Baskara—menantu sampah dengan Sukma hancur—dibuang ke Jurang Larangan untuk mati. Namun darahnya membangunkan Sistem Naga Penelan, warisan terlarang yang membuatnya bisa menyerap kekuatan setiap musuh yang ia bunuh. Kini ia kembali sebagai predator yang menyamar menjadi domba, siap menagih hutang darah dan membuat seluruh kahyangan berlutut. Dari sampah terhina menjadi Dewa Perang—inilah perjalanan balas dendam yang akan mengguncang sembilan langit!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zen Feng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PROLOG: LEGENDA JURANG LARANGAN
Di zaman purbakala, sebelum manusia menguasai daratan, langit pernah terbakar oleh api perang.
Seekor Naga Hitam raksasa dengan sisik sekeras berlian bertarung sendirian melawan ribuan Dewa Kayangan. Pertarungan itu begitu sengit hingga bintang-bintang berjatuhan dan lautan mendidih. Raungan Naga itu merobek dimensi, dan cakarnya menghancurkan senjata-senjata suci.
Para Dewa terdesak. Mereka bingung dan ketakutan.
"Makhluk ini... dia tidak bisa mati!" seru salah satu Dewa dengan jubah emas yang telah robek. "Tubuhnya abadi! Serangan kita tidak mempan!"
Dewa Penguasa Langit, yang memegang petir kehancuran di tangannya, menatap Naga itu dengan pandangan dingin.
"Jika dia tidak bisa dibunuh," titahnya, suaranya menggelegar ke seluruh penjuru semesta, "maka dia harus dikubur. Segel dia dalam kegelapan abadi."
Atas perintah itu, seorang Dewa Raksasa mengayunkan kapak pembelah dunia.
KRAK!
Bumi terbelah. Sebuah lubang hitam menganga—jurang tanpa dasar yang menembus hingga ke inti dunia—tercipta seketika.
Dewa-dewa lain merapal mantra kuno. Rantai cahaya surgawi melilit tubuh Raja Naga, menariknya jatuh dari langit.
"TIDAK AKAN KUBIARKAN!"
Tiba-tiba, seekor naga lain muncul dari balik awan debu. Naga Batu Purba. Ia datang menyerang para Dewa, menyemburkan magma masif yang membakar langit, mencoba menyelamatkan tuannya.
Namun, di hadapan kekuatan penuh para Dewa, Naga Batu itu terlalu lemah.
"Hama pengganggu," dengus Dewa Penguasa Langit.
Dengan satu kibasan tangan, Naga Batu itu terlempar, jatuh tak berdaya ke dalam lubang neraka itu lebih dulu.
Saat Raja Naga Hitam berhasil diseret mendekati bibir jurang, Dewa lain melihat kesempatan.
"Lubang ini terlalu besar untuk dua ekor naga," ujarnya licik. "Sebaiknya kita bersihkan dunia ini sekalian. Segel semua monster di sekitarnya."
Para Dewa mengerahkan sisa kekuatan mereka. Badai angin surgawi tercipta, menghisap ribuan monster, siluman, dan binatang buas yang ada di medan perang. Mereka terhisap masuk ke dalam lubang itu seperti debu yang disapu badai.
Teriakan dan auman keputusasaan menggema, sebelum akhirnya ditelan kegelapan.
Setelah itu, Segel Agung dipasang. Lubang masif itu perlahan menutup sempurna, meninggalkan gundukan tanah seperti bukit.
"Selamat menikmati penderitaan dalam keabadian, wahai Raja Naga," ucap Dewa Penguasa Langit, menutup gerbang segel.
Namun, setelah para Dewa pergi, sebuah ledakan magma masif menyembur dari dalam jurang, membentuk dinding-dinding tebing yang terjal dan mematikan. Bukit itu hancur, menyisakan celah sempit yang kelak dikenal sebagai Jurang Larangan.
Dan dari kedalaman yang paling gelap, suara Raja Naga menggema, menembus waktu dan ruang, sebuah sumpah yang terukir di dinding takdir:
"AKU AKAN KEMBALI... DAN SAAT ITU TERJADI, LANGIT AKAN KUBAKAR!"
Di dasar jurang yang sunyi, tubuh Raja Naga terbaring kaku. Darahnya merembes ke tanah, membentuk sebuah altar dengan garis-garis parit aneh. Di sekitarnya, Formasi Segel Kuno dengan simbol-simbol terlarang menyala redup, menahan kekuatannya.
Mata Raja Naga pun tertutup perlahan.
Semuanya menjadi gelap. Hening. Mati.
Hingga ribuan tahun kemudian, suara berat dan mengerikan itu terdengar lagi, berbisik menembus mimpi seseorang.
"Kau... terpilih!"
"HAH!"
Baskara terbangun dengan sentakan keras. Peluh dingin membanjiri tubuh kurusnya, membasahi tikar lusuh tempat ia tidur. Napasnya terengah-engah, matanya membelalak menatap langit-langit kamar gudang yang lapuk.
Jantungnya berdegup kencang seolah baru saja lari dari kematian.
Ia menyeka keringat di dahinya dengan tangan yang gemetar.
"Mimpi itu lagi..." gumamnya lirih di keheningan malam.
[LANJUT KE BAB 1]
Jangan lupa like dan subscribe apabila kalian menikmati novelku 😁😁
oya untuk tingat ranah bisa kamu jelasin lebih detail thor di komen agak bingung soalnya hehe