"mengapa kamu selalu menghindari saya?" Tanya seorang pria tampan dengan tatapan tajam. Seorang gadis cantik terus saja memundurkan langkahnya ketika pria tersebut terus berjalan kearahnya
"Kamu takut kepada saya? Ayara Pricilla Zoya?" Ucap pria tersebut dengan senyum smirknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sweet Raa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
Jam menunjukkan pukul setengah 5, mobil milik Zio berhenti tepat di parkiran perpustakaan kota. Ara dan Azka turun lebih dahulu lalu beberapa saat kemudian disusul oleh Zio, dan mereka melihat area sekitarnya yang masih cukup ramai
"Utang satu janji ya Ra" ucap Azka
"Janji apa?" Tanya Ara pura pura tidak tahu
"Cerita tentang kisah cinta lo, gausah pura pura lupa, setelah kita menemukan bukunya baru cerita"
"Hmmm baiklah" Ara berjalan memasuki perpustakaan diikuti oleh Azka dan Zio
"Buku yang gimana sih?" Tanya Ara. Azka mengambil ponselnya dari dalam saku celananya dan menunjukkan contoh buku yang harus mereka cari
"Ayo berpencar biar cepet ketemu, jam 5 kita kumpul disini lagi ya" ucap Ara dan diangguki setuju oleh Zio dan Azka. Pada akhirnya mereka berpencar, Zio kesebelah kiri, Azka sebelah kanan dan Ara kedepan
Ara terus mencari tetapi sejak tadi hanya menemukan beberapa buku pelajaran seni "Kayaknya ini jajaran buku seni deh, tapi bagus juga, Ara bawa ini satu deh" Ara mengambil satu buku dan kembali berjalan, hingga pandangannya berhenti pada sebuah buku yang sangat menarik perhatiannya, tapi sayang sekali buku itu berada di rak yang paling tinggi
"Kenapa buku itu beda sendiri ya, kayaknya sangat bagus, dan berkilau" gumam Ara dengan terus mengamati buku tersebut. Ara celingukan mencari seseorang untuk dimintai bantuan tetapi disekitarnya sangat sepi. "Gimana ya" Ara berjalan ke ujung rak dan menemukan sebuah kursi kecil "Nah pakai ini saja" Ara mengambil kursi tersebut dan meletakkannya, perlahan Ara mulai naik dan mencoba menggapai buku yang dia mau, tetapi sayang sekali kursi itu masih kurang tinggi
Krek!
Ara melihat sekilas kearah kursi tersebut, merasakan ada yang tidak beres dengan kursi itu, Ara memutuskan untuk segera turun, tetapi sayang sekali belum sempat menginjakkan kakinya dilantai, kursi tersebut lebih dahulu patah. Ara sudah pasrah jika dirinya akan jatuh dan menabrak rak dibelakangnya
"Kok gak jatoh jatoh sih, slowmo banget kayak di film film" gumam Ara dengan mata yang terpejam, dengan perlahan Ara membuka sebelah matanya dan melihat seorang pria yang juga sedang menatapnya. Sontak saja Ara terkejut dan langsung memberontak, pria tersebut menurunkan Ara dari gendongannya dengan perlahan
Ara memundurkan langkahnya dan terus menatap pria yang entah darimana asalnya "M-makasih" ucap Ara kikuk. Pria tersebut masih dalam posisinya dan tidak mengeluarkan sepatah katapun, Ara semakin dibuat bingung ketika pria itu mulai mengambil buku yang Ara mau, dan menyodorkannya kepada Ara
Dengan ragu Ara mulai mengulurkan tangannya dan menerima buku yang pria itu berikan
Degh!
Ara diam membeku ketika tak sengaja tangannya bersentuhan dengan tangan pria itu, lalu dengan cepat Ara menarik kembali tangannya
"Ambil" satu kata yang keluar dari mulut pria itu langsung menyadarkan Ara dari lamunannya, dan dengan cepat Ara mengambil buku tersebut lalu berjalan pergi
"Ihh siapa tadi, apa hantu ya? Kenapa tangannya dingin banget sih, mana mukanya pucet" batin Ara dengan terus berjalan dan mencoba untuk menemukan kedua temannya
Brakkk
"Aduhhh" Ara meringis ketika dirinya tak sengaja menabrak seseorang
"Ara, mana yang sakit?" Ucap Zio panik ketika melihat Ara terduduk dilantai
"Zio kok tiba tiba muncul sih, kan Ara gak liat" Ara bangun dengan dibantu oleh Rafa, dengan tangan kirinya yang masih memegang buku
"Gue nyariin lo, kenapa lama banget, ini jam 5 lebih tau, udah setengah 6 malah" ucap Zio dengan menunjukkan arloji ditangannya. Ara melotot, menarik tangan Rafa dan melihat berkali kali jam ditangan Rafa
"Ini beneran? Jam setengah 6?" Tanya Ara tidak percaya. Pasalnya yang Ara rasakan dirinya hanya pergi beberapa menit saja, tidak sampai satu jam, tetapi jam ditangan Zio merupakan bukti dari semuanya
"Iyaa ini udah setengah 6, makanya gue nyariin lo daritadi" Zio segera menarik tangan Ara dan berjalan kearah tengah perpustakaan untuk bertemu kembali dengan Azka
****
"Gue udah bilang sama nyokap lo, jadi kita makan dulu disini, setelah itu kita langsung pergi les ya" ucap Zio di dalam mobil, Zio yang merasa tidak beres dengan Ara mencoba menepuk pundak Ara beberapa kali. "Lo masih mikirin si Liam itu?" Tanya Zio
"Hah? Enggak kok, bukan Liam" jawab Ara cepat
"Terus mikirin siapa?" Giliran Azka yang bertanya
"Mika" jawab Ara simpel dengan kembali fokus menatap jalanan, tetapi sebenarnya Ara tidak hanya memikirkan Mika. Ara juga memikirkan pria yang tadi menolongnya itu
"Mending jangan dipikirin dulu, nanti belajarnya jadi gak fokus" ucap Azka
"Kita turun dulu makan, habis itu kita bicarakan lagi soal ini" Zio lebih dulu turun dari mobilnya disusul oleh Ara dan Azka
"Bukunya gausah dibawa Ayara" Azka mengambil buku yang sejak tadi dipeluk oleh Ara, dan kembali menyimpannya didalam mobil
"Udah ayo" Zio menarik tangan Ara untuk segera masuk kedalam restoran
"Selamat sore, selamat datang di restoran kamu. Untuk berapa orang?" Tanya salah satu staff disana
"Kami 3 orang Kak" jawab Zio sopan
"Baik mari saya antar" staff tersebut berjalan terlebih dahulu dan diikuti oleh mereka
"Terimakasih"
"Sama sama. Kalau sudah mau pesan panggil saja kami"
Azka mengangguk dan mengambil buku menu, melihat beberapa menu makanan berat
"Ara mau makan apa?" Tanya Azka dengan menyerahkan menunya
"Ara mau spaghetti aja deh, lalu ini, ini, dan ini" ucap Ara dengan menunjuk beberapa menu dessert
"Banyak banget, emang bakal abis?"
"Kan ada kalian" jawab Ara santai dengan menunjukkan senyum manisnya
"Yaudah gapapa, ini udah ya, gue pesenin. Zio, Lo ini kan?" Tunjuk Azka pada menu makanan, Zio mengangguk dan sibuk bermain ponselnya. Azka memanggil pelayan dan memesan makanan yang mereka inginkan
"Jadi sekarang ayo cerita" ucap Azka antusias dengan terus menatap kearah Ara
"Cerita apa?" Tanya Ara
"Cerita tentang kisah cinta lo itu, jangan pura pura lupa deh Ra"
"Mulai darimana ya..." Ara berfikir sejenak sebelum akhirnya buka suara. "Ohh darisini aja. Jadi terakhir Ara bilang pas Ara sama Liam komitmen kan?"
"Iyaa itu, terus?"
"Nah setelah itu kita komitmen lah, semuanya lancar aja, Liam baik, romantis, pengertian, pokoknya Ara berfikir kalo Ara bakal bisa nikah sama Liam nantinya karena melihat sifat Liam itu. Terus beberapa bulan komitmen itu, mantannya Liam masih coba kayak narik perhatian Liam, suka nanyain kabar lah, ngefollow Ig, pokoknya banyak lagi deh hal hal yang dia lakuin buat narik perhatian Liam. Tapi disitu Liam sama sekali gak tertarik sama mantannya, mungkin karena disakitin yaa"
"Disakitin mantannya?"