh pisang goreng itu sama sekali
" Simpan aja pisang goreng untuk kamu makan dan adikmu, Bapak mau tarik becak dulu, semoga saja hari ini bapak dapat Rezeki biar bisa beli beras" Bapak pun pamit melajukan becak tuanya
Melihat pisang goreng itu, aku langsung teringat adik-adikku, aku mencari dan memanggil namanya satu per satu namun tak ada jawaban, Aku berlalu ke tempat dimana biasanya mereka bermain namun nihil, di sana juga tak ada seorang anak pun.. ketika sedang melewati kebun aku bertemu dengan nenek ani
"Cari siapa nisa?" Tanya nek ani
" Nek ani lihat adik-adik saya gak?
" Ooww... Itu mereka ada di kebun nenek, biasalah mereka sedang memanen kakao"
"Astaga nek, aku pikir mereka ada dimana, ternyata di dalam kebun, ya sudah saya pamit ke kebun dulu ya nek"
Sampai di kebun aku melihat adikku sedang memetik buah kakao. Ya nenek ani memang memiliki kebun yang sangat luas, di kebun nya berisi berupa pohon pisang, pohon kelapa, pohon kakao, dan mangga, Dan nek ani tak pernah marah ketika kami mengambil mangga yang sudah jatuh ke tanah
Adikku biasanya memetik buah kakao untuk di hisap sarinya, setelah itu di lepehkan di kardus dan di jemur hingga kering. Setelah kering adikku biasa menjualnya di rumah pak RT
Kadang juga mereka mencari kelapa buat di jual, tentu saja dengan izin nek ani, dan Hasil jualan mereka yang tak seberapa mereka kumpulkan untuk sekedar membeli telur dan juga mie instan
Aku tak keberatan melihat adikku melakukan itu, selagi me
reka izin pada pemiliknya dan tak mengambil yang bukan menjadi hak mereka..