Selama tiga tahun menikah, Elena mencintai suaminya sepenuh hati, bahkan ketika dunia menuduhnya mandul.
Namun cinta tak cukup bagi seorang pria yang haus akan "keturunan".
Tanpa sepengetahuannya, suaminya diam-diam tidur dengan wanita lain dan berkata akan menikahinya tanpa mau menceraikan Elena.
Tapi takdir membawanya bertemu dengan Hans Morelli, seorang duda, CEO dengan satu anak laki-laki. Pertemuan yang seharusnya singkat, berubah menjadi titik balik hidup Elena. ketika bocah kecil itu memanggil Elena dengan sebutan;
"Mama."
Mampukah Elena lari dari suaminya dan menemukan takdir baru sebagai seorang ibu yang tidak bisa ia dapatkan saat bersama suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9. ULTIMATUM
Kantor Raven Wattson terasa lebih sunyi dari biasanya. Lampu-lampu hangat memantul di permukaan kaca dan marmer, tapi tidak mampu mengurangi hawa dingin yang menyelimuti. Suasana ini seolah menekan setiap langkah, menciptakan rasa tak nyaman yang hampir fisik. Di meja kayu hitam megah, laptop Raven menampilkan grafik tekanan terhadap Alvarez. Setiap angka yang turun, setiap laporan yang masuk, membuat bibir Raven menipis dan matanya berkilat dengan rasa puas.
Raven tersenyum tipis, puas dengan kekacauan yang telah ia ciptakan. Namun, ketenangannya segera terganggu oleh ketukan keras di pintu kaca.
"Masuk," suara Raven bergema, tegas namun dingin.
Pintu terbuka perlahan, dan Elena Alvarez melangkah masuk. Tubuhnya tegap, profesional, tapi matanya tajam, menyimpan kemarahan yang hampir bisa memecahkan kaca di sekitarnya. Elena menatap Raven, dan seketika, ruangannya terasa semakin panas.
"Raven?! Apa yang kau lakukan?!" suaranya tegas, penuh emosi. "Apa yang kau lakukan pada perusahaan ayahku, pada keluargaku, dan pada hidupku?"
Raven tetap tenang, menatap Elena dengan mata menyala. Tidak ada ketakutan sedikit pun, hanya senyum tipis yang menakutkan sekaligus memikat.
"Apa yang aku lakukan ... hanya permainan, Elena," jawab Raven pelan. Suaranya dingin, tetapi ada nada memikat yang membuat Elena hampir kehilangan keseimbangan. "Permainan yang kau mulai sendiri, dengan mengirimkan gugatan cerai itu," lanjutnya.
Elena menelan ludah, langkahnya mantap mendekat ke meja Raven. "Permainan? Kau menghancurkan perusahaan ayahku yang dia bangun sejak muda, membuat orang-orang di sekitarku takut, dan kau menyebutnya permainan?"
Raven berdiri. Tubuhnya tinggi, aura kekuasaan dan ketegasan terpancar kuat. Ia melangkah mendekat, menatap Elena mata ke mata.
"Dengar baik-baik, Elena. Aku bisa menarik semua tekanan yang kurasakan pada Alvarez ... semua ... hanya jika kau melakukan satu hal," kata Raven, suaranya turun menjadi berat dan bergema. "Tarik gugatan cerai itu. Kembalilah padaku. Terimalah Jessy dan nantinya, kau akan membesarkan anakku. Aku memberimu satu kesempatan untuk memilih, Elena."
Elena menggertakkan gigi, matanya membara. Suasana menjadi panas, seolah udara di sekitar mereka menebal. Ia merasakan ketegangan yang tidak bisa dihindari.
"Ka gila! Kau tidak bisa memperlakukan orang lain seperti ini! Aku tidak akan tunduk pada ultimatummu!" tegas Elena.
Raven tersenyum, lebih dingin lagi. "Kalau kau menolak ... maka aku benar-benar akan menghancurkan Alvarez. Aku tidak main-main, Elena. Aku memberimu pilihan terakhir."
Elena menahan napas, berusaha mengumpulkan keberanian. Ia tahu Raven benar, kekuasaan pria itu di atas Alvarez, dan jika ia menolak, perusahaan dan keluarganya akan menderita. Namun hatinya menolak menyerah.
Raven mencondongkan tubuhnya, suaranya lebih lembut tapi menembus. "Malam ini akan ada pesta perusahaan. Aku ingin kau hadir ... sebagai istriku. Aku akan memperkenalkan Jessy sebagai istri keduaku, wanita yang mengandung keturunanku. Kau akan melihat sendiri apa yang menunggumu jika kau menolak," ancam Raven.
Elena menelan ludah. Hatinya berdebar tak terkendali. Ia ingin menolak, ingin memukul wajah pria itu, tapi sadar bahwa setiap gerakannya sekarang bisa menjadi kelemahan.
"Kau tidak berhak mengendalikan hidupku seperti ini," Elena membalas, suaranya naik sedikit, tapi matanya menatap lurus ke Raven, menantang, meski hatinya mulai terasa berat.
Raven melangkah lebih dekat, jarak mereka hanya beberapa langkah. Aura kekuasaan dan dominasi pria itu membuat Elena merasa terdesak, namun sekaligus ada sesuatu yang membuat hatinya bergetar.
"Kau selalu tahu aku, Elena. Kau tahu siapa aku, bagaimana aku bertarung, dan siapa yang bisa melindungimu dari dunia ini. Aku memberimu pilihan ... ini satu-satunya kesempatanmu," kata Raven pelan tapi menegaskan setiap kata.
Elena menundukkan kepala sejenak, berusaha menenangkan diri. Ia tahu, menolak sekarang berarti mempertaruhkan segalanya. Tidak hanya Alvarez, tetapi keluarganya juga. Ia bisa merasakan bahwa setiap langkahnya sedang diperhatikan, setiap keputusan bisa dimanfaatkan.
Raven tersenyum tipis, menatap Elena dengan mata yang menembus. Ia tahu Elena mulai merasa kepanikan. Ia selalu menang ketika menyentuh sisi psikologis lawannya ... dan Elena, wanita yang selalu ia cintai, bukan pengecualian.
"Aku bisa menghentikan semuanya. Segera. Aku bisa menghapus tekanan, memutar balik setiap langkah yang kubuat. Tapi kau harus memilih, Elena ... sekarang," ucap Raven, suaranya tenang, tapi penuh kekuatan yang memaksa.
Elena menelan ludah, napasnya tersengal. Ia ingin menolak, tetapi tekanan yang dirasakan setiap detik semakin berat. Ia merasa seolah terjebak dalam permainan yang ia tidak bisa menangkan.
Raven menatapnya dengan intensitas yang menakutkan. "Jika kau menolak, kau akan melihat apa yang terjadi ketika aku benar-benar tidak terkendali. Kau akan merasakan kehancuran Alvarez ... kau akan merasakan ketidakberdayaan yang sama seperti yang kuciptakan sejak awal. Tapi jika kau menerima ... kita bisa melanjutkan hidup bersama," katanya.
Elena menundukkan kepala, berjuang menahan harga dirinya. Rasanya seperti hidupnya diperas, setiap keputusan menekan hatinya. Namun matanya tetap menatap Raven, menahan kemarahan dan rasa takut sekaligus.
"Kau memang pria brengsek, Raven," umpat Elena.
"Aku tahu itu. Dan akau akan lebih brengsek jika kau menolak ultimatumku ini. Kau harus tahu apa akibatnya jika melawanku," kata Raven penuh kesombongan.
Elena mantap Raven dengan pandangan seaakan ingin menelan pria itu bulat-bulat lalu melepehkannya lagi untuk memberitahu betapa tidak layak pria ini sebagai manusia.
Raven menatap jam di tangannya. "Sekarang aku harus pergi. Jessy menunggu di butik untuk gaun pesta malam ini. Aku akan segera ke sana,” kata Raven, menaruh ponsel di saku jasnya. Tanpa menunggu jawaban, ia melangkah keluar dari ruangan, meninggalkan Elena sendiri.
Elena memandang punggung Raven yang menghilang di koridor.
"Pria sialan!" umpat Elena kesal.
Elena menatap ponselnya yang baru bergetar. Layar menampilkan sebuah nama, nama yang membuat dahinya mengerut dan jantungnya berdebar kencang.
"Halo?" Elena mengangkat panggilan di ponselnya.
Dan saat itu ia mendengar sesuatu dari orang di seberang telepon yang membuat Elena membulatkan mata. Sebuah ucapan singkat yang tidak ia duga akan dengar hari ini.
Suasana seakan menjadi beku. Elena menatap layar itu, merasakan ketegangan semakin meningkat. Nama di ponsel yang tadi menelepon membuat rasa penasaran dan kekhawatiran yang tak terelakkan. Pilihan yang harus ia ambil kini bukan lagi sekadar masalah pribadi, tapi urusan hidup dan mati bagi Alvarez, keluarganya, dan dirinya sendiri.
Elena menatap ponsel itu, menahan napas, sementara bayangan Raven menghilang di koridor. Malam nanti, pesta perusahaan akan menjadi panggung pertaruhan yang menentukan segalanya. Ultimatum Raven, tekanan yang dirasakan Alvarez, dan keberadaan Jessy ... semua akan bertemu dalam satu malam yang bisa mengubah hidup Elena selamanya.
Kau pikir kau sudah menang, Raven? Kurasa kau lupa siapa Elena Alvarez sebelum menjadi Elena Wattson, batin Elena penuh kemarahan yang akan ia tuangkan malam nanti.
masih penasaran sm mlm pertama mereka berdua, othor nih bikin penasaran aja deh 😁
kalau Elena gak mandul, semoga yg mandul Raven dan ternyata Jessy hamil dgn pria lain, pasti aku akan bersorak kegirangan 🤣
selamat atas pernikahan Hans dgn Elena dan selamat untuk Theo akhirnya Elena jadi Mama nya beneran 😍
jangan jadi hama😤.