hati siapa tak luka, setelah kegagalan menikah kini harus gagal lagi di karnakan pengantin laki-laki nya meninggal dunia tepat di hari pernikahannya. sedangkan yang pertama gagal karna laki-laki nya membatalkan dan memutuskan hubungan.
kenapa rangga membatalkan pernikahannya dan rendy meninggal karna apa, akankah mawar dan rangga akan bersatu ?!
siapkan tisu kakak dan kita simak ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uli Rull, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dilema Bab 1
" papah.. ?" tanya elsa kepada papahnya yg sedang mengetik kalkulator dan di mejanya ada sebuah buku.
"ia sayang.. Ada apa ?" ucap papahnya sambil melihat ke arah elsa yang berdiri dekat pintu.
Elsa duduk di hadapan papahnya.
"papah.. di sisa umur elsa, elsa ingin bahagia" ujarnya sambil memegang tangan papahnya.
"lah.. Memangnya selama ini anak papah tidak bahagiakah ?"
" tidak pah.. Bukan begitu.. Elsa sangat bahagia bersama papah, namun.. Elsa juga pingin berumah tangga" jawabnya sambil berdiri dan memeluk papahnya.
"walau elsa tau, sisa umur elsa tidak akan lama lagi" ucap elsa meneteskan air mata mengenai tangan papahnya.
"baik lah sayang.. Papah tidak menghalangimu untuk berumah tangga, siapa laki-laki yang kamu suka bawa kemari kenalkan kepada papah ?!" jawab papahnya sambil menghapus air mata elsa.
"Mmh.. Laki-laki itu.. Rangga papah.."
jawab elsa menunduk takut.
" rangga mana.. Dan anak siapa ?" jawab papahnya langsung berdiri
"Rangga.. Pegawai papah.." ucapnya pelan.
"Apa ? Tapi kenapa harus dia sayang.." jawab papahnya sambil memegang bahu elsa.
"memangnya kenapa pah.. Papah gengsi, punya menantu pegawai papah sendiri ?" ucapnya sambil menepis tangan papahnya yang menempel di bahu elsa.
"Bukan.. Bukan begitu sayang.. Kamu boleh nikah sama siapa saja, pegawai papah boleh.. asankan jangan rangga.."
" memangnya kenapa tidak boleh sama rangga pah.. Bukankah dia juga pegawai papah..?" ucap elsa yang semakin meninggi nadanya
"sayang.. Papah tidak melarang kamu sama rangga, hanya saja rangga ifu sudah bertunangan dan akan menikah beberapa hari lagi."
Deg jantung elsa, elsa pun menjatuhkan tubuhnya ke kursi, kemudian matanya mulai berkaca.
"jadi mas rangga sudah tunangan dan akan menikah pah.. ?" ucap elsa gemetar
"iya sayang.. Makanya papah tidak mengizinkan, karna dia calon suami orang"
Dasar elsa yang di manja papahnya apapun yang dia inginkan harus dia dapatkan, sekalipun itu milik orang lain.
"papah merasa tidak enak, jika harus memisahkan mereka, rangga dan mawar saling mencintai, belum lagi orang tuanya pasti akan menanggung malu" ucap papahnya melanjutkan
"jadi papah lebih peduli dengan perasaan orang lain dari pada putri kandung papah sendiri ?" jawab elsa sinis
"bukan begitu sayang.. " jawab papahnya sambil menarik nafas panjang
"sudahlah.. Pokoknya elsa tidak mau tahu, ini sudah jadi tugas papah untuk menyatukan elsa sama mas rangga, bagaimanapun caranya. Ini permintaan terakhir elsa pah..!!!" ucap nya, lalu dia pergi ke dalam meninggalkan papahnya.
Sementara papahnya duduk melamun memikirkan ke inginan putrinya. Bagaimana bisa harus memisahkan orang yang akan menikah. Bahagia boleh tapi tidak di atas penderitaan orang lain.
Di tengah lamunnya, di kagetkan dengan kedatangan rangga.
"Asalamualaikum.. ?" ucap rangga sambil membungkukan badannya.
Juragan dito yang tengah melamun pun kaget.
"wa alaikum salam.. Eh rangga.. Mau kemana ni rapih banget ?" tanya juragan dito kepada rangga yang sedang membungkuk di hadapannya.
"Mmh.. Begini juragan.. Saya mau minta izin dulu sebentar mau belanja keperluan seserahan"
Deg jantung juragan dito kaget. Mengingat ucapan putrinya yang menginginkan rangga.
"memangnya sudah dekat tah pernikahannya ?" tanya juragan dito
"iya juragan satu mingguan lagi" jawab rangga dengan sopan.
"wah.. Tidak terasa ya rangga, sudah satu mingguan lagi ?" ujar juragan dito tersenyum
"iya juragan.. O ya juragan saya pamit" ucap rangga lalu ia berbalik badan dan melangkahkan kakinya, namun tiba-tiba juragan dito memanggil namanya. Niat hati mau membicarakan tentang perasaan elsa kepadanya, namun ia urungkan lagi niatnya.
"Rangga.. ?"
"iya juragan.. ada apa juragan ?" tanya rangga menghentikan langkahnya.
"ah.. Tidak apa-apa. silahkan lanjut !!!"
Dan rangga pun melanjutkan langkahnya pergi. Sementara elsa yang dari tadi mengintip di balik jendela dia kesal kepada papahnya, se akan-akan papahnya mendukung pernikahan mereka. ia mengibaskan hordeng jendela.
Ke esokan harinya, rangga bekerja di perkebunan sayuran milik juragan dito. Niat elsa ingin mengambil perhatian rangga, dia pergi ke perkebunan dengan membawa rantang berisikan makanan buat makan siang. Namun tidak di sangka disitu sudah ada mawar yang tengah menyuapi rangga, tidak jauh dari lokasi mawar dan rangga, karna di bakar api cemburu, elsa membanting rantang ke tanah begitu kerasnya sampai-sampai rangga dan mawar pun mendengarnya. lalu mereka menoleh ke arah suara ifu. Rangga beranjak dari duduknya begitu juga mawar.
"non elsa.." ucap rangga pelan.
Kemudian rangga menghampiri elsa yang masih berdiri di susul oleh mawar.
"non elsa.. Anda tidak apa-apa ?" tanya rangga sesampainya di hadapan elsa sambil melihat rantang yang berserakan.
" mmh.. Tidak mas.. Tidak.. Tadi saya kesandung jadi tumpah deh makanannya semua" ujar elsa gugup
"memangnya makanan buat siapa non elsa ?" tanya rangga penasaran
"mmh.. Anu.. Itu.. Mmh.. Buat papah.. Ya buat papah.. " jawabnya gugup
Sementara mawar tidak menaruh curiga sama sekali dia hanya memandang polos.
"memangnya non elsa tidak tahu, kalau juragan tidak ada di kebun. Juragan sedang pergi ?"
"tidak.. A.. Aku tidak tahu. Ya sudah aku pulang dulu ya ?!" jawab elsa masih gugup.
Dan elsa pun pergi meninggalkan mawar dan rangga juga membiarkan rantangnya tergeletak.
Sesampainya di rumah ia langsung masuk kamar dalam ke adaan menangis dan marah, dia membanting make up nya yang ada di meja rias. Sambil teriak-teriak. Kemudian dia merasakan kepalanya yang sakit luar biasa,Terdengar teriak kesakitan dan gubrak.. Suara benda terjatuh. pembantunya langsung berlari menghampiri kamar elsa, setelah sampai di kamar elsa sudah pingsan.
"Non.. non.. Non elsa..?" ucap pembantunya sambil menepuk-nepuk pelan pipinya.
"Ya Allah.. Ini bagaimana ?" ucap pembantunya lalu dia berlari menuju telpon dan menelpon juragan dito.
Tut... Tut.. Tut... Terdengar suara telpon. Kemudian telpon di angkat juragan.
"Hallo juragan.. Juragan.. Non elsa pingsan.." ujar pembantunya . Kemudian dia menutup telpon dan keluar meminta pertolongan.
Orang-orang berdatangan menuju kamar elsa dan membopong elsa lalu memindahkannya ke atas kasurnya.
"Elsa.. ?" tiba2 suara juragan dito masuk ke kamar elsa, dengan perasaan cemas.
Kemudian elsa pun sadar dari pingsan nya.
Juragan diti dan orang-di sana termasuk pembantunya, senang melihat non elsa telah sadar
"sayang.. Kamu tidak apa-apa ?" tanya papahnya juragan dito kepada elsa sambil merangkulnya.
"papah.. ?" ucap elsa pelan dan lemas
"iya sayang.." jawab papahnya sambil melepas pelukannya perlahan.
Elsa memandang orang-orang yang masih berada di dalam kamarnya. Kemudian juragan dito sadar
"oh iya bapak-bapak terimakasih bantuannya. Anak daya sudah tidak apa-apa.
"Baiklah juragan kami kembali" jawab salah satu dari orang-orang itu.
Kemudian orang-orang itu pun pergi meninggalkan kamar elsa begitupun dengan pembantunya.
Kemudian elsa memandang papahnya yang duduk di hadapannya. Lalu ia berkata
"pah.. Seperrinya umur elsa tidak akan lama lagi, minta elsa.. Elsa ingin menikah dengan mas rangga sebelum elsa mati pah..?!"
"Baiklah sayang.. Papah akan usahakan yang terpenting kamu bahagia" jawab papahnya sambil mengelus kepala elsa
Di perkebunan sayur mawar masih bersama rangga.
"mawar.. hari ini mas gajian, nanti abis isya kita jalan yuk kita nge baso ?!" ucap rangga yang masih duduk berdua kara masih istirahat.
"iya mas.." jawab mawar tersenyum.
Sore itupun tiba. Rangga sudah menerima gaji dari juragan dito.
Mawar setelah shalat isya ia bersolek siap-siap hendak pergi.
" Mawar kamu mau kemana sudah cantik begitu ?" goda ibu nya
"mmh.. Mawar mau pergi jalan-jalan bu, sama mas rangga" jawab mawar
"jalan kemana nak.. Hati-hati ya pulangnya jangan terlalu malam ?!" ucap ayah nya
"iya ayah.. Tenang saja.. Mawar cuma jalan ke depan kok cuma mau nge baso doang yah.."
Kemudian mawar pamitan kepada ayah dan ibunya dengan mencium tangan kedua orang tuanya.
Tak lama kemudian rangga pun datang dengan membawa motor. Mawar dan rangga pun melaju menuju tukang baso. Dan mereka masuk dan memsan dua mangkok baso.
"Mawar.. ?" ucap rangga sambil menghentikan makan baso nya.
"iya mas.. ?" jawab mawar
"maafin mas ya, belum bisa bahagiain kamu, mas hanya bisa membelikan baso tiap gajian, tidak bisa mengajakmu makan di restoran seperri orang-orang. Ucap rangga sedih
" tidak apa-apa mas.. Mawar gini aja udah bahagia kok mas.. Yang penting mas selalu ada untuk mawar.."
Rangga pun tersenyum.
"mas.. Tidak terasa ya tiga hari lagi kita akan menikah.."
"iya mawar mas gak sabar ni pingin cepet-cepet peluk kamu.."
"ye...y kok kesitu sih.."
Rangga dan mawar pun tertawa.
Ke esokan hari nya, Rangga bekerja ke kebun seperri biasa. Tiba-tiba juragan dito datang dan menghampiri rangga.
"Rangga.. ?" ucap juragan dito seraya menepuk bahu rangga yang sedang menaikan sayuran ke mobil pik up.
Rangga menoleh ke arah juragan dito dan menghentikan pekerjaan nya, kemudian ia membungkuk di hadapan juragan dito sambil menjawab.
"iya juragan.."
"Bisakah kita bicara empat mata rangga, tapi kita bicara di gubuk itu." Sambil menujuk ke gubuk yang ada di tengah-tengah perkebunan.
Kemudian mereka pun berjalan menuju gubuk yang di tuju, dan mereka pun duduk ber sebelahan.
"ada apa juragan.. Saya merasa tidak enak, apa saya melakukan kesalahan juragan ?" tanya rangga gugup
"Ah.. Tidak rangga.. Kamu itu pegawai yang paling rajin dan jujur. Saya mengajak bicara bukan masalah kebun sayuran tapi ada masalah lain, tapi saya bingung harus darimana memulainya"
"memangnya kenapa juragan ?" tanya rangga penasaran.
"begini rangga.. Elsa.. Elsa itu sakit, dan kata Dokter umurnya tidak akan lama lagi," ucap juragan dito tiba-tiba menangis. Lalu ia melanjutkan perkataannya.
"Di sisa umurnya dia ingin menikah.. Dia menyukaimu rangga.."
Deg jantung rangga berdebar kaget.
"sa, saya.. juragan ?" jawab rangga sambil membulatkan matanya
"ia rangga elsa suka sama kamu, dan dia hanya ingin menikah denganmu.."
"Tapi juragan.. Juragan kan tahu kalau saya akan menikah.."jawab rangga menahan bicaranya agar tetap sopan.
"iya saya sangat tahu, tapi bagaimana lagi rangga.." ucap juragan dito menangis hix hix hix..
Kemudian juragan dito berlutut di hadapan rangga memohon agar rangga mau menikahi putrinya.
"rangga saya mohon.. Menikahlah dengan anak saya..saya janji akan memberikan separuh harta saya kepadamu, abahmu yang sakit bisa segera di operasi, coba pikirkan bukan kah ini dangat menguntungkanmu ?!"
"juragan bangunlah jangan seperri ini saya mohon !" ucap rangga seraya membangunkan juragan dito agar berdiri.
"bukan saya menolak juragan akan tetapi bagaimana dengan mawar dan keluarganya ?" ucap rangga yang mulai meneteskan air mata
"jangan terlalu khawatir kepada mereka. Khawatirkan putriku dan abahmu. Mawar itu sehat dia bisa mendapatkan diapa saja yang dia cintai, dan kedua orang tuanya saya akan mengganti kerugian biaya pernikahan yang telah keluar." bujuk juragan dito seraya berdiri dan memegang bahu rangga.
"pikirkanlah baik-baik rangga, ini kesempatan kamu agar kamu bisa mengobati abahmu yang saki ?!"
Kemudian juragan pun pergi meninggalkan rangga yang sedang mematung.
Di kediaman mawar. Ibunya tengah sibuk mempersiapkan pernikahan putrinya, dia sedang mengatur dekorasi pelaminan yang di dirikan di depan rumahnya, karna halamannya luas.
Sementara mawar dia sedang di kamarnya melamun dan senyum-senyum sendiri.
Di kediaman rangga umi sedang membantu merias seserahan yang akan di bawa. sementara rangga sedang duduk di depan rumah sambil melamun, dan sesekali ia memandang abahnya yang sedang duduk memperhatikan yang sedang merias seserahan.
"Ya Allah.. Aku harus bagaimana, di sisi lain aku mencintai mawar, tapi aku juga sayang abah.. Aku ingin abah sembuh ?" ucapnya dalam hati
Terlintas wajah mawar yang tengah tersenyum di benaknya, terlintas lagi wajah abahnya yang pucat.
kemudian rangga pun beranjak dari duduknya, mengambil telpon genggam yang terletak di atas kasurnya. Dengan gemetar ia menelpon mawar.
Tut.. Tut.. Tut.. Bunyi suara telpon
"Hallo mawar.. Bisakah nanti sore kita ketemu, di tempat biasa, aku tunggu ya ?!" ucap rangga di telepon
"ada apa ya, mas rangga ngajak ketemuan di luar ?" ucap mawar tanda tanya.
Sore pun tiba, cuaca mendung se akan, akan turun hujan petir pun sudah mulai terdengar.
"mawar kamu mau kemana ?" tanya ibunya
"mawar mau ketemu mas rangga bu.." jawab mawar simple.
"kenapa ngajak ketemuan bentar lagi kalian nikah kamu itu harusnya di pingit malah keluyuran" ucap ibunya
"ya ibu mungkin mas rangga mau bicara, sudah ah.. Keburu hujan ni, mawar pergi ya.."
Mawar berlari keluar tanpa memperdulikan ibunya yang teriak-teriak memanggil.
"mawar.. Bawa payung.. ?!" ucap ibunya teriak. Tapi tidak di hiraukan
Di tempat yang di janjikan rangga. Rangga sudah berada disana dan ia sedang menangis. Tiba-tiba terdengar langkah kaki, ia adalah mawar.. Rangga pun segera menghapus air matanya.
"mas..?" Ucap mawar pelan, seraya menyentuh tangan rangga.
Rangga pun menoleh ke arah mawar yang kini sudah berada di hadapannya.
"mas.. Kenapa seperrinya habis nangis.. ?" tanya nya sambil mengusap air mata rangga yang tidak bisa di bendung lagi.
"Mawar.. ?" ucap rangga terhenti kemudian ia menarik nafas panjang.
Kemudian rangga meraih kedua tangan mawar.
"mawar.. Maafkan mas ya ?" ucap rangga sambil menangis
Mawar semakin heran kenapa rangga menangis.
"mas kenapa.. Maaf karna apa ?" tanya nya bingung
"maafkan mas mawar.. Mas tidak bisa menikahi kamu ?!"
Bersambung
"
"