Demi untuk membalaskan dendam kepada orang - orang yang telah menghancurkan kebahagiaannya, sehingga seorang remaja pria berpetualang untuk mencari sebuah sekte yang akan di jadikan tempatnya mendalami ilmu bela diri.
Akhirnya dia bertemu dengan seorang pendekar serta sekte untuk tempatnya bernaung.
Karena kejeniusannya, dia dengan cepat bisa menjadi seorang pendekar yang kuat.
Akhirnya dia mulai memburu setiap murid sekte yang telah menghancurkan desa dan keluarganya serta setiap murid sekte aliran hitam lainnya.
Hal itu pula yang membuat dirinya juga di buru oleh sekte aliran Hitam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baryodo Aman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Persitiwa Kelam
#Di hutan
Setelah Ma Guang selesai mengikat mulut beserta keempat kaki dari babi hutan tersebut, Ma Guang beristirahat sejenak untuk mengembalikan tenaganya yang terkuras saat menarik babi hutan tersebut dari lubang perangkap yang mereka buat.
Setelah beberapa saat, Ma Guang kemudian bangkit dan langsung beranjak dari tempatnya beristirahat.
Ma Guang langsung mengangkat dan memikul hewan tersebut dan setelah itu langsung berjalan menuju kearah desanya.
Setelah sekitar 1 jam berjalan, tiba - tiba mata Ma Guang terfokus melihat kearah desanya.
Dia melihat asap hitam membumbung tinggi ke langit, dan itu terlihat ada di beberapa tempat yang saling berdekatan serta sumbernya itu seperti berasal dari desanya.
Perasaan Ma Guang menjadi gelisah dengan apa yang dilihatnya.
Pikirannya tidak menentu, dan tanpa dia sadari, langkah kakinya semakin bertambah cepat.
Setelah tiba di pinggir desa, tubuh Ma Guang terdiam seperti patung, karena melihat keadaan desanya saat ini.
Terlihat mayat - mayat yang di penuhi luka tebasan senjata tajam. Ada juga tubuhnya sudah tidak utuh lagi.
Ma Guang langsung menjatuhkan bawaannya dan berlari menuju kearah rumahnya.
Setelah tiba di posisi rumahnya, sudah tidak ada lagi rumah yang berdiri di tempat itu, dan kini yang terlihat hanyalah arang dan bara dari sisa - sisa rumahnya yang terbakar.
Ma Guang berteriak sambil menangis karena mencari sosok kedua orang tuanya.
Setelah beberapa waktu kemudian, Ma Guang menemukan tubuh seorang pria yang terbaring dan sudah tidak bernyawa lagi.
Tubuh pria itu tidak lain adalah ayahnya sendiri.
Ma Guang menangis sejadi - jadinya karena melihat ayah yang di kasihinya sudah tiada.
Akhirnya Ma Guang menguburkan jasad ayahnya. Setelah selesai menguburkan jasad ayahnya. Ma Guang langsung sujud beberapa kali dan langsung berjalan untuk mencari keberadaan ibunya.
Setelah lama dia mencari, namun tidak juga bisa dia temukan. Yang dia temukan hanyalah tubuh dari penduduk pria yang lain dan ada juga tubuh orang - orang yang tidak di kenalnya.
Tidak lama kemudian, muncul juga seorang gadis yang usianya sebayah dengan Ma Guang.
Dia berlari sambil memanggil nama Ma Guang.
Gadis itu bernama Xia Jiao anak perempuan dari kepala desa satu - satunya.
Xia Jiao dapat meloloskan diri melalui terowongan bawah tanah yang berada di belakang rumahnya.
Setelah sampai di dekat Ma Guang, Xia Jiao menangis sambil bertanya tentang keberadaan ayah dan ibunya kepada Ma Guang.
Ma Guang pun menunjukkan kepadanya.
Mereka berdua lalu menguburkan kepala desa dan istrinya.
Setelah selesai, Ma Guang bertanya kepada Xia Jiao tentang apa yang baru saja terjadi.
Xia Jiao dengan sabar menceritakan apa yang dia ketahui. Mendengar semua yang Xia Jiao ceritakan, kemarahan langsung menguasai hati dan pikiran Ma Guang.
"Jiao'er....!!! Aku akan mencari perguruan bela diri, aku akan membalas setiap perbuatan yang telah mereka lakukan." Kata - kata yang keluar dari mulut Ma Guang.
"Kalau begitu, aku juga ingin ikut bersamamu." Xia Jiao menyambut kata - kata Ma Guang.
"Baiklah, mari kita berangkat untuk mencari perguruan ilmu bela diri."
Sambil melangkahkan kakinya, Ma Guang mengajak Xia Jiao untuk pergi.
Setelah beberapa saat Xia Jiao berjalan sambil mengikuti Ma Guang dari belakang, Xia Jiao meminta Ma Guang untuk menunggunya sebentar.
"Ma Guang...!!! Tolong tunggu sebentar, karena ada barang yang akan kuambil." Xia Jiao berkata sambil menatap Ma Guang.
Ma Guang hanya menganggukkan kepalanya tanda dia mengiyahkannya.
Tidak lama kemudian Xia Jiao kembali dengan sebuah bungkusan di kedua tangannya.
"Apa yang kau bawah itu....???." Tanya Ma Guang.
"Ini sebagian uang yang aku miliki, dan mungkin ini akan membantu di dalam perjalanan kita nanti." Jawab Xia Jiao.
"Baiklah, kalau begitu, mari aku bawakan." Sambil mengilurkan tangannya.
Setelah itu, mereka berdua berjalan meninggalkan desa dan melanjutkan perjalanannya mencari sekte yang akan menjadi tempat untuk berlatih ilmu bela diri.
Tidak lupa Ma Guang mengambil beberapa bagian daging dari babi hutan yang dia bawa untuk dijadikan bekal di tengah perjalanan mereka.
Setelah beberapa jam melakukan perjalanan, Xia Jiao merasa kakinya mulai kesemutan, sehingga meminta Ma Guang untuk beristirahat sejenak.
Mereka berdua berteduh di bawah pohon besar sambil menyandarkan tubuh mereka kebatang pohon tersebut.
Matahari sudah berada tepat di atas kepala. Ma Guang langsung beranjak dari tempatnya mencari ranting dan kayu kering untuk membuat api agar bisa membakar daging babi hutan yang dia bawa dan menjadikannya sebagai makanan mereka berdua.
Setelah selesai makan, mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan.
Mereka berdua melalui hutan yang tidak jauh dari jalan utama untuk menghindari sesuatu yang tidak mereka inginkan, yaitu bertemu lagi dengan kelompok dari Kalajengking Merah.
Setelah hari sudah mulai gelap, mereka berdua menghentikan perjalanan dan beristirahat.
Terlihat ada pohon yang sangat besar, sehingga akarnya sudah muncul diatas permukaan tanah setinggi 2 meter.
Diantara akar pohon itulah yang menjadi tempat mereka berdua beristirahat. Karena tempat itu terlihat aman dari binatang buas.
Saat sedang beristirahat, Ma Guang tetap selalu waspada dengan pedangnya yang selalu berada digenggamannya untuk mengantisipasi kemungkinan jika ada hewan buas yang datang dari arah depan mereka berdua.
Namun berbeda halnya dengan apa yang Xia Jiao rasakan. Karena ini adalah yang pertama kalinya dia tidur di alam liar dan hanya bersandar di sebuah akar pohon besar tanpa ada kasur dan selimut.
Pada keesokan harinya, Xia Jiao sudah terbangun dari tidurnya, dia melihat kesatu arah dan itu adalah tempat Ma Guang untuk tidur semalam.
Xia Jiao tidak mendapati sosok dari Ma Guang.
Dia lalu keluar dari antara akar pohon besar dan mencari keberadaan Ma Guang.
Setelah beberapa saat, Xia Jiao melihat sosok remaja yang sedang membakar sesuatu.
Xia Jiao langsung menghampiri dan langsung menyapanya.
"Hey Ma Guang....!!! Apa yang sedang kamu lakukan?." Seraya duduk di dekat Ma Guang.
"Aku sedang menyiapkan sarapan untuk kita berdua, agar kita bisa melanjutkan perjalanan dengan perut yang sudah terisi." Sambil membalikkan daging yang dibakarnya.
Setelah selesai sarapan, mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan.
Sudah dua hari dua malam mereka berdua melakukan perjalanan dan hal itulah yang selalu di lakukan oleh Ma Guang.
Namun berbeda untuk memulai perjalanan mereka di hari yang ketiga.
Kaki Xia Jiao sudah terasa perih dan sakit sekali karena sudah melepuh dan terkelupas. Itu diakibatkan karena Xia Jiao terbiasa dengan hidup yang manja, sehingga kulitnya begitu halus dan tidak tahan dengan aktivitas perjalanan yang begitu panjang.
Jarak yang mereka tempuh sudah sejauh 30 kilo meter dari desa mereka.
Setelah melihat keadaan Xia Jiao, Ma Guang merasa kasihan sehingga menyuruh Xia Jiao untuk naik kepunggungnya.
Awalnya Xia Jiao merasa malu dan tidak ingin berdekatan dengan Ma Guang, namun karena tidak ingin memperlambat perjalanan mereka, akhirnya Xia Jiao mengikuti apa yang Ma Guang perintahkan.
Ma Guang pun bergerak turun sambil sedikit membungkukkan punggungnya untuk menanti Xia Jiao menaikan tubuhnya kepunggung.
Akhirnya Xia Jiao naik ke punggung Ma Guang dengan perlahan hingga dirinya merasa sudah nyaman dengan posisinya saat itu dan langsung menjulurkan tangannya diatas bahu Ma Guang.
Setelah posisi tubuh Xia Jiao terasa sudah benar, Ma Guang langsung bangkit dan melanjutkan perjalanan mereka.
Wajah Xia Jiao langsung memerah dan jantungnya berdetak begitu cepat karena ini pertama kalinya Xia Jiao memeluk seorang pria walaupun itu hanya dari belakang.
~Bersambung~