Miko seorang Psikiater menangani seorang pasien wanita dengan gangguan mental depresi. Tetapi dibalik itu ternyata ada seorang Psikopat yang membuatnya menjadi depresi.
Ketika pasien tersebut ternyata bunuh diri, sang Psikopat justru mengejar Miko.
Hari-hari Miko menjadi berubah mencekam, karena ternyata psikopat tersebut menyukainya.
Setelah menghadapi si psikopat ternyata ada sisi lain dari pria ini.
Bagaimana Miko menghadapi hari selanjutnya dengan sang Psikopat?
Yuk simak kisahnya di cerita Othor. Ada beberapa plot twist-nya juga loh..yang bikin penasaran...
Jangan lupa dukungannya ya man teman...
Oiya, di cerita ini ada adegan mengerikan, ****** ****** dan kata2 'agak gimana yah'
Jadi buat dek adek yg rada bocil mending skip dulu yah....maap ya dek...
Mohon bijak dalam membaca...
*Salam hangat dari othor*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33 - Menemui Cylia
“Ya benar, tapi maaf aku masih belum bisa mengingatmu”
“Aku Miko, istri Morino”
Wanita itu menepuk keningnya sendiri. “Aah, ya. Kenapa aku sampai lupa. Kita bertemu di pernikahanmu. Oya, apa keperluan anda kesini ada hubungannya dengan kasus Morino?”
“Ya, betul Nyonya”
“Ayo ikut denganku sebelum meeting dimulai, aku masih ada waktu setengah jam” Wanita itu mengarahkan Miko menuju kedalam lift.
Di dlaam lift,
Aku pemilik firma hukum ini. Sebenarnya Morino adalah pemilik firma hukum ini, Tapi dia menyerahkan tugas CEO kepadaku. Sebenarnya dia banyak menginvestasikan dananya di perusahaan ini. Tapi dia tidak ingin dibebani lagi dengan status kepemilikan, dia lebih memilih menjadi bawahanku. Aneh bukan?”
“Ah, ternyata seperti itu. Aku juga baru tahu hal ini”
Sesampainya mereka di sebuah ruang besar di lantai lima belas, ruangan Cylia. Mereka duduk di sofa di tengah ruangan.
“Sebenarnya masalah ini agak aneh, bukan? Pengacara membutuhkan Pengacara” ucap Cylia sambil juga duduk disana.
“Ya, keadaan yang membuatnya seperti itu, Nyonya. Bukankah seorang Dokter juga membutuhkan Dokter lain ketika sakit?”
Cylia hanya tersenyum dan mengangguk kecil.
“Morino, ah pria itu kadang sulit untuk ditebak. Tapi dia memang beruntung memiliki istri sepertimu. Jujur saja, aku adalah penggemar suamimu, tolong jangan marah” Cylia tertawa ringan.
Miko ikut tertawa kecil.
“Ah, begini Nyonya Miko-”
“Maaf, tolong panggil aku Miko saja”
“Ya, baiklah. Sebenarnya kami memang akan membantu menangani kasus Morino. Kami sedang upayakan. Tapi sayangnya, sampai saat ini belum banyak data yang bisa kami kumpulkan untuk melakukan pembelaan”
“Ohya, aku memiliki beberapa dokumen yang mungkin bisa membantu. Juga catatan analisaku mengenai kasus ini. Juga kemungkinan tersangka yang aku sertakan dalam dataku. Aku harap semua ini sedikit banyak bisa mematahkan tuduhan pada suamiku”
“Boleh aku lihat?”
Miko memberikan setumpuk berkas pada Cylia. Cylia membacanya dengan cermat.
“Kau mengumpulkan semua ini sendiri?”
“Sebagian iya, sebagian aku mendapat dari orang yang bisa dipercaya”
“Apa kau Detektif, Miko?” alis Cylia menghimpit.
“Bukan, aku hanya Psikiater”
“Psikiater? Tapi bisa memiliki data sebanyak ini untuk kasus pembunuhan?”
“Aku hanya berusaha semampuku untuk mengeluarkan Morino dari tuduhan”
“Hm, disini kau menuliskan bahwa Osborn ada hubungannya dengan kasus pembunuhan tersebut. Siapa sebenarnya Osborn?” tanya Cylia.
“Itu yang mau aku minta pada senior lawyer. Aku ingin meminta tolong pada firma hukum ini untuk menyelidiki Osborn. Karena aku kurang memiliki bukti untuk menjadikannya tersangka, walaupun aku memiliki keterkaitan dia dengan kasus ini”
“Baik, kami akan coba untuk menggali informasi tentangnya”
“Sampai jejak sepatu, pisau dan pistol kau rangkum disini? Juga jam kejadian, jam Morino ada dirumah … kau sungguh detail”
“Andai aku punya data lebih, aku akan menghubungi anda, Nyonya” ujar Miko.
“Kami akan berusaha sebaik mungkin, Miko. Data ini pasti sangat membantu”
“Terimakasih banyak, Nyonya Cylia”
“Itu memang sudah tugas kami. Morino sangat berjasa di firma hukum ini. Kau tenang saja, Morino tidak akan kami biarkan mendekam dipenjara lebih lama. Aku akan pastikan itu”
Miko mendapat secercah harapan.
Di rumah Morino, Miko masih saja berfikir keras untuk mengungkap bagaimana barang bukti milik Morino bisa ada di tempat kejadian. Ia berfikir untuk bisa menambah alibi Miko semakin kuat dan bisa diserahkan pada Cylia untuk bahan tambahan.
Satu-satunya petunjuk adalah CCTV yang ada di rumah Key. Tapi dia tidak mungkin mengambilnya dari pihak Kepolisian.
Miko seolah sudah ingin menyerah, karena memang itu bukan bidangnya.
Tiba-tiba ponselnya berdering. Sebuah panggilan masuk membuat Miko tercekat, -Dexton-
Miko memandang nama di layar ponsel itu beberapa detik, seolah ia ragu untuk mengangkatnya. Akhirnya ia memberanikan diri untuk mengangkat telepon itu.
“Ya, hallo”
“Miko, aku sudah di depan rumahmu. Beberapa anak buahku juga ikut mengawasi. Tapi masalahnya disini lumayan dingin, apa boleh aku masuk untuk sekedar menghangatkan badan?” ujar Dexton di telepon.
‘D-dia ada didepan rumah?’ tiba-tiba dada Miko berdegup tak karuan.
“Ah, ya baik. Terimakasih sudah mengawasiku. Baik aku akan membuat minuman hangat. Tapi maaf, aku sedang ada pekerjaan, jadi aku harus berada di kamar. Apa kau tidak keberatan jika aku menyediakan minuman hanya di teras?”
“Ya, tidak masalah”
Miko menyuruh seorang pelayan membawakan minuman hangat untuk Dexton ke teras.
Miko justru merasa cemas dengan pengawasan Dexton. Andai saja Morino tahu lebih awal tentang Dexton, ia tidak akan mungkin menyuruhnya mengawasi Miko.
Malam sudah agak meninggi. Dingin semakin menyengat kulit.
Miko belum juga tidur. Ia justru khawatir dengan kehadiran Dexton.
Ketika ponselnya tiba-tiba bergetar, Miko terkejut bukan main.
‘Ah! Kepana aku jadi panik seperti ini. Ini hanya pesan masuk’
Tapi kepanikannya justru bertambah ketika ia membaca pesan tersebut. Pesan dari pria yang sedang di khawatirkannya.
-Nyonya Miko, anda belum tidur? Terlihat jendela kamarmu masih menyala. Apa perlu kutemani?-
Isi pesan tersebut benar-benar membuat Miko tegang. ‘Apa-apaan pria ini’
Miko tidak membalas pesan tersebut.
Miko baru bisa tidur sekitar jam tiga dini hari. Pukul enam, ia bangun dengan mata sedikit hitam di bagian bawahnya.
‘Apa pria itu masih berada diluar’ Miko mengintip dari jendela. Sepertinya mereka sudah pergi. Miko bisa bernafas sedikit lega.
Miko berendam di dalam bathtub. Menenangkan pikiran barang sejenak. Ia menyandarkan kepalanya di ujung bathtub. Baru sejenak ia menikmati sedikit waktunya, tiba-tiba telepon wireless di atas rak sebelah bathtub berdering. Wareless hanya digunakan untuk komunikasi antara penghuni rumah.
‘Ck! Siapa lagi sih!’ gerutunya.
“Ya, hallo”
“Nyonya, Tuan Dexton sudah menunggu di teras. Dia mengatakan akan mengantar Nyonya ke kantor Polisi” suara seorang pelayan di sebrang telepon membuat Miko menegakkan punggungnya hingga duduk sempurna.
“Dexton? Ke kantor Polisi? Tapi aku tidak ada janji dengannya akan ke kantor Polisi? Baiklah terimakasih, aku segera turun”
‘Ada apa sih dengan pria itu. Sepertinya ada yang tidak beres’
Miko segera berganti pakaian. Ia keluar pintu utama. Benar saja, Dexton telah menunggunya di teras.
“Apa benar kau akan mengantarku ke kantor Polisi? Untuk apa? Tapi tidak ada panggilan untukku untuk kesana dari pihak Kepolisian?” cecar Miko pada Dexton.
“Morino yang memintanya. Ayo, kuantar”
“Tunggu. Biar aku bawa mobil sendiri”
“Nyonya Miko. Mobilmu sudah usang, sudah tidak layak lagi dipakai seorang Dokter dan istri pengacara seperti Morino. Aku akan mengantarmu”
Miko memasang wajah cemberut. ‘Dasar tidak tahu diri. Mobil tuaku itu aku beli dengan keringatku sendiri’
Dari kejauhan, Bors melihat Nyonya-nya dan menghampirinya.
“Maaf, Nyonya Miko. Biar aku yang mengantar anda menggunakan mobil Tuan Morino” ujar Bors, sang supir setia Morino.
Miko menoleh. “Ah, ya. Benar. Kalau begitu aku naik mobil Morino”
“Hey, Bors. Memangnya kau sudah mendapat izin dari Morino” sanggah Dexton.
“Dexton, aku istri Morino, aku yang beri perintah Bors untuk membawa mobil suamiku. Ayo Bors, kita berangkat” ujar Miko yang sudah akan melangkah ke mobil sedan mewah milik Morino.
Tampak kekesalan di wajah Dexton.