Perjalanan cinta Mat dan Cali, dibumbui konflik ringan di antara mereka berdua.
Tentu cerita ini tidak sesederhana itu, sebab Mat harus berurusan dengan Drake.
Bagaimana kisah lengkapnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riaaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Cali mulai berjalan menyusuri lorong saat mendengar musik pernikahan dimainkan. Emosinya tak bisa ditahan saat itu. Orangtuanya ada di kedua sisinya, siap mengantarnya menyusuri lorong menuju Drake Luster - pria yang dicintainya dan yang akan dinikahinya untuk kedua kalinya.
Hampir setiap gadis bermimpi memiliki pernikahan bak putri suatu hari nanti, dan dia adalah salah satu di antaranya. Mimpi pernikahan itu mungkin tak sepenuhnya seperti yang dibayangkannya waktu kecil, tapi Cali tetap merasa bahagia. Drake mencintainya dan akan menikahinya lagi, apa lagi yang dia inginkan?
Cali mengenakan gaun pengantin lama milik ibunya. Gaun itu memang terkesan kuno, tapi sangat cocok untuknya. Baginya, mengenakan gaun pengantin ibunya adalah suatu kehormatan besar.
Drake melambai sopan kepada orang tuanya saat mereka menawarkan tangannya.
"Kamu terlihat memukau seperti biasa," ujarnya sambil mengantar Cali menuju altar.
"Aku sudah jadi istrimu, kamu nggak perlu puji-puji gitu," jawab Cali sambil bercanda.
"Aku nggak pernah mukul kamu, Ny. Lustre," balas Drake sambil tersenyum.
"Hmp, begitulah adanya," jawab Cali dengan senyum lebar.
Setelah upacara pernikahan, orang tua mereka mengadakan pesta kecil di rumah. Tamu yang datang hanya kerabat dekat dan beberapa teman. Cali merasa bersyukur orang tuanya tidak bertanya-tanya kenapa keluarga Drake tidak ada yang hadir, kecuali sahabatnya, Vince, yang bahkan rela datang dari Manila.
Cali duduk dengan lembut di samping suaminya di bawah pohon kelapa. Dia melihat Drake diam-diam menatap laut, memegang sebotol bir di tangan.
Dengan lembut, Cali meringkuk di dadanya dan ikut menatap laut.
"Ada apa, kamu?" tanya Drake pelan. "Kamu kelihatan sedih, ya? Apa kamu menyesal nikah sama aku?"
"Aku? Sedih? Nggak mungkin!" jawab Drake sambil tersenyum. "Aku baru aja nikah sama gadis tercantik di dunia, untuk kedua kalinya. Kenapa aku harus sedih?" Dia mencium kening Cali sebelum membawa botol bir ke mulutnya.
"Terus kenapa kamu sendirian di sini?" tanya Cali lagi.
Drake menghela napas. "Aku cuma mikirin tentang ibu. Gimana kalau dia bisa ada di sini hari ini?" Dia memandang Cali dan tersenyum, lalu menyapu beberapa helai rambut Cali yang tertiup angin. "Tapi yang penting sekarang, masalahnya adalah kita."
"Maafkan aku, Drake..."
"Sshh... kamu nggak perlu minta maaf, sayang. Itu bukan salahmu." Drake mengalihkan pandangannya ke laut lagi. "Aku tumbuh di rumah yang sepi, Cali. Kami kaya, tapi itu nggak cukup buat bikin aku bahagia waktu kecil." Dia meminum bir lagi sebelum melanjutkan. "Makanya, sayang, aku pengen kita punya keluarga besar yang bahagia. Aku pengen banyak anak."
"Berapa banyak, Tuan Lustre?" tanya Cali.
"Hmm? Sekitar lima," jawab Drake dengan serius.
"Lima?!" Cali sedikit terkejut. "Aku kayak ayam betina kalau denger apa yang kamu mau," protesnya sambil tertawa.
"Kenapa? Kamu nggak mau banyak anak? Aku sih, nggak masalah kalau punya satu anak aja. Tapi aku pengen kita punya keluarga besar yang bahagia," jawab Drake, masih serius.
"Bisakah kamu kompromi? Cuma tiga aja?" pinta Cali dengan nada agak putus asa.
Drake terkekeh dan mencubit pipi Cali. "Bisa. Tapi aku juga pengen ngelakuin hal lain nanti," bisiknya nakal di telinganya.
Nafas manisnya yang hangat di telinga Cali sudah cukup membuat tubuhnya menggigil.
"Apa yang kamu lakukan? Rumah kita kecil, di Manila," Cali bercanda, tapi dia bisa merasakan pipinya memerah.
"Aku bisa sangat pendiam... Aku cuma nggak tahu tentangmu, hmm..." Drake mendekatkan wajahnya ke leher Cali dan mengendusnya pelan.
Tindakan sederhana itu membuat tulang punggung Cali merinding. Apa rasanya tiba-tiba suasana jadi panas?
"Drake, apa?" Cali berkata lemah, matanya sudah tertutup tak bisa menghindar.
Dia membuka matanya dengan pelan, dan pipinya memerah saat dia melihat siapa yang baru saja menyapanya. Vince, sahabat Drake, tersenyum ke arah mereka.
"Maaf ganggu burung-burung cinta, tapi aku datang ke sini buat ngucapin selamat tinggal," kata Vince sambil tersenyum lebar.