Xin Yue, seorang wanita cantik dengan kecerdikan yang mematikan, hidup dari mencuri dan membunuh. Namun, sebuah insiden membuatnya terlempar ke dunia kuno tanpa apa-apa selain wajahnya yang menipu dan akalnya yang tajam. Ketika dia mencuri identitas seorang wanita misterius, hidupnya berubah drastis—dari buronan kekaisaran hingga menjadi bunga paling dicari di Ruoshang, tempat hiburan terkenal.
Di tengah pelariannya, dia bertemu Yan Tianhen, pangeran sekaligus jenderal dingin yang tak pernah melirik wanita. Namun, Xin Yue yang penuh tipu daya justru menarik perhatiannya.
Dipaksa berpura-pura menjadi kekasihnya, keduanya terjebak dalam hubungan yang penuh intrik, adu kecerdikan, dan momen-momen menggemaskan yang tak terduga.
Akankah Xin Yue berhasil bertahan dengan pesonanya, atau akankah hatinya sendiri menjadi korban permainan yang ia ciptakan?
Tagline: Di balik wajah cantiknya, tersembunyi rencana yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 : Rencana Jahat Ibu Suri
Di dalam istana yang megah, Ibu Suri duduk di singgasananya, memutar-mutar cincin giok di jarinya. Senyumnya tipis, tetapi matanya penuh dengan kilatan licik. Di hadapannya, seorang kasim membungkuk rendah, melaporkan perkembangan terbaru tentang Yan Tianheng dan tunangannya.
"Jadi, Yan Tianheng benar-benar bertunangan," gumam Ibu Suri, suaranya lembut tetapi dingin seperti es. "Dan gadis itu... Xin Yue. Tidak ada latar belakang yang jelas, tetapi dia cukup berani untuk mendekati Tianheng."
"Yang Mulia," kasim itu berbicara dengan hati-hati, "kami masih menggali informasi tentang dia. Namun, dia tampaknya memiliki kecerdasan dan keberanian yang tidak biasa."
Ibu Suri menyipitkan matanya. "Kecerdasan dan keberanian? Dua hal yang berbahaya jika tidak dikendalikan. Gadis itu mungkin ancaman, terutama jika dia memiliki pengaruh pada Tianheng. Kita harus memastikan dia tidak menjadi duri di sisiku."
Dia mengetukkan jari-jarinya di sandaran singgasana. "Kirim Nona Rong ke mansion Tianheng. Dia cukup cantik dan pintar untuk memancing Tianheng, dan dia juga bisa menjadi mata-mataku. Pastikan dia membuat gadis itu merasa terpojok."
Kasim itu membungkuk lebih dalam. "Seperti perintah Anda, Yang Mulia."
Ibu Suri tersenyum tipis, tetapi ada kekejaman di balik senyuman itu. "Xin Yue... Jika kau pikir kau bisa bermain di istanaku, maka kau salah besar."
Kedatangan Nona Rong
Di mansion Tianheng, suasana terasa berbeda ketika kereta mewah berhenti di depan gerbang utama. Dari dalamnya, Nona Rong melangkah keluar dengan anggun, tetapi ekspresinya penuh kesombongan.
Ketika dia masuk ke aula utama, dia segera melihat Xin Yue duduk di sana, tampak tenang sambil menikmati secangkir teh.
"Ah, kau pasti Xin Yue," kata Nona Rong dengan nada meremehkan. "Aku tidak menyangka seseorang sepertimu bisa menjadi tunangan Yan Tianheng."
Xin Yue meletakkan cangkir tehnya dengan tenang, lalu tersenyum tipis. "Dan Anda pasti tamu yang dikirim oleh Ibu Suri. Selamat datang."
Nona Rong mendengus. "Aku hanya ingin melihat sendiri apa yang membuat Tianheng memilihmu. Jujur saja, aku tidak melihat apa pun yang istimewa."
Xin Yue tetap tersenyum, meskipun matanya menatap Nona Rong dengan dingin. "Kadang-kadang, hal yang istimewa tidak perlu terlihat oleh semua orang."
Namun, sebelum percakapan mereka berlanjut, langkah kaki terdengar. Yan Tianheng memasuki ruangan, auranya langsung memenuhi tempat itu.
"Tianheng!" seru Nona Rong dengan nada manis, wajahnya sedikit memerah. Dia melangkah maju dengan percaya diri, mendekati pria itu. "Sudah lama kita tidak bertemu."
Tianheng mengangguk kecil, tetapi ekspresinya tetap datar. "Nona Rong."
Nona Rong, tidak menyerah, mencoba meraih lengannya. "Aku mendengar kau sibuk akhir-akhir ini. Kau harus lebih menjaga kesehatanmu. Jika kau butuh bantuan, aku selalu ada."
Xin Yue, yang melihat adegan itu, menundukkan kepalanya perlahan, wajahnya tampak sedih. Tianheng langsung menyadarinya. Dia melangkah ke arah Xin Yue, mengabaikan Nona Rong sepenuhnya.
"Xin Yue," panggilnya lembut. "Apa yang terjadi?"
Xin Yue mengangkat wajahnya perlahan, matanya tampak berkaca-kaca. "Aku... aku hanya merasa tidak cocok berada di sini. Sepertinya aku mengganggu."
Tianheng mendekat, jari-jarinya dengan lembut menyentuh pipi Xin Yue. "Jangan pernah berpikir seperti itu."
Dia menghapus air mata yang mengalir di pipi Xin Yue, lalu menunduk dan mengecup ujung matanya dengan lembut. "Kau adalah tunanganku. Tidak ada yang lebih pantas berada di sini selain dirimu."
Nona Rong terkejut, wajahnya memerah karena malu dan marah. "Tianheng, aku—"
Tianheng memotongnya dengan suara dingin. "Nona Rong, jika kau tidak memiliki urusan lain, pelayan akan mengantarmu ke kamar tamu."
Li Jun, yang baru saja tiba, hampir tersedak melihat pemandangan itu. Dia bergumam pelan, "Apa ini? Yan Tianheng yang aku kenal tidak pernah bersikap seperti ini. Apakah dia sedang kerasukan?"
Bab: Intrik di Mansion Tianheng
Setelah Nona Rong pergi dengan wajah merah karena malu dan marah, suasana di ruangan itu mulai berubah. Xin Yue, yang sebelumnya tampak sedih dan lemah, kini berdiri dengan tangan terlipat, menatap Tianheng dengan ekspresi datar.
Tianheng, yang masih berdiri di dekatnya, tersenyum tipis. "Ada apa? Kau terlihat tidak puas."
Xin Yue mendengus pelan, lalu tanpa peringatan, dia meletakkan tangannya di pipi Tianheng dan mendorong wajah pria itu menjauh darinya. "Jangan terlalu dekat. Aku tidak suka."
Tianheng terkekeh kecil, tetapi tidak bergerak lebih jauh. "Kau tidak suka? Tadi kau tidak keberatan."
Xin Yue menatapnya dengan alis terangkat. "Itu tadi. Sekarang aku punya pertanyaan."
Tianheng melipat tangan di dadanya, menunggu. "Tanya saja."
Xin Yue menyipitkan matanya. "Nona Rong... Apakah dia akan tinggal di sini juga?"
Tianheng mengangkat alis. "Dia hanya tamu. Kenapa?"
Xin Yue mendesah panjang, lalu melirik ke arah jendela, seperti sedang memikirkan sesuatu. "Di mansion ini sudah ada banyak gadis. Apakah kau masih ingin menambah lagi?"
Tianheng tersenyum samar. "Mereka hanya pelayan."
Xin Yue memutar matanya. "Pelayan atau bukan, mereka terlalu banyak. Dan aku tidak suka."
Tianheng menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. "Kenapa? Kau cemburu?"
Xin Yue langsung mendelik. "Cemburu? Aku hanya merasa mansion ini terlalu ramai. Aku tidak bisa bebas bergerak."
Tianheng menahan senyum, tetapi tatapannya tidak lepas dari wajah Xin Yue. "Tidak bisa bebas? Kau merasa terganggu dengan mereka?"
Xin Yue mengangguk, lalu menambahkan dengan nada serius, "Aku ingin tahu, apakah aku boleh melakukan sesuatu yang buruk untuk mengusir mereka?"
Tianheng mengerutkan kening, sedikit bingung. "Melakukan sesuatu yang buruk?"
"Ya," jawab Xin Yue dengan santai. "Aku tidak suka banyak orang di sini. Mereka membuat segalanya menjadi lebih rumit. Semakin banyak orang, semakin banyak masalah. Dan semakin banyak masalah, semakin sering aku harus berakting sebagai tunanganmu. Itu melelahkan."
Tianheng tertawa kecil, lalu melangkah mendekat lagi. "Jadi, kau ingin mengusir mereka karena kau malas?"
Xin Yue mengangguk tanpa ragu. "Tepat sekali. Kau tahu, aku tidak suka bekerja terlalu keras."
Tianheng menatapnya sejenak, lalu menggelengkan kepalanya dengan senyum kecil. "Kau benar-benar aneh."
Xin Yue mengangkat bahu. "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."
Tianheng mendekat lagi, kali ini menatapnya dengan tatapan serius. "Aku tidak keberatan jika kau ingin membuat mansion ini lebih tenang. Tapi, kau harus melakukannya dengan caramu sendiri."
Xin Yue menatapnya dengan alis terangkat. "Caraku sendiri? Maksudmu aku harus menakuti mereka hingga pergi?"
Tianheng tersenyum tipis. "Kau pintar. Aku yakin kau bisa menemukan cara yang lebih elegan."
Xin Yue mendesah panjang, lalu berjalan ke arah jendela, menatap taman yang luas di luar. "Baiklah. Tapi jika aku gagal, jangan salahkan aku."
Tianheng mengangguk. "Aku tidak akan menyalahkanmu. Lagipula, ini mansionmu juga sekarang."
Xin Yue meliriknya dari sudut matanya, lalu tersenyum tipis. "Kalau begitu, aku akan memikirkannya. Tapi jangan berharap aku akan melakukan semuanya dengan sopan."
Tianheng tertawa kecil, lalu berjalan keluar ruangan, meninggalkan Xin Yue yang masih merenung.
Li Jun yang Menguping
Di sudut ruangan, Li Jun yang mendengar percakapan itu hampir tersedak. "Apa-apaan ini? Xin Yue ingin mengusir semua orang karena dia malas? Dan Tianheng malah mendukungnya?"
Dia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum geli. "Aku benar-benar tidak mengerti pasangan ini. Mereka seperti badai dan api, tetapi entah bagaimana mereka cocok."