Nathan merasa dirinya tidak normal. Sudah banyak gadis yang dia pacari mulai dari lokal, sampai internasional. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang bisa membuatnya bergairah. Sampai akhirnya, orang tua Nathan memaksanya menikah dengan wanita pilihan mereka.
Sayangnya, takdir membawa Nathan bertemu dengan Sheren, gadis malang yang dikhianati pacar dan kakak tirinya saat baru kembali dari luar negeri. Akibat jebakan ibu tiri Sheren, membuat pertemuan pertamanya dengan Nathan harus berakhir dengan cinta satu malam.
Akankah Sheren benar-benar menjadi penyembuh untuk kelainan Nathan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HTI | Bab 9
Sheren mencurigai Nathan sebagai orang suruhan ibunya. Pasalnya, dalam kontrak kerja yang mereka tandatangani bersama, Sheren mencantumkan alamat rumah milik ibu tirinya. Lalu, dari mana Nathan tahu alamatnya saat ini kalau bukan dari mata-mata. Bahkan, laki-laki itu memiliki akses untuk bisa masuk ke apartemennya. Benar-benar mengerikan.
“Polisi ya? Waduh, tapi kok aku nggak takut ya. Apa karena polisinya teman aku semua?” Nathan memasang raut muka menyebalkan demi mengejek Sheren.
Pikiran buruk Sheren semakin mencurigai bahwa Nathan adalah penjahat yang bermain cukup andal. Bisa saja aparat juga melindungi orang-orang seperti Nathan yang pasti punya bos yang lebih berkuasa.
“Jangan terlalu percaya diri, Nona Sheren. Aku juga tinggal di apartemen ini,” kata Nathan dengan santai.
Pengakuan Nathan itu membuat Sheren semakin memasang alarm tanda bahaya. Jangan-jangan Nathan mulai terobsesi dengannya sampai rela tinggal di apartemen dan lantai yang sama.
“Tinggal di sini? Serius? Buat apa kamu tinggal di sini? Hem, semakin mencurigakan.” Sheren mengendus-endus tubuh Nathan seolah sedang mencium aroma dari niat jahat yang sedang Nathan lakukan.
“Kamu tuh yang mencurigakan, jangan-jangan kamu itu jelmaan anjing pelacak,” balas Nathan sembari mendorong ujung hidung Sheren dengan satu jari.
“Enak aja ....”
Sheren belum selesai membalas, ternyata pintu lift telah terbuka. Nathan melangkah keluar dan menarik tas Sheren hingga membuat wanita itu mengikutinya.
“Nomor berapa rumah kamu?” tanya Nathan dengan tatapan serius.
“Kirain tahu juga nomor rumahku, ternyata malah tanya,” jawab Sheren sembari merapikan tas miliknya.
“Aku tinggal di sini lebih dulu, nggak sengaja juga waktu itu lihat kamu bawa-bawa koper,” balas Nathan.
Memang, saat Sheren baru pindah ke apartemen ini, Nathan melihatnya, tapi sayangnya pintu lift terlanjur menutup saat itu, sehingga Nathan kehilangan kesempatan.
“Benarkah?” Sheren mencebik.
Nathan langsung menarik tangan Sheren ke unit miliknya dan memasukkan kata sandi. Barulah Sheren percaya bahwa Nathan memang tinggal di apartemen yang sama dengannya.
“Kenapa semua jadi kebetulan sekali ya. Padahal aku sudah kasih kamu lima puluh dolar untuk menjauh. Kamu juga sudah dapat uang banyak dari mama tiriku, ‘kan? Kenapa takdir malah mempertemukan kita terus?” gumam Sheren yang bisa didengar jelas oleh Nathan.
Nathan mendengar dan memahami apa yang Sheren katakan. Dia menerka wanita yang malam itu mencari Sheren adalah ibu tirinya dan Sheren memang dijebak. Karena itulah, Nathan jadi semakin tertarik dengan cerita hidup Sheren yang sebenarnya.
“Mungkin kita memang berjodoh. Lagian ya, kalau kamu hamil, aku jadi nggak khawatir lagi kalau kamu bawa kabur anakku,” balas Nathan dengan percaya diri.
“Apaan sih, ngomongin hamil segala? Kamu pikir aku mau hamil sama giigolo kayak kamu?” Sheren jadi merasa kesal karena omongan Nathan itu.
“Sudahlah. Giigolo juga manusia yang berhak punya istri dan anak kok. Cepat kasih tahu, rumahmu nomor berapa, kalau telat bangun aku bisa gedor-gedor rumah kamu!” balas Nathan dengan sok-sok an.
“Yang nomar dua,” sahut Sheren.
Nathan menutup kembali pintu apartemennya dan menarik tangan Sheren untuk mengecek langsung apakah sekretarisnya itu berbohong atau tidak. Hingga akhirnya, dengan kesal Sheren pun membuktikan bahwa ia tidak bohong.
“Sebagai tamu, aku makasih banget loh kalau kamu kasih minum,” kata Nathan sembari nyelonong masuk begitu saja.
Sheren sampai melongo melihat tingkah atasannya yang menyebalkan itu. Memangnya siapa yang menyuruhnya masuk untuk bertamu?
Namun, karena tidak mungkin untuk mengusir, Sheren akhirnya memberikan air putih sebagai suguhan untuk atasannya itu. “Cuma punya ini, Pak. Maklum saya cuma kerja siang saja, nggak doble-doble kayak seseorang,” kata Sheren yang dengan sengaja menyindir Nathan. Dia masih mengira bahwa bosnya itu adalah seorang laki-laki penghibur.
“Oh iya benar juga, kamu pasti sewa apartemen ini, 'kan? Kalau beli rasanya juga nggak mungkin,” balas Nathan.
Baru minum sedikit saja, ponsel Nathan berdering, panggilan dari sang ibu tercinta.
“Nathan, kamu nggak pulang ke rumah ya? Di mana kamu? Pulang sekarang juga! Papa kamu mau ngomong penting!”
“Aduh, aku nggak bisa. Malam ini udah ada janji. Besok aja gimana?” tanya Nathan yang sebenarnya memang malas meladeni omongan kedua orang tuanya yang mungkin sudah mendapat pengaduan dari Selena. “Udah ya, Nyonya Lita sayang, sampai ketemu!”
Nathan langsung mengakhiri panggilan telepon dari sang ibu begitu saja. Sementara Sheren malah meyakini bahwa Nyonya Lita yang Nathan maksud adalah pelanggannya yang lain.
“Bapak laku banget ya sepertinya, banyak pelanggan!”
***
Kembang kopinya jangan lupa 💋💋