Miko seorang Psikiater menangani seorang pasien wanita dengan gangguan mental depresi. Tetapi dibalik itu ternyata ada seorang Psikopat yang membuatnya menjadi depresi.
Ketika pasien tersebut ternyata bunuh diri, sang Psikopat justru mengejar Miko.
Hari-hari Miko menjadi berubah mencekam, karena ternyata psikopat tersebut menyukainya.
Setelah menghadapi si psikopat ternyata ada sisi lain dari pria ini.
Bagaimana Miko menghadapi hari selanjutnya dengan sang Psikopat?
Yuk simak kisahnya di cerita Othor. Ada beberapa plot twist-nya juga loh..yang bikin penasaran...
Jangan lupa dukungannya ya man teman...
Oiya, di cerita ini ada adegan mengerikan, ****** ****** dan kata2 'agak gimana yah'
Jadi buat dek adek yg rada bocil mending skip dulu yah....maap ya dek...
Mohon bijak dalam membaca...
*Salam hangat dari othor*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 - Pernikahan
Miko spontan menoleh heran kearah Morino. Manik matanya yang sedikit berwarna abu-abu membulat, bagai berlian berwarna abu tua yang tengah berkilauan karena besarnya.
“Apa katamu!” Miko sama sekali tak percaya kalimat pria itu.
“Aku bilang kita akan segera menikah. Bors, sepertinya semua sudah siap. ayo jalan!” perintah Morino tanpa ekspresi.
“Ini tidak lucu, Morino!”
Miko langsung memiringkan badan kearah pintu mobil. Ia buru-buru membuka pintu mobil, tapi pintu itu sudah terkunci otomatis. Miko mengguncang handle pintu mobil bagian dalam. Ia ingin segera keluar dari sana.
“MORINO! BUKA PINTUNYA! BIARKAN AKU TURUN!” teriak Miko sambil masih berusaha membuka pintu mobil, walaupun ia tahu itu sia-sia saja.
Miko akhirnya memukul Morino dengan brutal. Ia mulai menangis kesal.
“Apa-apaan kau! Dasar brengsek! Seenaknya saja memutuskan untuk menikah denganku! Aku tidak mau! Turunkan aku! Aku tidak mau!” Tangan Miko terus saja memukul lengan Morino.
Pria itu tidak melawan. Ia hanya menguatkan otot tangannya dari serangan Miko yang bertubu-tubi.
“Ck! Miko, sudah! Hentikan! Kau bisa merusak jasku” ujar Morino.
“Aku tidak perduli!” pekiknya lagi.
Kali ini Morino yang sudah tidak tahan dengan amukan Miko, menggenggam kedua pergelangan tangan Miko dengan kuat. Pria itu menatap mata wanita itu dalam.
“Hey! Dengar! Aku akan berikan apapun yang kau inginkan. Aku ingin kau menjadi milikku seutuhnya. Aku tidak ingin kau dimiliki orang lain. Karena itu aku harus segera menikahimu. Sekarang diamlah!”
Miko masih menangis.
“Kau jahat! Kau jahat Morino! Kenapa kau memaksaku seperti ini!” tangis Miko belum juga reda.
“Aku harus memaksamu. Aku tidak yakin kau dengan senang hati menerimaku jika kutawarkan menjadi istriku” ujar Morino setelah melepaskan genggaman tangannya.
Mereka diam sejenak. Sejak itu suasana di mobil cukup tenang. Tidak ada obrolan lagi.
Akhirnya mereka sampai di depan gedung pernikahan.
Morino berusaha menatap wajah Miko, lalu membereskan beberapa helai rambut wanita itu yang berantakan. Miko tidak menatap wajah Morino karena masih menyisakan marah.
“Miko, di dalam sana, tolong jangan mengatakan yang macam-macam atau bertindak yang aneh-aneh. Tolong jaga nama baikku. Jika kau membantah kupastikan kau akan menyesalinya” pesan Morino yang lebih kepada ancaman.
Miko mendelik menatap Morino. “Ini tidak seperti hari pernikahan yang pernah ku bayangkan!” ucap Miko dengan suara menahan kesal.
Mereka turun dari mobil. Beberapa anak buah Morino bergerak setelah membuka pintu mobil dan mengiringi mereka masuk ke dalam gedung.
Pernikahan mereka hanya di hadiri segelintir orang. Termasuk Dexton sahabat Morino. Miko dengan wajah yang sudah sedikit berantakan, harus menerima kenyataan bahwa ia terpaksa menikah dengan psikopat seperti Morino.
Miko benar-benar takut jika ia menolak lagi permintaan pria itu, ia terpaksa melanjutkan rencana pernikahan dadakan yang telah diatur Morino.
Di dalam gedung betapa terkejutnya Miko ketika disana sudah hadir Pamannya sebagai perwakilan keluarga dari mempelai wanita. Sejak kecil Miko memang tinggal dan di besarkan oleh pamannya.
Miko berpelukan dengan pria agak tua yang sudah berdiri disana.
“P-paman?! Bagaimana Paman bisa ada disini? Aku tidak mengabarkan apapun pada Paman?” ujar Miko ditengah keheranannya.
“Aku di telepon pria bernama Morino, dia mengatakan akan menikahimu. Maka aku datang sebagai pengganti Ayahmu” jawab pria berumur lima puluhan.
“Tapi bagaimana Morino tahu nomor telepon Paman? Sedangkan dia tidak pernah bertanya padaku?” tanya Miko lagi.
“Aku juga tidak tahu. Miko kenapa penampilanmu berantakan seperti ini? Matamu juga sembab. Kau habis menangis? Apa kau tidak menyukai pernikahan ini?” tanya paman Miko sambil memegang pundak wanita itu dan melihat penampilan Miko lekat-lekat..
“A-aku-”
Tiba-tiba Morino sudah berada di sebelah Miko. Ia berjabat tangan dengan paman Miko.
“Paman, aku Morino. Calon suami Miko. Aku yang menelpon anda kemarin. Terimakasih telah datang” ujar Morino berwibawa.
“Ah, ya. Sama-sama. Aku akan menjadi pengganti Ayahnya Miko. Miko memang lama tinggal bersama kami” jawab si Paman seolah bersemangat.
“Maaf, aku harus mengurus sesuatu disana” ujar Morino. “Miko, sebaiknya kau bersiap-siap. Acaranya akan segera dimulai”
Morino meninggalkan Miko dan pamannya.
“Miko calon suamimu sangat berkelas” Paman Miko justru berbisik pada keponakannya ketika melihat penampakan Morino.
Miko hanya menurunkan pundaknya. ‘Ck, andai Paman tahu siapa dia’.
Miko terpaksa mengikuti ritual pernikahan yang sudah diatur oleh Morino. Morino hanya mengecup kening Miko sebagai tanda kemesraan ketika mereka berdua telah sah menjadi pasangan suami istri.
Acara tersebut tidak berlangsung lama. Hanya dua jam. Tidak pula megah, mewah dan ramai seperti yang semestinya layak untuk pernikahan orang-orang sekelas Morino.
Kemudian setelah acara selesai, tamu undangan yang hanya beberapa gelintir kembali pulang.
Paman Miko berpamitan pada Morino dan Miko keponakannya. Entah kenapa rona wajahnya begitu senang. Entah karena keponakannya yang baru saja melangsungkan pernikahan atau rekening si paman yang kemarin bertambah gembung dengan trasferan dari Morino.
Wajah Miko masih masam. Ia benar-benar manampakan keterpaksaannya di hari itu. Morino akhirnya membawanya pulang.
Miko diam sepanjang jalan di dalam mobil. Morino meliriknya dengan senyum di sudut bibir.
“Miko. Aku tidak akan memperlakukanmu seperti Anabella. Aku akan me-”
“Aku tidak perduli!” potong Miko ketus tanpa memandang wajah Morino.
“Baiklah. Apa yang kau inginkan. Katakan saja. Apa yang bisa meredakan amarahmu?” Morino menatap Miko dari samping.
Miko menghela nafas panjang.
“Aku tidak ingin tinggal dirumahmu sekarang! Aku ingin tetap tinggal dirumahku. Dan aku belum siap untuk,- um maksudku, kalau kita sudah suami istri, itu berarti-”
“Aku mengerti. Ya, baiklah. Sementara kau tinggal dirumahmu. Tapi hanya sementara. Dan aku juga tidak akan memaksamu melakukan hubungan jika kau memang belum menginginkannya” jawab Morino justru membuat Miko tercengang.
“Benarkah? Kau- tidak marah? Tidak mengancamku?” Miko justru heran.
“Menikah denganmu adalah salah satu keinginanku yang baru bisa kuraih. Aku tidak ingin merusaknya dengan menjadikanmu murung dan ketakutan lagi”
Miko spontan tersenyum tipis, “Baiklah. Terimakasih”
Akhirnya Morino mengantar sampai ke depan rumah Miko.
Setelah sampai, Miko melangkahkan sebelah kakinya untuk turun dari mobil. Tapi tiba-tiba Morino mencekat lengan Miko cepat.
“Miko!” sanggah Morino di kursi mobil dengan punggung sedikit merendah.
Miko spontan menoleh kearah pria itu. “Ada apa?”
“Besok kujemput pagi-pagi. Istirahatlah yang cukup. Selamat malam”
“Ck, iya!. Sudah. Aku mau pulang!” Miko melepaskan jemari Morino kemudian melanjutkan langkahnya keluar mobil.
Malam mulai meninggi, pekat dan semakin dingin.
Miko yang berada di ranjangnya, menyalakan lampu tidur. Warna kamarnya menjadi agak redup, samar berwarna jingga.
Gorden kamarnya tertutup setengah. Miko menatap langit-langit kamarnya.
‘Pria itu sekarang sudah menjadi suamiku. Ah! Aku tidak menyangkanya sama sekali. Tapi, dibalik sikapnya yang kadang menyeramkan, dia itu sangat perhatian. Kadang lembut. Dan, masih tampan seperti pertama aku melihatnya’ Miko merenung sendiri. Membayangkan pria yang kini sudah resmi menjadi suaminya. Tapi dibalik itu semua, ia adalah psikopat dengan misteri yang Miko sendiri belum mengenalnya lebih dalam.
Dari kejauhan disebrang sana, di dalam kegelapan rumah tua yang lembab dan dingin, Morino terus memantau wanita yang baru menjadi istrinya. Ikatan yang mengikat, tetapi jarak keduanya berada jauh. Ia hanya bisa memandang separuh tubuh Miko yang tengah berbaring di ranjangnya.