Mariza dan Derriz menikah karena perjodohan. Selama satu tahun pernikahannya, Derriz tak pernah menganggap Mariza.
Mereka tinggal satu rumah tapi seperti orang asing. Derriz sendiri yang membuat jarak diantara mereka. Karena Derriz mencintai dan masih menunggu mantan kekasihnya kembali, Luna.
Seperti yang di katakan Derriz di awal pernikahannya. Mereka akan berpisah ketika Luna kembali. Apalagi Mariza tak bisa membuatnya jatuh cinta. Bagaimana bisa jatuh cinta jika selama ini saja Derriz selalu menjaga jarak darinya. Bukan hanya di rumah, tapi di kantor juga mereka seperti orang asing.
"Apa alasanmu ingin bercerita dariku?" tanya Derriz saat Mariza memberikan surat cerai yang sudah dia tandatangani.
"Apa aku kurang memberikan uang bulan padamu? Apa masih kurang?" Derriz tak terima Mariza ingin bercerai darinya.
"Karena masa lalumu sudah kembali, Mas! Aku pergi karena aku sudah tak ada gunanya lagi di sini!" jawab Mariza.
"TIDAK!" jawab Derriz membuat Mariza bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Pamit, Mas! 10
"Maaf saya datang terlambat Mbak," ucap Izha yang menemui Luna saat jam istirahat kantor. Luna meminta dia menemuinya, entah untuk apa lagi Luna memintanya kembali meninggalkan Derriz?
"Tak masalah! Duduklah! Aku tak ada banyak waktu untuk lama-lama berbicara denganmu!" ujar Luna dengan tatapan tak suka kepada Izha.
Pertama kali bertemu Izha, Luna belum mengenakan hijab dan masih berpakaian sexy. Luna ingin tahu seperti apa wanita yang menjadi istri Derriz, istri pilihan kakek Bima. Ternyata pertemuan pertama sempat membuatnya syok, Izha sangat cantik dan anggun. Sehingga hal itu membuat dia merasa cemburu dan ketakutan Derriz akan jatuh cinta kepada istrinya. Apalagi mereka tinggal bersama dalam satu atap. Sehingga dia meminta Derriz segera menceritakan Izha, alasan utamanya adalah karena khawatir kekasihnya akan jatuh cinta kepada Izha.
"Baiklah, katakan saja mbak," jawab Izha tenang dan Luna benci melihat ketenangan wanita di depannya. Kenapa wanita itu tidak terlihat tersiksa? Tidak seperti pertemuan pertama mereka yang masih dia ingat bagaimana wajah sedih Izha. Dia suka ekspresi kesedihannya, membuat dia sangat bahagia karena sudah berani menjadi istri Derriz.
"Derriz sudah memasukkan gugatan perceraian kalian ke pengadilan agama. Aku harap kamu tahu diri!"ucap Luna.
"Alhamdulillah, jika Pak Derriz sudah memproses perceraian kami. Terima kasih atas informasinya mbak, padahal jika hanya untuk mengatakan hal ini saja Mbak Luna bisa mengatakannya lewat telepon saja. Sehingga anda tidak perlu repot-repot datang menemui saya," jawab Izha membuat Luna mendengus kesal.
"Halah! Jangan pura-pura, sok kuat dan sok tegar di hadapanku! Bukankah kamu merasa sedih karena sudah kehilangan tambang emasmu selama satu tahun ini? Kekasihku selama ini pasti memberikan banyak uang untukmu kan? Karena aku tahu sendiri seperti apa Derriz, dia itu mudah sekali mengeluarkan uang untuk wanitanya!" kesal Luna melihat ketenangan Izha.
"Wajar jika Pak Derriz memberikan saya banyak uang, karena saya adalah istri sahnya. Yang tidak wajar itu adalah memberikan uang kepada wanita lain di saat dia masih memiliki istri. Aku harap mbak Luna bisa menjaga sikap terlebih dahulu jika memang ingin di restui oleh Kakek Bima. Jangan tampakkan dulu sifat asli anda kepada Kakek Bima dan kedua orang tuanya agar semua rencana anda berjalan lancar. Maaf permisi, Mbak! Saya harus seger kembali ke kantor. Sekali lagi terima kasih atas informasinya," Izha berdiri dengan penuh percaya diri dan juga ketegaran.
Menatap mata Luna tanpa keraguan sedikitpun. Sikap dan ucapan Izha membuat Luan semakin benci. Karena ternyata Izha tak bisa di tindas dan di kendalikan begitu saja.
"Maaf jika aku tak bisa memperlihatkan keinginanmu untuk menangis, air mataku sudah terlalu banyak keluar dan terlalu berharga untuk orang yang tak pernah menghargai dan juga menginginkanku! Kewajibanku sebagai seorang istri sudah selesai,"ucap Izha pelan.
Braaaaakk
Izha tak sengaja menabrak seseorang saat di lobby perusahaan sehingga membuat berkas yang di bawa pria itu berhamburan. Hal itu terjadi karena dia juga sedang menelepon sehingga membuatnya tidak fokus dan tidak memegang berkas dengan benar.
"Astaghfirullahaladzim, maafkan saya, Pak!" ucap Izha membungkuk dan memunguti semua berkas yang berceceran di lantai bersama pria tersebut.
"Maaf sekali lagi saya tidak sengaja, apa mau saya bantu susun ulang berkasnya, Pak?" tanya Izha.
"Ide yang bagus, Karena sistem saya masih berada di belakang," jawab suara bariton pria tinggi dengan badan kekar dan rahang yang tegas. Tatapannya juga sangat tajam. Lebih tajam dari tatapan Derriz. tentunya lebih tampan juga dari suaminya.
Mereka duduk di sofa, Izha menyusun kembali semua berkas yang nyatanya adalah berkas kerjasama yang di ajukan perusahaan Dirgantara ke perusahaan Pradana. Izha menyusun dengan sangat teliti jangan sampai tertukar, sedangkan pria yang berada di depannya terlihat sibuk dengan ponsel. Bahkan ponselnya sedari tadi tak berhenti berbunyi.
"Sibuk sekali dia dari tadi dengan ponselnya. Pantas saja tadi sampai bertabrakan karena dia lebih fokus dengan ponsel daripada jalanan. Astaghfirullah, aku juga salah. Aku tadi melamun," batin Izha.
"Pak, Axcel? Anda sudah tiba rupanya?" sapa suara yang tak asing di telinga Izha.
"Ah iya Pak Derriz, saya sedang menunggu asisten saya,"jawab pria yang bernama Axcel. Pandangan Derriz tertuju kepada Izha yang masih menyusun berkas sedikit lagi.
"Mariza, apa yang kamu lakukan dengan berkas penting itu? Jangan bertindak tidak sopan!" tegur Derriz kepada istrinya dengan tatapan tajam, pelan namun membuat Izha menghela napas cukup panjang.
"Saya yang meminta dia membantu membereskan berkas yang tadi terjatuh. Apa dia karyawan anda di sini Pak Derriz?" tanya Axcel membuat Izha menutup kembali mulutnya saat akan berbicara.
"Iya pak, namanya Mariza, dia adalah salah satu staff desain perushaan Dirgantara," jawab Derriz yang tak suka saat melihat tatapan Axcel kepada istrinya.
"Ajak dia untuk meeting sekarang," ujar Axcel sebelum pamit kembali menerima panggilan di ponselnya.
"Apa yang sudah kamu lakukan kepada Pak Axcel? Apa kamu sedang mencari mangsa baru untuk menggantikan aku yang selalu memberikan banyak uang padamu?" Derriz berbicara pelan kepada Izha.
Namun tuduhan Derriz membuat hati Izha kembali hancur. Suaminya tak pernah sedikitpun berkata yang baik mengenai dirinya. Apapun yang dia lakukan selalu di kaitkan dengan uang.
"Kau wanita yang paling menji-jikan dan mura-han yang pernah aku kenal, Izha!" kembali Derriz berbicara membaut kedua tangan Izha terkepal. Ingin sekali Izha menampar pria yang masih berstatus suaminya itu.
"Pak, apa meeting bisa di mulai sekarang? Pak Axcel juga ingin staff desain bernama Mariza untuk ikut meeting kali ini,"ujar asisten Axcel yang mendekat ke arah mereka berdua.
"Baik Pak Ken. Saya akan segera mempersiapkan meeting kita kali ini,"jawab Derriz mengubah nada bicara dan ekspresinya.
"Kau ikut denganku!" ucap Derriz masih menahan kesal dan marah.
Entahlah dia marah sekali melohat Izha dekat dengan pria lain. Apalagi dia adalah Pak Axcel. Pintar sekali Izha mencari mangsa baru, fikir Derriz.
"Apa kamu tahu siapa Pak Axcel?" tanya Derriz memecah keheningan saya mereka berada di dalam lift.
"Tadi aku membaca dari berkas jika dia dari perusahaan Pratama,"jawab Izha jujur.
sreeeeettttt
Derriz menarik tangan Izha sehingga membuat tubuhnya menabrak Derriz. Izha kaget apalagi bi-bir mereka hampir bersen-tu-han. Setelah semalam dia mencoba menghindar dari Derriz. Kenapa sekarang pria itu menjadi sering sekali membuat mereka dalam situasi seperti ini. Bukankah dia sudah memasukkan berkas perceraian mereka. Lalu kenapa dia sangat marah padanya dan bahkan semalam menanyakan perasaan dirinya kepada dia.
akhir nya babang axcel turun tangan jg menyelamatkan izha
skrg otw menjemput calon ibu mertua mu ya babang axcel👍👍
muak sangat sm s derris
buat izha cepet bebas dr derris n axcel membantu smua nya biar lancar
klau udh beres dgn derris br izha d bantu axcel untuk menyelamatkan ibu nya
babang axcel gercep dong tolongin izha ya, kasian izha sendirian