Hari itu adalah hari yang cerah tapi mendung, dengan matahari yang bersinar di antara awan. Pagi itu embun dingin panas menempel di daun-daun hijau. Hani dari kejauhan melepaskan kepergian saudara laki-lakinya ke tempat peristirahatan terakhir.
Hani dianggap gadis pembawa sial oleh keluarganya. Pria yang dekat dengan Hani, akan mati. Sepupu dan Kakak kandungnya adalah korbannya.
Apakah Hani adalah gadis pembawa sial?
Mengapa setiap pria yang dekat dengannya selalu saja dekat dengan kematian?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 Pesan Misterius
Hari itu adalah hari yang cerah tapi mendung, dengan matahari yang bersinar di antara awan. Pagi itu embun dingin panas menempel di daun-daun hijau. Hani dari kejauhan melepaskan kepergian saudara laki-lakinya ke tempat peristirahatan terakhir.
Apakah Hani adik yang tidak tahu diri? Mengapa Hani tidak bersama keluarga besarnya di pemakaman? Mungkinkah Hani orang yang egois?
Tidak, semua itu tidak benar. Hani adik yang sangat disayangi kakaknya. Mereka sangat dekat satu sama lain. Dani meninggal karena melindungi Hani dari seseorang yang ingin menculik Hani. Penculik itu menusuk perut Dani dengan sebuah pisau dan Dani meninggal di tempat kejadian.
Seminggu sebelum Dani meninggal, sepupu Hani yang bernama Eky juga meninggal karena menolong Hani dari tabrakan sebuah mobil yang saat itu melaju kencang karena sopirnya dalam keadaan mabuk berat.
Tidak hanya itu, kakak perempuan Hani gagal menikah karena calon besan takut anak mereka akan meninggal setelah menikah dengan kakaknya Hani. Dari tiga kejadian itu, keluarga besar Hani menganggap Hani pembawa sial. Mereka semua meracuni pikiran orang tua Hani. Hani akhirnya diusir dari rumah.
Mama Hani saat itu sangat kehilangan Dani. Begitu juga dengan batalnya pernikahan putri pertamanya yang sudah disusun dan diatur rencananya berbulan-bulan lamanya. Pikirannya kacau, dia orang pertama yang mengusir Hani dari rumah. Dan Fani kakaknya Hani sangat mendukung keputusan mamanya karena terlanjur sakit hati kepada Hani.
Tapi berbeda dengan Papa Hani. Sebegitu sedihnya dia kehilangan Dani, tapi akal sehatnya masih waras dan menganggap semua itu adalah takdir Tuhan. Hani tidak bersalah atas meninggalnya Dani dan putusnya pertunangan Fani. Papa Hani mengirim Hani ke kota lain tanpa sepengetahuan keluarga besarnya.
Setelah Dani dimakamkan, Hani berbalik badan meninggalkan pemakaman sebelum keluarga besarnya menyadari kehadirannya. Dengan berurai air mata, Hani masuk ke dalam taxi menuju bandara.
Tibalah Hani di parkiran bandara. Hani kembali melihat kotanya. Hani tidak akan pernah tahu kapan dia akan kembali ke kota ini.
"Permisi Dek, maaf, hmmmm," seorang pria terlihat gelisah berdiri di depan Hani.
"Iya," tatap Hani.
"Maaf, dari tadi saya ingin menghubungi seseorang tapi kemungkinan nomor saya diblokir. Boleh saya pinjam hp sebentar. Please," pria itu mengatupkan kedua tangannya.
Hani menatap curiga ke arah pria itu. Dan pria itu sangat mengerti kecurigaan Hani.
"Baiklah, saya pinjam hp mu sebentar, sebagai jaminannya kamu pegang hp saya ini," Pria itu memberikan ponselnya kepada Hani.
Hani dengan ragu-ragu memberikan ponselnya dan mengambil ponsel pria itu sebagai jaminan kalau ponselnya tidak dibawa lari pria asing itu. Dan pria itu menghubungi seseorang. Dari pembicaraan yang didengar Hani, teman pria itu memutuskan kembali ke kotanya.
"Valdi, kapan kamu dewasa!" Pria itu menutup teleponnya.
"Ini, terima kasih. Dan ini biaya untuk mengganti pulsa kamu." Pria itu mengembalikan ponsel Hani dan memberikan sebuah amplop kepada Hani.
"Hmmmm, gak usah Ka," Hani juga mengembalikan ponsel pria itu.
Tapi pria itu tetap memaksa Hani untuk menerima amplopnya. Pria itu berjalan meninggalkan Hani. Hani mematung menatap kepergian pria itu.
Hani menerima sebuah pesan singkat dari nomor yang tidak tersave di ponselnya.
08xxxxxxxxxx : Dasar pembawa sial. Jangan pernah berhubungan dengan pria, jika tidak ingin dia celaka!!!!
Hani mengedarkan pandangannya. Hani memperhatikan semua orang yang ada di parkiran bandara. Dan tatapan Hani tertuju pada pria yang baru saja meminjam ponselnya. Pria itu sedang berbicara dengan seseorang via ponselnya. Dan dari arah samping kanannya, sebuah mobil taxi dengan kecepatan tinggi menabrak pria itu.
BRAAAAAAKKKK!
Pria itu terpental ke udara dan terjatuh menghantam aspal jalan. Taxi itu melarikan diri. Semua orang yang ada berlari menyelamatkan pria itu. Hani berinisiatif menolong, tapi lagi-lagi ponselnya berbunyi. Hani dengan gemetaran membuka aplikasi hijaunya.
08xxxxxxxxxx : Jangan coba-coba menolongnya, kalo tidak, kamu juga akan celaka!!!.
Hani langsung berlari masuk ke dalam bandara. Wajah Hani pucat, keringat dingin membasahi wajahnya. Petugas bandara membantu Hani sampai masuk ke dalam pesawat. Hani bilang kepada mereka, ini pertama kalinya naik pesawat. Mereka akhirnya memaklumi dan membantu Hani.
Di dalam pesawat, Hani menutupi wajahnya dengan selimut yang diberikan pramugari kepadanya. Hani terlelap. Pramugari kembali ke kursi Hani, melihat Hani yang terlelap, pramugari meminta bantuan kepada pria yang ada di samping kursi Hani. Pramugari memberikan ponsel Hani kepadanya.
Lagi-lagi ponsel Hani mendapatkan pesan singkat dari seseorang. Pria yang di samping Hani penasaran. Dia membuka ponsel Hani.
08xxxxxxxxxx : Tunggu saja, sebentar lagi pria yang ada di sampingmu itu juga akan merasakan akibatnya.
08xxxxxxxxxx : Ingat, kamu tidak akan pernah bisa bersama pria manapun. Karena kamu pembawa sial.
Pria asing itu memegang ponsel Hani. Pria itu menatap orang yang ada di sebelahnya. Setelah pesawat lepas landas, Hani terbangun. Hani membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Hani terkesiap melihat pria yang ada di sampingnya.
"Maaf, nama saya Valdi. Tadi Pramugari nitip ponsel ini ke saya. Apa ini milikmu?" Valdi menyerahkan ponsel Hani.
"I ... iya. Saya Hani. Makasih,"
"Apa ini pertama kali kamu naik pesawat?" tanya Valdi.
Hani mengangguk. Hani memandangi ponselnya. Valdi bilang ke Hani, di dalam pesawat, Hani masih bisa berkirim pesan. Mode ponselnya sudah diatur Pramugari ke mode pesawat. Hani membuka ponselnya dan membaca isi pesan yang ada. Kembali Hani memucat. Hani tidak pernah setakut ini.
"Hani, jangan takut. Kamu aman di sini," bisik Valdi.
Pesawat mulai terasa sedikit berguncang. Lama kelamaan guncangan itu bertambah kuat. Semua penumpang berteriak, terdengar dari mereka memuji Tuhan dan ada juga mengucapkan takbir. Para Pramugari berusaha menenangkan penumpang.
Tanpa sengaja Hani memegang kuat lengan Valdi. Hani tampak pucat pasi.
"Maaf, maafkan saya. Saya ini pembawa sial. Seandainya Anda tidak duduk di samping saya, Anda tidak akan mengalami hal semacam ini," dengan mulut yang bergetar Hani memandangi Valdi.
"Maksudmu apa?" Valdi memandangi Hani yang semakin pucat.
"Kak Eky baru saja meninggal karena bersama saya. Begitu juga dengan Kak Dani. Semua orang yang dekat dengan saya akan mati. Cepat menjauh!" Hani mendorong tubuh Valdi.
"Hani, Hani, sadar! Semua itu sudah jalan Tuhan," Valdi menenangkan Hani memasukkannya ke dalam pelukan.
"Tolong, menjauh dari saya," Hani berhasil melepaskan pelukan Valdi.
Di saat suasana pesawat dalam keadaan kalut, ada yang menangis, protes, bertanya kepada pramugari, Hani melihat seorang pria memakai jaket hitam, menggunakan topi berkacamata dengan masker yang menutupi wajahnya berjalan menuju kursinya. Hani sempat melihat kilauan cahaya dari balik jaketnya.
Pria itu dengan sedikit berlari mengeluarkan pisau lipat yang ada di balik jaketnya. Hani dengan cepat berdiri, menarik tangan Valdi.
JLEEEEB!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...