Shi Hao, seorang pemuda biasa di dunia modern yang mati tanpa meninggalkan jejak, terlahir kembali sebagai bayi dari keluarga bangsawan kelas satu di dunia kultivasi. Kelahirannya mengguncang langit naga dan phoenix muncul, menandai takdir besar yang bahkan para dewa tak inginkan.
Dari seorang anak licik, lucu, dan cerdas, Shi Hao tumbuh dalam dunia penuh sekte, klan kuno, monster, dan pengkhianatan. Setiap langkahnya membawa kekacauan: ia mencuri pil, menghancurkan jenius lain, menertawakan musuh, dan mengalahkan ancaman yang jauh lebih kuat dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 35
Matahari di atas Lembah Tulang Naga tertutup awan mendung. Di pusat kawah, di depan altar batu yang menjadi pintu masuk gudang bawah tanah, tiga sosok tua melayang di udara.
Mereka mengenakan jubah merah darah dengan sulaman tengkorak emas di punggung tanda status Tetua Agung (Grand Elder) dari Sekte Iblis Merah.
Tetua Gui (Hantu): Ahli serangan jiwa.
Tetua Xue (Darah): Ahli manipulasi darah.
Tetua Gu (Tulang): Ahli pertahanan fisik.
Ketiganya berada di ranah Core Formation Tahap Menengah. Tekanan gabungan mereka membuat udara di kawah itu seberat timah. Mo Sha berdiri di belakang mereka dengan wajah penuh kemenangan yang licik.
"Dia datang," desis Tetua Gui, matanya yang hijau menyala menatap pintu altar.
Tap. Tap. Tap.
Langkah kaki tenang terdengar dari kegelapan tangga.
Shi Hao (Tian Zhu) muncul. Topeng kayunya masih terpasang rapi, pedang karatnya tersampir di punggung. Dia berhenti di ambang pintu, menatap tiga raksasa yang melayang di atasnya tanpa rasa takut sedikit pun.
"Wah, sambutan yang meriah," suara Shi Hao terdengar santai di balik topeng. "Tiga Tetua Core Formation untuk menyambut satu junior? Sekte Iblis Merah benar-benar tidak tahu malu."
"Tutup mulutmu, Bocah!" bentak Mo Sha. "Serahkan harta yang kau ambil di dalam! Dan serahkan teknik pengendali mayat itu!"
Shi Hao miringkan kepala. "Harta? Tidak ada harta. Cuma rongsokan besi tua."
"Bunuh dia," perintah Tetua Xue dingin. "Kita cari di mayatnya."
Tetua Xue mengibaskan tangannya.
SPLAT!
Darah yang menggenang di tanah kawah (sisa pertempuran sebelumnya) tiba-tiba hidup. Darah itu membentuk ratusan tombak merah yang melesat ke arah Shi Hao dengan kecepatan suara.
"Hujan Tombak Darah!"
Serangan area luas. Tidak ada celah untuk menghindar.
Shi Hao tidak panik. Di dalam Dantiannya, Kuali Kekacauan berputar pelan.
"Telan."
Shi Hao merentangkan tangan kirinya ke depan. Sebuah pusaran hitam kecil muncul di telapak tangannya.
VWOOOM!
Ratusan tombak darah itu tidak menembus Shi Hao. Sebaliknya, begitu mendekati telapak tangannya, tombak-tombak itu tersedot masuk ke dalam pusaran hitam dan lenyap tanpa jejak!
Tombak darah itu masuk ke dalam dimensi penyimpanan Kuali Kekacauan, menjadi genangan darah tak berbahaya di dalamnya.
"APA?!" Mata Tetua Xue melotot keluar. "Dia... dia menelan seranganku?!"
"Giliran kalian sudah?" tanya Shi Hao.
Ia mencabut pedang karat di punggungnya.
"Sekarang giliranku."
Shi Hao menghentakkan kaki. Tanah retak. Tubuhnya melesat seperti peluru meriam, bukan ke arah Tetua Xue, tapi ke arah Tetua Gu yang berbadan besar.
"Cari mati!" Tetua Gu tertawa meremehkan. Dia adalah ahli pertahanan. Tubuhnya sekeras berlian. "Bocah Qi Condensation mau melukaiku dengan besi karatan?"
Tetua Gu tidak menghindar. Ia membusungkan dadanya, membiarkan Qi pelindungnya bersinar.
Shi Hao menyeringai di balik topeng.
Mereka tidak tahu. Pedang karat ini terbuat dari Besi Berat Bintang Jatuh. Berat aslinya mencapai 5.000 kilogram. Ditambah dengan kekuatan fisik Alam Dewa Shi Hao dan momentum lari...
Ini bukan tebasan pedang. Ini adalah hantaman meteor.
"Hancur!"
Shi Hao mengayunkan pedang tumpul itu sekuat tenaga.
BAAAMMM!!!
Suara benturannya seperti lonceng raksasa dipukul palu godam.
Perisai Qi Tetua Gu hancur seketika.
Pedang karat itu menghantam dada Tetua Gu. Tulang rusuknya remuk. Tubuh tuanya terlempar ke belakang seperti bola karet, menabrak dinding kawah hingga tertanam sedalam dua meter.
"PUAHHH!" Tetua Gu memuntahkan darah segar bercampur pecahan organ.
Hening. Mo Sha gemetar. Tetua Gui dan Tetua Xue mematung.
Satu pukulan? Seorang Qi Condensation memukul mundur Core Formation hanya dengan kekuatan fisik?!
"Jangan remehkan dia! Dia Monster!" teriak Tetua Gu dari dalam dinding dengan suara parau.
"Serang bersamaan!" Tetua Gui meraung.
Tetua Gui menyerang mental Shi Hao dengan Jeritan Hantu. Tetua Xue memanggil Golem Darah raksasa.
Dua serangan Core Formation datang dari kiri dan kanan.
Shi Hao tahu dia tidak bisa menahan ini terus-menerus. Satu kejutan sukses karena mereka meremehkannya. Sekarang mereka serius.
"Waktunya rencana B."
Shi Hao melompat mundur, kembali ke mulut pintu altar.
Ia menempelkan tangannya ke lantai batu.
"Maafkan aku, Lembah Tulang Naga. Tugasmu sudah selesai."
Shi Hao mengalirkan Qi Emasnya ke dalam Peledak di bawah tanah.
RUMBLE...
Tanah mulai bergetar hebat. Bukan getaran biasa, tapi getaran yang meruntuhkan bangunannya.
Retakan-retakan besar muncul di seluruh kawah, memancarkan cahaya magma dari dalam perut bumi.
"Apa yang dia lakukan?!" teriak Mo Sha panik saat tanah di bawah kakinya terbelah.
"LARI! DIA MELEDAKKAN LEMBAH INI!" seru Tetua Gui.
"Selamat tinggal, Tuan-tuan Iblis!" Shi Hao melambaikan tangan.
Ia melompat mundur, masuk kembali ke dalam lorong altar, lalu menggunakan mekanisme rahasia untuk menutup pintu batu setebal lima meter.
Di luar, kawah itu meledak.
KA-BOOOOOOM!!!
Ledakan dahsyat menyapu Lembah Tulang Naga. Tebing-tebing runtuh, mengubur altar dan segala isinya di bawah jutaan ton batu dan tanah.
Tiga Tetua Sekte Iblis dan Mo Sha terpaksa terbang tinggi ke langit untuk menghindari longsoran maut itu. Mereka menatap ke bawah dengan wajah hitam legam.
Lembah itu rata dengan tanah. Tidak ada jejak altar. Tidak ada jejak Tian Zhu.
"Dia... dia mengubur dirinya sendiri?" tanya Mo Sha tak percaya.
"Tidak," geram Tetua Gui, matanya memindai dengan Sense Spiritual. "Ada jalur air bawah tanah yang terhubung ke sungai di luar lembah. Bocah licik itu pasti kabur lewat sana sebelum ledakan terjadi."
"KEJAR! JANGAN BIARKAN DIA LOLOS!"
Dua Puluh Mil dari Lembah.
Di tepi sebuah sungai deras yang mengalir menuju Wilayah Kekacauan, sesosok tubuh basah kuyup merangkak naik ke daratan.
Shi Hao terbatuk-batuk, memuntahkan air sungai. Seluruh tubuhnya sakit.
"Gila... arus air bawah tanah itu lebih ganas dari yang kuduga," keluhnya sambil berbaring telentang menatap langit sore.
Ia selamat. Dia telah mendapatkan Kuali Kekacauan. Dia telah mempermalukan Sekte Iblis (lagi).
Shi Hao meraba dadanya. Kuali kecil di dalam Dantiannya berputar tenang, memancarkan energi hangat yang perlahan menyembuhkan memar-memarnya.
"Sekarang, aku benar-benar sendirian," gumam Shi Hao. "Sekte Iblis akan memburuku habis-habisan. Sekte Langit Abadi tidak bisa melindungiku di sini."
Ia bangkit duduk. Matanya menatap ke arah timur, di mana garis cakrawala bertemu dengan pegunungan yang tertutup kabut ungu.
"Kota Kerajaan Kuno Tianwu."
Di sana, terdapat Lelang Harta Tahunan yang akan diadakan sebulan lagi. Shi Hao butuh bahan-bahan langka untuk membangun Pondasinya.
Dan yang lebih penting, di kota itu terdapat Menara Alkimia, tempat di mana dia bisa mendapatkan lisensi dan sumber daya tanpa perlu bergantung pada sekte.
Shi Hao mengeluarkan topeng Tian Zhu nya yang retak sedikit.
"Identitas Tian Zhu sudah terlalu panas. Aku butuh wajah baru untuk sementara waktu."
Shi Hao menyimpan topeng itu. Ia merobek lengan bajunya, mengikat rambutnya dengan gaya berbeda, dan mengubah postur tubuhnya menjadi sedikit membungkuk.
"Mulai sekarang, panggil aku... Mo (Tinta). Seorang Alkemis pengelana."
Shi Hao melangkah pergi, meninggalkan jejak basah yang segera kering tertiup angin.
Legenda Tian Zhu menghilang sejenak, digantikan oleh perjalanan seorang Alkemis jenius yang akan mengguncang dunia obat-obatan.
NEXT CHAPTER > Perjalanan menuju Kota Kerajaan. Shi Hao bertemu dengan rombongan pedagang yang diserang bandit. Dia menolong mereka dengan kemampuan alkimia (racun/obat), bukan pedang, untuk memperkuat penyamaran barunya.