Menceritakan tentang Naomi, seorang istri yang dijual oleh suaminya sendiri untuk membayar hutang. Dia dijual kepada seorang pria tua kaya raya yang memiliki satu anak laki-laki.
"Dia akan menjadi pelayan di sini selama 5 tahun, tanpa di bayar." ~~ Tuan Bara Maharaja.
"Bukankah lebih baik jika kita menjualnya untuk dijadikan PSK?" ~~ Gama Putra Maharaja.
Bagaimana nasib Naomi menjadi seorang pelayan di rumah mewah itu selama 5 tahun? Apa yang akan terjadi padanya setelah 5 tahun berlalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 - Kolam renang
Seorang wanita dengan balutan dress mini berjalan angkuh di kediaman Maharaja. Dia adalah Clara, mantan teman ranjang dari Gama. Sekarang baru pukul 2 siang, Gama maupun Tuan Bara masih sibuk di kantor.
Dia datang bukan untuk mencari Gama, tetapi ia baru saja mendapatkan laporan yang membuatnya meradang.
"Akhirnya anda datang juga, Nona," Hana yang berdiri di ujung tangga menyunggingkan senyumnya, terlihat seperti sedang menunggu kedatangan wanita itu.
"Di mana dia?" tanya Clara tanpa basa-basi.
Hana mendekat dengan raut gembira yang tidak luntur diwajahnya, "Mari ikut saya."
Clara melipat kedua tanganya di dada dan mengikuti Hana dari belakang, gesekan antara heels dengan lantai marmer membuat rumah yang sunyi itu terasa hidup.
Pelayan di sana memang tidak diperbolehkan menggunakan sepatu maupun sandal berbahan keras. Bukan karena takut lantai rusak, hanya saja sang pemilik rumah tidak menyukai kebisingan.
Keduanya behenti di depan pintu samping rumah, pintu lebar yang mengarah langsung ke arah kolam renang. Hana menunjuk seseorang yang sedang sibuk membersihkan kolam.
Clara yang melihatnya melanjutkan langkahnya mendekati orang itu. "Hei Jalang!"
Orang yang membersihkan kolam adalah Naomi, dia baru sempat melanjutkan pekerjaanya karena tadi dia membantu Bibi Sarah terlebih dahulu.
Naomi yang mendengar suara di sampingnya menoleh, pandangannya langsung disuguhkan dengan seorang wanita yang pernah ia lihat.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?!" ucap Clara dengan tatapan garang.
Naomi hanya memandang Clara dengan bingung, tetapi respon wanita itu sudah begitu. "Ada yang bisa saya bantu Nona?" tanyanya sopan.
Plak!
Satu tamparan keras mengenai pipi kanannya, gagang jaring yang ia gunakan untuk mengambil dedaunan di atas kolam terjatuh begitu saja.
"Itu bayaran untukmu karena berani berduaan dengan Gama."
Naomi memegangi pipinya yang bisa dipastikan sudah memerah sekarang, bahkan ujung jempolnya terdapat noda darah.
"Apa maksud anda, Nona? Saya tidak pernah berduaan dengan Tuan Gama," balas Naomi sembari menatap Clara.
Plak!
Satu tamparan keras kembali melayang ke atas pipi kiri Naomi, "Kau pikir aku tidak tau apa yang kau lakukan dengan Gama semalam?"
Rasa sakit menjalar di kedua pipi Naomi, rasanya sangat ngilu. Semalam?
"Semalam saya hanya menemani Tuan Gama meminum teh di ruang makan, Nona. Tidak ada yang lain," ucap Naomi membela diri, karena memang itu yang ia lakukan semalam.
Clara tampak marah. "Siapa yang menyuruhmu menemani Gama, hah! Apa kau berniat menggodanya? Apa kau merasa gatal karena baru saja menjadi janda?"
Ucapan Clara menohok hati mungil Naomi, dia sekarang memang sudah tidak bersuami. Tetapi dia tidak segila itu untuk menggoda tuan mudanya sendiri.
Naomi menggeleng kuat, "Tidak, Nona. Saya tidak mungkin berani melakukannya. Tuan Gama sendiri yang menyuruh saya untuk menemaninya."
Clara tersenyum miring, "Kau pikir aku akan percaya? Aku sudah hapal dengan sifat orang miskin sepertimu."
"Saya tidak berbohong, Nona," lirih Naomi, rasa sakit di kedua pipinya semakin menjadi.
Tanpa aba-aba Clara menarik kepangan rambut Naomi dengan kuat. Tarikannya tidak main-main, kepala Naomi langsung pening.
"Penjara penuh jika maling mengaku!"
"Ingat posisimu jalang! Di sini kau hanya pelayan rendahan yang dijual oleh suaminya sendiri. Jangan besar kepala karena Tuan Bara menerimamu," ucap Clara.
Clara belum melepaskan rambut Naomi, tatapan matanya menatap Naomi dan juga air kolam secara bergantian. Tak lama kemudian, sebuah ide muncul di otaknya.
Posisi keduanya yang benar-benar di tepi kolam, memudahkan Clara untuk melakukan aksinya.
Clara menendang betis Naomi yang mana membuat wanita itu hampir jatuh ke kolam, tetapi karena kepangan Naomi yang masih di pegang Clara, membuatnya dalam posisi miring di atas kolam.
Sekali saja kepangan rambutnya di lepaskan, dapat dipastikan ia akan langsung jatuh ke dalam kolam. "Tolong, Nona! Tolong lepaskan saya," pinta Naomi dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Bagaimana ini? Jika aku melepasmu maka kau akan jatuh ke dalam kolam, tapi aku tidak kuat untuk menahan tubuhmu. Bagaimana ini?" ucap Clara yang terdengar main-main.
Wanita itu memegang kepangan rambut Naomi dengan kedua tangannya. "Tolong ampuni saya, Nona. Kasihanilah saya," ucap Naomi, dia menahan rasa sakit di bagian atas tubuhnya.
Clara tertawa kencang, "Ampuni saya, Nona. Kasihanilah saya," ucapnya dengan nada yang dibuat-buat.
"Tolong, Nona."
Semua pelayan kecuali Bibi Sarah menonton "pertunjukan" itu dengan senyum merekah. Mereka semua memang tidak menyukai kehadiran Naomi.
Semalam yang melihat Gama dan Naomi adalah Sinta, salah satu pelayan di sana. Sinta menceritakan apa yang ia lihat semalam kepada Hana, dan Hana langsung melaporkannya pada Clara.
Hana adalah seseorang yang disuruh oleh Clara untuk melaporkan apapun yang ada di kediaman Maharaja, terlebih yang menyangkut tentang Gama. Bisa dikatakan Hana adalah mata-mata.
"Kenapa kalian berkerumun di sini?"
Keempat pelayan itu menoleh dan terkejut dengan siapa yang baru saja datang. Bibi Sarah datang dengan kedua tangan yang bertaut di belakang tubuhnya.
"Tidak ada, Bibi," jawab Hana dengan cepat. Bagaimanapun Bibi Sarah adalah ketua pelayan, mau tidak mau dia harus menghormatinya.
Bibi Sarah masih tidak puas dengan jawaban itu, dia hendak membuka mulutnya untuk kembali bertanya, tetapi suara benda yang jatuh ke dalam kolam mengurungkan niatnya.
"Minggir!" perintahnya kepada keempat pelayan muda di depannya, merekapun membuka jalan untuk Bibi Sarah.
Dari tempatnya, Bibi Sarah melihat Clara yang berjongkok di tepi kolam. Sedangkan di dalam kolam, ada seseorang yang berusaha keluar dari dalam air.
"Nona!"
Clara menoleh dan melihat Bibi Clara yang mendekat ke arahnya. "Berhenti di situ!" teriaknya.
"Berhenti di sana atau aku akan menyuruh Tuan Bara untuk memecatmu!" ancamnya kepada Bibi Sarah.
Apakah Bibi Sarah berhenti? Tentu saja tidak, ancaman itu tidak berlaku untuknya.
"Bi--bi, tol--ong!" suara Naomi yang sedang berusaha menahan tubuhnya agar tidak tenggelam terdengar frustasi.
Bibi Sarah menutup mulutnya, dia hendak menolong tetapi ia tidak bisa berenang juga.
"Tatang! Tatang!" panggilnya kepada tukang kebun.
"TATANG! Cepat kemari!"
Secepat kilatan cahaya, seseorang masuk ke dalam kolam tanpa melepaskan pakaiannya. Orang itu dengan mahir berenang ke arah Naomi yang sudah berada di tengah kolam.
Saat orang itu menyembulkan kepalanya, semua orang yang ada di sana tercekat. Bukan Tatang yang berada di tengah kolam, melainkan Tuan muda Gama yang masih mengenakan setelan kantornya.
Bersambung
Terima kasih sudah membaca cerita ini 🤗
Akan diusahakan update sehari 2 kali