Setelah menjatuhkan talak pada Amira, Reifan menyesalinya. Reifan ingin merujuk Amira, setelah dia tahu kalau perceraian mereka terjadi hanya karena kesalahpahaman. Selama ini Amira hanya di fitnah oleh ibu mertuanya. Dan setelah Reifan mengetahui hal itu, Reifan menyesal dan ingin menebus kesalahannya dengan merujuk Amira. Namun tanpa sadar Reifan telah mentalak Amira sebanyak tiga kali, sehingga tidak bisa membuat mereka rujuk lagi kecuali Amira menikah lagi dengan lelaki lain dan bercerai dengan lelaki itu.
Apa yang akan Reifan lakukan untuk bisa kembali dengan Amira?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menunggu
"Apa! kenapa kamu nggak pernah bilang sama aku Mir kalau Kayla sering mimisan,"
Amira bangkit dari duduknya dan menatap Reifan tajam.
"Kayla sudah sering mimisan sejak kami masih tinggal bersama kamu Mas. Tapi apa kamu pernah bertanya, bagaimana keadaan kami waktu tinggal di rumah kamu? Ibu dan adik kamu, selalu memperlakukan aku dan Kayla dengan buruk saat aku masih tinggal di sana. Apa kamu perduli padaku dan Kayla. Jika aku mengatakan yang sebenarnya, kamu tidak pernah percaya sama aku. Kamu lebih percaya dengan perkataan ibu dan adik kamu itu." Amira sedih saat mengingat bagaimana perlakuan yang Bu Rianti dan Desti lakukan saat Amira masih tinggal di rumah Reifan.
Reifan terkejut saat melihat Amira menangis. Reifan mendekati Amira dan langsung memeluknya.
"Maafkan aku sayang, maaf. Aku tidak bermaksud untuk membuat kamu menangis. Aku memang salah selama ini. Tapi aku janji, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Mulai sekarang, aku akan selalu percaya sama kamu. Aku akan selalu membuat kamu bahagia," ucap Reifan sembari mengusap-usap bahu Amira untuk menenangkannya.
Kayla tersenyum saat melihat ke dua orang tuanya saling berpelukan.
Akhirnya Mama dan Papa bisa baikan lagi. Aku senang banget melihatnya, semoga saja mereka mau tinggal bareng lagi. Biar keluarga kita bisa bersatu lagi seperti dulu,batin Kayla.
Amira melepas pelukannya setelah dia sadar siapa yang dia peluk.
"Maaf Mas. Aku sudah peluk kamu" ucap Amira gugup.
"Nggak apa-apa Amira. Kenapa kamu harus minta maaf. Kita kan masih saling mencintai. Kalau kamu mau peluk aku lebih lama lagi juga aku nggak keberatan. Asal kamu bahagia aku juga akan bahagia."
Aditya sejak tadi, masih menatap Amira dan Reifan dari kejauhan. Tadinya dia mau masuk untuk menemui Reifan. Namun saat dia melihat Amira dan Reifan berpelukan, dia tidak jadi masuk. Dia lebih memilih menunggu di luar.
"Aku mau ke toilet dulu Mas. Tolong jagain Kayla," ucap Amira.
"Iya Amira."
Amira keluar dari ruangan Kayla. Dia terkejut saat melihat Aditya berdiri di depan pintu.
"Aditya, ngapain kamu di sini?" tanya Amira.
Aditya tersenyum.
"Eh Bu Amira. Maaf Bu. Saya ke sini, cuma mau bertemu Pak Reifan. Ada hal penting yang mau saya bicarakan."
Amira menatap Aditya lekat. Dia memperhatikan Aditya dari atas sampai bawah.
Bagaimana mungkin, Mas Reifan menyuruhku untuk menikah dengan Aditya. Usia Aditya masih jauh di bawaku. Tapi kalau di fikir-fikir, Aditya juga tampan. Kalau dia aku jadikan muhalil, nggak ada salahnya kan. Tapi, apakah Aditya mau, batin Amira.
Sejak tadi dia masih melamun memikirkan bagaimana seandainya dia menikah dengan Aditya. Lelaki yang menurutnya sangat datar tanpa ekspresi. Lelaki lugu yang jarang bergaul dengan wanita. Sejak mengenal Aditya, belum pernah sekalipun Amira mendengar Aditya punya seorang pacar.
"Bu Amira, kenapa Bu Amira menatap saya seperti itu? apa ada yang salah dengan penampilan saya?" tanya Aditya.
"Oh, maaf. Nggak ada yang salah kok dengan penampilan kamu. Kalau kamu mau bertemu Pak Reifan, masuk saja. Saya mau ke toilet. "
"Iya Bu. Terimakasih."
Amira pergi meninggalkan Aditya. Sementara Aditya masuk ke dalam untuk bertemu Reifan.
"Pak Reifan."
"Aditya. Ada apa? kenapa kamu ke sini? bukannya saya sudah bilang, untuk saat ini kamu yang pegang urusan kantor. Saya mau istirahat dulu. Saya mau punya banyak waktu untuk Kayla."
"Saya ke sini sebenarnya cuma mampir Pak. Tadi saya baru saja ke yayasan untuk mencari ART seperti apa yang bapak minta."
"Terus bagaimana?"
"Saya sudah mendapatkan ARTnya Pak."
"Kalau begitu, suruh ARTnya pindah sekarang ke rumah baru Amira. Karena besok sore setelah Kayla keluar dari rumah sakit, saya akan mengajak Amira dan Kayla tinggal di sana!"
Amira terkejut saat mendengar ucapan Reifan.
"ART? rumah baru?" ucap Amira sesampainya di ruangan Kayla.
"Iya Amira. Aku sudah menyuruh Aditya untuk mencari rumah baru dan ART untuk kamu," jelas Reifan.
"Mas, kenapa kamu nggak bilang dulu sama aku tentang ini Mas. Kenapa kamu terlalu terburu-buru untuk membelikan aku rumah baru."
"Amira, aku kan sudah bilang, aku tidak mau melihat kamu dan Kayla tinggal di rumah kumuh. Lagian, Kayla itu anak aku. Sudah kewajiban aku untuk memberikan dia nafkah termasuk rumah yang layak untuk Kayla tinggal. Apalagi Kayla sedang sakit. Kita harus bisa menjaga dan merawat Kayla dengan baik Amira."
"Ya sudahlah, nggak apa-apa. Rumah itu juga sudah dibeli. Tapi apa mama kamu tahu soal ini?" tanya Amira.
"Mama aku nggak akan tahu soal ini kalau kamu nggak memberi tahunya Amira. Hal ini cuma aku kamu dan Aditya yang tahu. Tidak ada yang tahu lagi selain kita bertiga."
"Ya sudah, aku akan menuruti apa kata kamu untuk tinggal di rumah baru."
Reifan tersenyum. Reifan tahu, kalau Amira wanita yang baik. Sebenci-bencinya Amira pada Reifan, dia tidak akan pernah menolak pemberian Reifan.
***
Sore ini, Amira masih berada di ruangan Kayla. Dia masih tampak mengemasi barang-barang Kayla yang akan dia bawa pulang.
"Ma, Papa mana sih? kenapa Papa nggak datang-datang. Katanya Papa mau jemput kita," gerutu Kayla.
Sudah sejak tadi Kayla menunggu Reifan. Tapi Reifan belum juga datang.
"Sebentar lagi mungkin Papa sampai," ucap Amira.
Ring ring ring...
Deringan ponsel Amira mengejutkan Amira. Amira buru-buru mengambil ponselnya untuk mengangkat panggilan dari Reifan.
"Mas, kamu ke mana aja sih? katanya kamu mau jemput Kayla. Sudah satu jam lho ini aku dan Kayla nunggu kamu. Tapi kamu nggak datang-datang."
"Maaf Amira. Aku ada urusan mendadak. Tapi aku sudah suruh Aditya untuk jemput kamu. Mungkin Aditya masih di jalan. Sebentar lagi dia juga sampai. Tunggu saja."
"Ya sudahlah. Aku akan tunggu Aditya. Tapi kalau Aditya nggak datang-datang, aku mau naik taksi saja dan pulang ke kontrakan."
"Jangan dong Amira. Kamu harus pulang ke rumah baru. Kamu nggak boleh kembali ke kontrakan lagi. Biar Aditya nanti yang ngambil barang-barang kamu di kontrakan. Karena urusan kamu, aku serahin semua ke Aditya."
"Ya udah deh. Aku tunggu Aditya di sini."
Amira kemudian menutup saluran telponnya. Setelah itu dia menatap Kayla.
"Sayang, Papa nggak bisa jemput kita. Karena dia ada urusan mendadak. Tapi kamu tenang saja, Om Aditya yang akan jemput kita."
"Iya Ma."
Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya Aditya pun datang. Dia masuk ke dalam ruangan Kayla.
"Maaf ya, aku telat. Kalian sudah lama menunggu ya?"
"Yah, lumayan Dit."
"Maaf ya Bu Amira. Tadi aku kejebak macet."
"Iya. Nggak apa-apa."
"Ayo sekarang aku antar kalian pulang. Biar aku yang gendong Kayla Bu. Bu Amira, bawa tasnya Kayla saja "
"Iya. Makasih ya Dit."