Rere jatuh cinta pada pria buta misterius yang dia temui di Sekolah luar biasa. Ketika mereka menjalin hubungan, Rere mendapati bahwa dirinya tengah mengandung. Saat hendak memberitahu itu pada sang kekasih. Dia justru dicampakkan, namun disitulah Rere mengetahui bahwa kekasihnya adalah Putra Mahkota Suin Serigala.
Sialnya... bayi dalam Kandungan Rere tidak akan bertahan jika jauh dari Ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konflik Keluarga Vorbest
Bab 34 -
Areum De Vorbest duduk di depan cermin besar di kamarnya, tangannya gemetar penuh amarah. Kabar yang baru saja ia dengar membuat darahnya mendidih. Utusan peri? Itu adalah lelucon. Bagaimana bisa seorang utusan peri, makhluk lemah dan kecil, diizinkan untuk mengambil posisi yang sudah lama ia idam-idamkan? Sejak kecil, Areum telah dididik untuk menjadi putri mahkota kerajaan Taewon, dan sekarang semua itu terancam.
Wajah cantiknya berubah dingin, matanya penuh kebencian dan ambisi yang berkilauan. Dalam hatinya, Areum sudah memutuskan bahwa utusan peri itu harus disingkirkan, bagaimanapun caranya.
"Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi," desisnya pelan namun penuh dendam. "Aku yang seharusnya menjadi putri mahkota, bukan peri rendahan itu."
Tidak lama kemudian, pintu kamarnya terbuka, dan sang ibu, Kenny De Estyor, masuk dengan anggun. Kenny, dengan tatapan tajam dan senyum penuh arti, segera menyadari kemarahan yang terpancar dari wajah putrinya. Dia sudah mendengar kabar itu terlebih dahulu. "Apa yang membuat putri kecilku terlihat begitu marah?" tanyanya dengan nada penuh perhatian, meski ia tahu jawabannya.
Areum berbalik dengan cepat, matanya langsung menatap ibunya. "Ibu, ini tidak adil!" serunya. "Bagaimana mungkin seorang peri... makhluk lemah itu, berani mengambil posisiku? Aku tidak akan membiarkannya." Senyuman tipis muncul di sudut bibir Kenny. Dia mendekat ke arah Areum, matanya bersinar penuh tipu daya. "Jadi, apa yang kau pikirkan, sayang?" tanya Kenny dengan lembut, seolah-olah menantang Areum untuk mengungkapkan niatnya yang tersembunyi.
Areum menarik napas dalam, menatap ibunya dengan penuh tekad. "Aku ingin menyingkirkan utusan peri itu, Ibu. Aku tidak peduli bagaimana caranya. Dia harus menyerah dan meninggalkan posisinya. Aku yang berhak menjadi putri mahkota."
Kenny mengangguk pelan, tidak sedikitpun terkejut dengan pernyataan putrinya. "Tentu saja, Areum. Itu memang sudah semestinya. Lagipula, siapa lagi yang lebih pantas selain kau?" Kenny mendekat, tangannya menyentuh bahu Areum dengan penuh kasih sayang. "Jika itu yang kau inginkan, Ibu akan mendukungmu. Kita tidak bisa membiarkan peri kecil itu menghalangi masa depanmu yang gemilang."
Areum tersenyum dingin mendengar dukungan ibunya. Dia tahu bahwa Kenny selalu ada di belakangnya, mendukung setiap ambisinya, bahkan yang paling gelap sekalipun. "Aku sudah tahu rencananya. Sekarang yang perlu kita lakukan hanyalah memastikan dia tidak pernah bisa mencapai tahtanya."
Kenny mengangguk, senyum puas menghiasi wajahnya. "Bagus sekali. Kita akan menyusun rencana yang sempurna. Lagipula, Taewon butuh pemimpin yang kuat, bukan peri lemah tanpa darah bangsawan."
Areum mengangguk, hatinya dipenuhi oleh ambisi yang membara. Dia tidak akan membiarkan siapa pun, bahkan peri terkuat sekalipun, menghalangi jalannya menuju kekuasaan. Kini, dia tahu bahwa dengan ibunya di sisinya, tidak ada yang bisa menghentikan mereka. Dengan rencana yang mulai tersusun di benaknya, Areum siap mengambil langkah pertama menuju takdirnya-mendapatkan posisi yang telah lama ia idam-idamkan sebagai putri mahkota Taewon.
Kenny De Estyor duduk di ruang keluarga yang megah, matanya menyala penuh dengan rencana yang sedang disusun di kepalanya. Dia tahu, langkah selanjutnya adalah meyakinkan suaminya, Tetua De Vorbest, untuk mendukung niat mereka menyingkirkan Teresa Lumina, utusan peri yang mengancam posisi Areurn sebagai putri mahkota. Meskipun Teresa adalah cucu dari Raja Peri Acros, keluarga De Vorbest tetap yakin bahwa suin serigala lebih pantas untuk memimpin.
Tak lama setelah Kenny duduk, suaminya, Tetua De Vorbest, masuk dengan tatapan dingin dan penuh wibawa. Dia adalah pria yang keras, tegas, dan sangat menjunjung tinggi kehormatan keluarga. Di balik sikap dinginnya, Tetua De Vorbest selalu mendukung ambisi keluarganya, terutama ketika menyangkut garis keturunan mereka yang murni.
"Apakah ada sesuatu yang ingin kau bicarakan, Kenny?" tanya Tetua De Vorbest dengan suara berat, langsung menuju inti pembicaraan tanpa basa-basi.
Kenny tersenyum kecil, lalu menjelaskan dengan tenang. "Areum merasa posisinya sebagai putri mahkota terancam oleh kehadiran Teresa Lumina, utusan peri itu. Aku yakin, kau pasti setuju bahwa suin serigala lebih pantas menjadi pemimpin di kerajaan Taewon, bukan peri lemah yang berasal dari luar."
Tetua De Vorbest terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Kenny. "Teresa Lumina... cucu dari Raja Peri Acros, gumamnya pelan, menyadari garis keturunan kuat Teresa. "Dia mungkin berpengaruh di kalangan peri, tapi itu tidak berarti dia cocok memimpin suin di kerajaan Taewon."
Kenny mengangguk setuju, melanjutkan rencananya. "Tepat sekali. Kita tidak bisa membiarkan peri mengambil alih posisi ini. Tahta kerajaan Taewon sudah seharusnya dipimpin oleh darah murni suin, terutama serigala seperti Areum. Teresa mungkin kuat di kalangan peri, tetapi dia tidak memahami kekuatan yang ada di sini."
Mata Tetua De Vorbest menyipit, tatapannya kini penuh tekad. "Kita sudah lama mempertahankan garis keturunan keluarga kita. Peri, meski dihormati, tidak pantas memimpin bangsa serigala. Apalagi Areum sudah dilatih untuk mengambil peran ini sejak kecil."
Kenny tersenyum, mengetahui bahwa suaminya kini berada di pihaknya. "Jadi kau setuju?"
Tetua De Vorbest mengangguk pelan. "Ya, tentu. Kita harus memastikan Teresa Lumina menyerah atau menyingkir. Meski dia cucu Raja Peri Acros, itu tidak berarti dia punya tempat di sini."
Perasaan puas menyelimuti hati Kenny. Dengan dukungan suaminya, langkah berikutnya menjadi lebih jelas. "Kita akan memastikan Areum mendapatkan tempat yang seharusnya. Suin serigala harus bersanding dengan suin serigala. Itulah takdir yang seharusnya."
Dengan persetujuan Tetua De Vorbest, keluarga ini kini bersatu dalam satu rencana ambisius-menghalangi Teresa Lumina dan memastikan bahwa Areum naik ke posisi yang seharusnya menjadi miliknya.
Rere duduk di taman, masih terkejut dengan kedatangan Putri Arliana yang tiba-tiba. Wanita itu sekarang duduk di depannya dengan tatapan serius, seolah mempelajari Rere lebih dalam. Seperti biasanya, Frost, serigala putih besar yang setia pada Putri Arliana, duduk di sampingnya, matanya yang tajam mengikuti gerak-gerik di sekitarnya.
Rere tidak menyangka bahwa Arliana akan datang, apalagi dengan maksud berbicara dengannya. Dia tahu, Arliana adalah adik dari Arion, dan hubungan mereka terbilang akrab meskipun Arion dikenal dingin. Namun, meskipun pertemuan ini mengejutkannya, Rere tetap menjaga ketenangan, menanti apa yang ingin disampaikan oleh Putri Arliana.
Arliana tersenyum tipis, memperhatikan Rere dengan matanya yang cerdik. "Kukira, aku akan segera mendapatkan kakak ipar yang baru," katanya sambil terkekeh ringan, mencoba mencairkan suasana. "Utusan peri menjadi bagian dari keluarga kami.... sepertinya sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya."
Rere tertawa kecil, meski sedikit gugup. Dia tahu bahwa posisi sebagai calon istri Arion datang dengan tanggung jawab besar, apalagi dengan hubungan politik yang terjalin. Namun, dia tetap merasa yakin dengan pilihannya. "Sepertinya memang begitu," jawab Rere lembut.
Arliana mengamati Rere dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. "Kau tahu, Arion adalah orang yang paling susah dimengerti. Dia pria kaku yang dingin... sangat tidak enak jika diajak bicara. Apa kau yakin bisa bersama pria seperti dia?"
Rere tersenyum lembut, tatapannya penuh kasih. "Aku sudah mengenal Arion. Dia memang bukan orang yang mudah didekati, tapi dia pria yang baik. Aku yakin bisa bersamanya."
Arliana terkekeh lagi, kali ini lebih hangat. "Aku tidak menyangkal, dia memang pria yang baik. Tapi, kau harus siap, Rere. Arion bukanlah orang yang ramah. Dia selalu dingin dan tegas... aku bahkan pernah berpikir dia akan sulit menikah."
Sementara mereka berbincang, di sudut ruangan, Undine, peri kecil yang setia menemani Rere, tampak sibuk bermain dengan Frost.
Pada awalnya, Undine terlihat takut mendekati serigala putih besar itu, namun lama-kelamaan, keduanya mulai akrab. Undine terbang rendah di sekitar Frost, sementara serigala besar itu mengawasinya dengan tenang. Pemandangan itu membuat Rere tersenyum tipis, senang melihat keduanya bisa rukun meski awalnya berbeda dunia.
Arliana memperhatikan interaksi mereka dari sudut matanya, sebelum kembali menatap Rere. "Kau benar-benar berbeda, Rere. Sepertinya Arion beruntung bertemu denganmu."
Rere menatap Arliana dengan mata penuh ketulusan. "Aku juga merasa bertemu dengan Arion adalah sebuah anugerah. Dia mungkin terlihat dingin di luar, tapi aku tahu ada kebaikan dalam dirinya yang tidak semua orang lihat."
Mendengar kata-kata itu, Arliana terkekeh lagi, meski kali ini ada sesuatu yang hangat dalam tawanya. "Sepertinya... kau sudah sangat mencintai Arion."
Rere tersenyum, pipinya sedikit memerah mendengar pernyataan itu. Dia tidak bisa memungkiri bahwa perasaannya pada Arion semakin dalam dari hari ke hari. "Mungkin," jawabnya pelan, sambil tersenyum malu.
Arliana menatapnya lebih lembut kali ini, menyadari betapa tulusnya perasaan Rere. "Aku senang mendengarnya. Mungkin memang ini yang terbaik untuk kakakku. Dia butuh seseorang seperti dirimu yang bisa melihat kebaikan di balik sikap dinginnya." Pembicaraan mereka berlanjut dengan suasana yang lebih santai, penuh tawa dan kehangatan. Meski awalnya pertemuan itu terasa tegang, kini Rere dan Arliana saling memahami satu sama lain. Di sisi lain, Undine dan Frost semakin akrab, saling bermain dengan tenang, menambah kesan bahwa hubungan antara Rere dan keluarga Arion akan semakin erat ke depannya.
Arliana menghela napas panjang, menatap Rere dengan senyum yang lebih tulus dari sebelumnya. "Aku yakin kau akan baik-baik saja bersama Arion, Rere. Selamat datang di keluarga kami."
Rere merasa semakin nyaman berbincang dengan Putri Arliana, tetapi pembicaraan mereka mulai mengarah ke topik yang lebih serius. Arliana menatap Rere dengan penuh perhatian, ada sesuatu yang mendalam dalam tatapannya.
"Kau harus tahu satu hal lagi, Rere," ucap Arliana, nada suaranya berubah menjadi lebih waspada. "Keluarga Vorbest tidak akan tinggal diam. Mereka sudah lama mengincar posisi putri mahkota itu untuk keturunan mereka sendiri. Mereka punya ambisi besar, dan selama ini mereka hanya menunggu saat yang tepat untuk mengambil kendali."
Rere mengangguk pelan, mendengarkan setiap kata Arliana dengan seksama. la sudah mendengar beberapa rumor tentang keluarga Vorbest, tetapi mendengarnya langsung dari Putri Arliana membuatnya merasa lebih waspada.
"Sayangnya," lanjut Arliana, "Keberuntungan memang belum berpihak pada mereka. Tapi jangan pernah meremehkan mereka, terutama Areum De Vorbest. Dia sangat ambisius, dan keluarganya... mereka dikenal tidak segan-segan melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan."
Mendengar nama Areum De Vorbest membuat jantung Rere berdebar sedikit lebih cepat. "Apakah dia begitu berbahaya?" tanya Rere pelan.
Arliana tersenyum tipis, tapi senyumnya tidak menghilangkan rasa tegang di matanya. "Areum adalah suin serigala. Keluarga mereka dikenal mudah mendendam. Jika dia merasa posisinya terancam, dia akan melakukan segala cara untuk menyingkirkanmu. Aku ingin kau berhati-hati, Rere. Jangan lengah, terutama ketika berhadapan dengan mereka."
Rere menarik napas dalam-dalam. Kata-kata Arliana membuatnya merasa waspada, tetapi dia juga bersyukur atas peringatan ini. "Terima kasih, Arliana. Aku menghargai peringatanmu. Aku akan lebih berhati-hati."
Arliana mengangguk, puas bahwa Rere memahami pentingnya peringatan ini. "Aku khawatir tentangmu, Rere. Kau mungkin kuat, tapi keluarga Vorbest... mereka licik. Mereka selalu menunggu waktu yang tepat untuk menyerang."
Namun, sebelum pembicaraan mereka bisa berlanjut lebih jauh, pintu ruangan tiba-tiba terbuka, dan Arion melangkah masuk dengan kehadiran yang kuat dan mendominasi. Seperti biasa, wajahnya tenang dan dingin, namun tatapannya langsung tertuju pada Rere. Sejenak, suasana di ruangan itu berubah, dan keheningan menyelimuti mereka bertiga.
"Arliana, Rere," sapa Arion dengan nada formal, meskipun matanya lebih lembut saat melihat Rere.
Rere tersenyum lembut ke arahnya, sementara Arliana hanya tersenyum jahil. "Wah, kakakku sudah datang," katanya sambil tertawa kecil. "Aku baru saja memberi peringatan kecil pada calon istrimu, Arion." Arion mengangkat alisnya, jelas penasaran. "Peringatan?"
Arliana berdiri dan menepuk bahu kakaknya. "Tentang keluarga Vorbest, tentu saja. Kau tahu bagaimana mereka. Hanya ingin memastikan Rere tahu apa yang dia hadapi."
Arion mengangguk dengan serius, tatapannya beralih ke Rere. "Kau baik-baik saja?"
Rere tersenyum, merasa lebih tenang dengan kehadiran Arion di sisinya. "Aku baik-baik saja, Arion. Terima kasih."
Arliana memandang mereka berdua dengan senyum yang lebih hangat. "Kalian berdua memang pasangan yang cocok," katanya sambil menghela napas kecil. "Baiklah, aku akan meninggalkan kalian. Tapi ingat, Rere, berhati-hatilah. Jangan lengah."
pliz jgn digantung ya ...
bikin penasaran kisah selanjutnya
apa yg dimaksud dgn setengah peri dan manusia? apakah rere?