NovelToon NovelToon
Mas Dosen, Ayo Cerai!

Mas Dosen, Ayo Cerai!

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikahmuda / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:398.2k
Nilai: 5
Nama Author: za.zhy

Nala Purnama Dirgantara, dipaksa menikah dengan Gaza Alindara, seorang Dosen tampan di kampusnya. Semua Nala lakukan, atas permintaan terakhir mendiang Ayahnya, Prabu Dirgantara.

Demi reputasi keluarga, Nala dan Gaza menjalani pernikahan sandiwara. Diluar, Gaza menjadi suami yang penuh cinta. Namun saat di rumah, ia menjadi sosok asing dan tak tersentuh. Cintanya hanya tertuju pada Anggia Purnama Dirgantara, kakak kandung Nala.

Setahun Nala berjuang dalam rumah tangganya yang terasa kosong, hingga ia memutuskan untuk menyerah, Ia meminta berpisah dari Gaza. Apakah Gaza setuju berpisah dan menikah dengan Anggia atau tetap mempertahankan Nala?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon za.zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20. Rumah Kita!

Zanna dan Kania menaiki tempat tidur Nala, keduanya tersenyum lebar saat Nala sedang di periksa oleh dokter Reza dan dilakukan pelepasan jarum infus.

Keduanya seolah terhipnotis melihat bagaimana dokter muda itu menjelaskan kondisi Nala saat ini. 

“Sudah membaik, sepertinya sudah bisa pulang,” ucap Reza di akhir pejelasannya.

“Yaaa, kok cepat banget pulangnya,” ujar Zanna kecewa.

Reza tertawa melihat respon Zanna. Baru kali ini ia melihat keluarga pasien kecewa saat tau keluarganya di nyatakan sembuh.

“Aneh, harusnya senang aku pulang. Kalau kamu mau, kamu aja yang dirawat.” Nala cemberut.

“Setttt.” Zanna meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Nala. “Aku gak bisa cuci mata, di rumah cuman ada Kak Gaza dan Rey, bosan. Kalau disini ada Dokter Reza.” Zanna berbisik tapi terdengar cukup jelas oleh semua orang.

Nala dan Kania tertawa mendengar ungapan Zanna.

“Kenalan aja langsung.” Kania memberi saran.

Zanna melirik Reza, seketia ia menggeleng pelan.

“Belajar dari Kak Gaza dan Nala,” ucapnya sembari melirik Gaza yang sedari tadi diam di sofa sembari menatap tajam ke arah Nala. “Gak baik berhubungan dengan pria yang sangat tua!” ucapnya tegas, jelas kata-katanya menyindir Gaza. 

Gaza hanya mengerutkan keningnya sejenak kemudian kembali fokus pada Nala. 

“Gak baiknya kenapa?” tanya Reza penasaran.

Zanna menunjuk Nala yang dari tadi fokus melihat perawat melepas jarum infus di tangannya.

“Nih masuk kantor pengacara, keluar dari sana malah masuk rumah sakit. Gak perlu melampirkan bukti, kisah nyata di depan mata.” 

Kania menyentuh lengan Zanna. “Gak boleh, itu urusan Nala dan Kakakmu,” bisik Kania tak enak.

“Gak apa-apa, La. Nanti kita cari yang seumuran,” ucap Zanna sembari tersenyum lebar.

“Iya-iyaa nanti kita cari.” Nala menjawab asal, ia terlalu fokus dengan tangannya yang baru saja di plester, karena sedikit mengeluarkan darah.

“Butuh rekomendasi?” tanya Reza membuat Nala mendongak.

“Apa Dok?” tanya Nala bingung, ia sepertinya tidak terlalu memperhatikan tema pembicaraan setelah jarum infus di tangannya tercabut. 

Reza melirik ke arah Gaza, pria itu diam tapi tatapan matanya penuh peringatan seolah menyuruh Reza menjauh dari istrinya.

“Ah lupakan, aku berikan pada Zanna saja. Mau aku kenalkan dengan seseorang?” tanya Reza lagi.

“Mau!” ucap Zanna antusias. 

“Baiklah,” ucap Reza sembari bersalaman dengan Zanna. “Setelah ini, silahkan mengurus administrasi, tebus obat dan ambil surat kepulangan pasien. Semoga kita bertemu lagi, Nala dan teman-teman Nala.” Gaza menegaskan kata teman sembari melihat ke arah Gaza.

“Baik, Dok. Sampai berjumpa lagi. Terima kasih.” Zanna sangat antusias, ia bahkan mengantar Dokter Reza hingga ke pintu keluar.

“Nala… Kenapa gak bilang ada dokter ganteng di sini. Harusnya aku aja yang jagain kamu, gak usah Kak Gaza.” Zanna kembali naik ke tempat tidur dan duduk di hadapan Nala.

“Iya, La. Ganteng banget.” Kania akhirnya memuji Reza setelah tadi begitu menahan diri.

“Tangannya kekar, tapi putih baget. Terus bulu-bulunya… aku meleleh.” Zanna berbaring sembari memegang wajahnya.

“Kelamaan jomblo,” ucap Nala sambil menggelengkan kepalanya. Ia tak heran, Zanna memang seperti itu, tipe orang yang berlebihan dalam mengagumi tetapi hanya sekedar mengagumi tidak sampai terobsesi untuk memiliki.

Srekkk!

Suara meja yang digeser dengan kasar segera mengakhiri kebahagiaan ketiganya. Mereka serentak menatap punggung Gaza yang kini berlalu ke kamar mandi.

“Dia marah?” tanya Nala bingung.

“Gak, marah kenapa?” tanya Zanna lagi.

“Cemburu  mungkin, kita muji-muji Dokter Reza di depan muka suami kamu, La,” balas Kania.

“Gak mungkin, cemburu itu berjalan bersamaan dengan cinta. Kalau gak ada cinta, cemburu gak mungkin ikutan.” Nala membantah.

“Kita mana tau hatinya, Pak Gaza.” Kania menarik kesimpulan.

“Gak tau, dia gak punya hati.” Zanna mengucapkan dengan tegas.

Brak!

Pintu kamar mandi terbuka membuat ketiganya berbalik dan berpura-pura sibuk. 

“Gosipin aku?” tanya Gaza sembari menunjuk dirinya.

Tiga orang di hadapannya itu menggeleng secara bersamaan. Tapi Gaza tau, dari ekspresi ketiganya, terlalu mudah dibaca, mereka berbohong.

“Kamu dan Kania, pergi urus administrasi dan tebus obat di apotek. Biar Kakak yang membantu Nala mengemasi pakaiannya.” Gaza menarik adiknya turun dari tempat tidur Nala.

“Loh kok aku?” protes Zanna.

“Lalu siapa? Bantuin Kakak sendiri kok gak mau,” ucap Gaza kembali menyerahkan kartu ATMnya kepada Zanna. “Bayar pake ini,” lanjutnya kemudian berlalu meninggalkan Zanna yang cemberut.

“Ayo, Kania!” Meskipun kesal, Zanna tetap menuruti, ia tak mau uang jajannya berkurang karena menolak perintah Kakaknya.

Gaza menarik tas kecil dari tangan Nala, ia juga mengambil alih pakaian ganti yang sedang Nala lipat. Tangannya telaten memasukkan semua bajunya ke dalam tas kecil milik Nala.

“Giliran suami sendiri gak di liatin,” gumam Gaza kesal.

“Mas ngomong apa?” tanya Nala bingung, ia membetulkan plester di tangannya yang sedikit terbuka.

“Lupakan,” ucap Gaza kesal.

Nala diam, ia memperhatikan Gaza. “Mas lagi kesal ya?” tanya Nala pelan.

Gaza hanya menggeleng, tangannya kembali memasukan semua barang-barang pribadi milik Nala, ia takut ada yang tertinggal.

“Terus?” tanya Nala, ia tak percaya dengan gelengan kepala Gaza.

“Aku atau Reza?” tanya Gaza tiba-tiba.

“Hah?” Nala terkejut, ia tak mengerti maksud pertanyaan tiba-tuba Gaza. “Maksudnya Mas?” tanya Nala lagi.

“Aku atau Reza, siapa yang paling tampan?” tanya Gaza memperjelas pertanyaannya.

Nala ketika menggigit bibirnya, sekuat tenaga, Nala menahan tawanya sendiri. Takut jika ia tertawa, Gaza akan semakin tantrum. 

“Gak ada,” ucap Nala, ia mencari jawaban teraman.

Gaza tersenyum sinis, perempuan memang suka malu-malu. Di Depan mencaci di belakang memuji.

“Kamu suka yang kekar Dokter Reza?” tanya Gaza lagi.

Nala mengedipkan matanya beberapa kali, ia takut salah menjawab. 

“Gak ada yang aku suka Mas, satunya bukan tipe aku.” Nala menunjuk ke arah pintu. “Satunya gak cinta aku,” ucap Nala sembari menunjuk Gaza.

Gaza seketika bungkam, Nala selalu menyudutkannya dengan fakta yang tak terbantahkan.

“Nanti, aku akan berusaha.” Gaza berucap pelan. Nada suaranya tak senyaring saat tadi membandingkan dirinya dengan Reza.

Nala tersenyum, ia bahkan belum memutuskan untuk memberi waktu pada Gaza atau tidak. Ia masih ingin dibujuk, diusahakan, Nala masih ingin Gaza memperjuangkan nya sedikit saja. Mungkin hal itu bisa mengubah keputusan Nala.

“Mas…” panggil Nala pelan. “Kita pulang ke rumah siapa? Ke rumah Mas atau ke rumah Papah Iskandar?” tanya Nala hati-hati.

Gaza mendekat, tangannya terulur merapikan rambut Nala yang sedikit berantakan.

“Pulang ke rumah kita, sayang,” ucap Gaza dengan suara berat 

Wajah Nala memanas mendengar Gaza memanggilnya seperti itu. Bukan pertama kali, tapi Gaza tak pernah memanggul Nala seperti itu saat berduaan.

“Kenapa diam? Kamu mau pulang ke tempat Papah? Atau ke rumah Bunda?” tanya Gaza sembari menatap wajah Nala serius.

“Ke rumah Mas saja,” jawab Nala pelan.

“Rumah kita, Nala!” tegas Gaza lagi.

Nala hanya bisa mengangguk, ia tak mau membantah. Lagi pula, ia memang ingin pulang ke rumah yang setahun ini ditempati oleh dirinya dan Gaza. Ia belum siap bermain drama jika harus pulang ke rumah mertuanya atau ke rumah Bundanya.

***

“Kania…” panggil Zanna, saat ini mereka senang berada di depan apotek. 

“Kenapa?” tanya Kania, ia langsung menutup telepon genggamnya yang tadi menampilkan kolom chat dirinya dan Rey.

“Aneh gak? selama ini Kak Anggia gak ada menjenguk, Nala?” tanya Zanna lagi.

“Sibuk kali,” jawab Kania.

Zanna menggeleng. “Gak, dia dan Kak Gaza aja sempat ketemuan, masa ngeliat adiknya aja gak sempat.” Zanna membantah alasan yang diberikan Kania.

Kania ikut diam, ia tidak bisa memikirkan apapun. Ia tau tentang Nala dan Gaza. Ia juga tahu kondisi pernikahan sahabatnya itu. Tapi tak pernah berani ikut campur terlalu dalam. Dirinya hanya mendengar dan akan memberi pendapat jika diminta.

“Bantu aku dong!” ucap Zanna memelas, ia bahkan belum berhasil menemukan jawaban mengenai Anggia, kini otaknya sudah memikirkan hal lain.

“Apaan? Jangan aneh-aneh,” ucap Kania. Dirinya sudah hafal sifat Zanna, idenya selalu di luar ekspektasi dan anehnya Kania selalu mau membantu walaupun pada akhirnya ia di marah oleh Rey dan Nala.

“Aku gak mau Kak Gaza dan Nala bercerai, aku mau buat mereka bersatu,” ucap Zanna sembari menyatukan kedua tangannya.

“Caranya?” tanya Kania penasaran.

Zanna menghela nafas, ia yang tadi yakin seketika murung. Ia ragu dengan rencananya, tapi jika ia belum mencoba, ia tak akan tau sama sekali.

“Sepertinya Kak Gaza itu ada perasaan sedikit sama Nala, cuman sangking dikitnya dia gak sadar. Aku mau bikin dia sadar dulu,” ucap Zanna lagi.

“Ok, cara bikin Kakak kamu yang keras macam batu itu sadar bagaimana?” tanya Kania, sukses membuat Zanna tertawa.

“Liat gak tadi dia cemburu sama Dokter Reza?” tanya Zanna lagi.

Kania menangguk ragu, ia tak yakin karena tidak terlalu memperhatikan Gaza.

“Sepertinya harus pakai cara itu biar Kak Gaza sadar. Nala itu sebenarnya banyak yang naksir. Cuman karena statusnya yang sudah menikah, orang-orang pada menjauh.”

Kania menatap Zanna kesal. “Ya iyalah, mana ada yang berani jadi pebinor kalau suaminya macam Kakakmu.” 

“Iya sih,” ucap Zanna pelan. “Sepertinya aku harus manfaatin Nenek aja deh,” ucap Zanna akhirnya.

Kania hanya menggeleng pelan, ia tak tau apa yang ada di pikiran Zanna saat ini. Tapi ia hanya berharap apapun yang direncanakan Zanna tidak memberikan dampak buruk baik untuk Nala dan juga Zanna.

“Aku tau niat kamu baik, kamu mau menyelamatkan rumah tangga Nala dan kakak kamu, tapi jangan sampai malah jadi sebaliknya. Hubungan mereka gak baik, rawan salah paham, bukannya makin dekat yang ada malah beneran cerai. Jangan memasukkan orang ketiga…” 

Kania berusaha menyampaikan pendapatnya. Ia tau maksud Zanna dengan memanfaatkan rasa cemburu agar Gaza sadar. Tapi Kania takut itu justru menjadi bumerang dan memperburuk hubungan Nala.

“Iya, aku ganti. Aku juga gak mau kalau orang itu beneran suka sama Nala.” 

Kania tersenyum, ia lega karena Zanna mau mendengar pendapatnya. Ia berharap apapun usaha yang Zanna lakukan, itu bisa memberikan yang terbaik untuk sahabat nya.

1
Tamirah
Berusaha untuk mendekati istri karena nafkah batin bisa menjadi alasan untuk pengajuan perceraian .
Tamirah
Tuh perlu dikasih pelajaran suamimu . Dengan ikut KKN bisa menjadi hiburan tersendiri apa lagii cowok cowok nya cakep cakep.Biar Suami ketar ketir.
Sweet Girl
Kok malah nyuruh Anggia, si Tante Maya.
Sweet Girl
Tamak, pilihlah salah satu...
Tamirah
Yang pada baca novel ini gregetan habis sama suami Nala Aku dukung kamu minta cerai laki model gituu buat apa dipelihara mending dibuang aja.
Tamirah
Buat apa mempertahan pernikahan yg gak jelas' muaranya. Mending cerai walau diawal terasa sakit ,seiring berjalannya waktu rasa sakit akan sirna.
Tamirah
Pernikahan yg gak diharapkan tapi di paksakan sayang nya Nala sdh jatuh hati wesss angelllll Thor.!
Sweet Girl
Baguslah... ganti istri aja, tapi cerein Nala....🤣
Maya Lara Faderik
cerita ni masih ada sambungan kan ..
Popy Ana
WK WK WK.. gak semudah itu memberikan kepercayaan ke pada orang yang membuat kecewa begitu dalam.
Nala mengalami trauma secara kasat mata bahkan Nala sendiri tidak menyadari nya... karena dia beranggapan kalau dirinya takut di kecewakan untuk yg ke sekian kali dan bersaing dengan masalalu suami nya..
tanpa ada yg memahami perasaan nya..
di tambah dengan tuntutan dari keluarga suami nya untuk mempunyai anak..
kalau mental Nala gak kuat sudah gila dia, tapi apa yg dia alami selama satu tahun pernikahan itu bisa menjadi bom waktu . sewaktu waktu bisa meledak jika tersulut apalagi Nala banyak memendamnya sendiri dan bilang dia baik baik saja padahal luka hati nya mengaga....
EkaYulianti
suka anggia knp gak milih menikahi anggia? gaza nih kusut pikirannya! malah milih menikahi nala.
EkaYulianti
biar aja periksa kesuburan ke rmh sakit. sekalian periksa perawan 🤣 trus urus perceraian.
anakmamah
karya nya sangat bagus



jangan lama lama up nya
itin
ada banyak masalah timbul dari perjodohan. kasus gaza dan nala karena perasaan gaza yang masih terganjal di masalalu yg wanitanya adalah kakaknya nala. setelah dipertimbangkan bahkan belumlah fatal banget gaza mulai belajar menerima sayangnya diwaktu nala mulai menyerah.
jadi masalahnya sih hanya tinggal kerelaan aja ya. rela membenahi. rela belajar saling menerima. rela aja gtu. karena nyatanya cintanya nala bersambut.

susah kalau nala keras kepala dan selalu dgn pemikirannya sendiri. susah gaza utk meluluhkan. lelaki dewasa tuh dikasih banyak tantangan ada yang mau bertahan ada yang bosan. aduh gimana ya bilangnya 😄
Phi Pesek
👍
yuni ati
Mantap/Good/
itin
biasanya ada salahsatu yang egois tapi disini keduanya sama sama mau mengalah
Yuliana Ana
lanjut...
Reni Anjarwani
lanjut thor doybel up
mimief
aku baru ganti akun ini,boleh ya langsung ke espd akhir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!