Kisah tentang seorang gadis yang cantik dan lembut, ia harus menjalani hari-harinya yang berat setelah kepergian kakak perempuannya. Anak-anak yang harus melakukan sesuai kehendak Ibunya. Menjadikan mereka seperti apa yang mereka mau. Lalu, setelah semuanya terjadi ibunya hanya bisa menyalahkan orang lain atas apa yang telah dilakukannya. Akibatnya, anak bungsunya yang harus menanggung semua beban itu selama bertahun-tahun. Anak perempuan yang kuat bernama Aluna Madison harus memikul beban itu sendirian setelah kepergian sang kakak. Ia tinggal bersama sang Ayah karena Ibu dan Ayahnya telah bercerai. Ayahnya yang sangat kontras dengan sang ibu, benar-benar merawat Aluna dengan sangat baik. **** Lalu, ia bertemu dengan seorang laki-laki yang selalu menolongnya disaat ia mengalami hal sulit. Laki-laki yang tak sengaja ia temui di gerbong Karnival. Lalu menjadi saksi perjalanan hidup Aluna menuju kebahagian. Siapa kah dia? apakah hanya kebetulan setelah mereka saling bertemu seperti takdir. Akankah kebahagian Aluna telah datang setelah mengalami masa sulit sejak umur 9 tahun? Lika liku perjalanan mereka juga panjang, mereka juga harus melewati masa yang sulit. Tapi apakah mereka bisa melewati masa sulit itu bersama-sama? *TRIGGER WARNING* CERITA INI MENGANDUNG HAL YANG SENSITIF, SEPERTI BUNUH DIRI DAN BULLYING. PEMBACA DIHARAPKAN DAPAT LEBIH BIJAK DALAM MEMBACA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sugardust, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sarapan bersama
Malam itu aku tidur sangat nyenyak. Seperti biasa aku bangun lebih awal. Aku akan menyiapkan sarapan untuk ayah dan Jaeden, bagaimana bisa aku menatap wajah Jaeden nantinya setelah kejadian memalukan semalam. Aku bergegas menuju dapur, karena kamarku berada di lantai dua, kamar ayah dan kamar tamu terletak di lantai satu.
Aku mulai menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan. Aku akan membuat Avocado-Egg Toast sebagai menu sarapan hari ini. Aku mulai memotong-motong buah alpukat. Lalu memecahkan telur untuk dimasak setengah matang dengan api yang kecil. Saat aku ingin mengambil roti di kulkas, aku melihat Jaeden keluar dari kamarnya.
“ Ah, kau kau, mau kemana? apa mau lari pagi?” tanyaku yang gagap pada Jaeden.
“ Iya, ini rutinitas yang biasa aku lakukan, kau kan sudah melihat hasilnya hahaha” ucap Jaeden yang sedang bercanda padaku. Sepertinya mengetahui jika aku masih kepikiran soal kejadian kemarin. Benar sih dari gelagatku dia juga akan tahu.
“ Ih kau bicara apa sih! dasar!” aku lalu menutup kulkas dengan keras dan melangkah kembali untuk melanjutkan pekerjaanku. Bagaimana dia bisa santai begitu, sedangkan aku terus kepikiran setengah mati. Ah, aku benar-benar gila.
“ Aku pergi dulu ya, aku akan kembali dalam dua puluh menit” ucap Jaeden sambil keluar pintu dan melambaikan tangannya padaku.
Aku kembali membuat sarapan, akan aku buat makanan ini terlihat sangat lezat. Aku juga membuat jus mangga untuk menu minuman sarapan kali ini. Aku mulai mengupas kulit mangga, memisahkan dari bijinya dan mulai memotong-motong mangga tersebut. Lalu aku memasukkannya ke dalam Juice maker dan menuangkannya ke dalam gelas setelah selesai.
Ayah sudah bangun, dan keluar dari kamarnya.
“ Kau sedang membuat apa putriku?” tanya ayah sambil mengucek matanya dengan wajah baru bangun tidurnya.
“ Aku sedang membuatkan sarapan yang spesial untuk ayah santap!” jawabku sambil memberikan jempol tanganku.
“ Apa itu?” tanya ayah penasaran.
“ Rahasia, ayah bisa mencuci wajah ayah terlebih dahulu sembari menunggu sarapan untuk dihidangkan” ucapku.
“ Hm baiklah itu pasti akan terlihat enak karena dibuat oleh tangan putriku, kalau begitu ayah mandi dulu” ayah pergi melangkah ke kamar mandi.
Aku melanjutkan kembali untuk membuat sarapan. Dalam beberapa menit makanan sudah siap dan segera aku hidangkan di meja makan untuk tiga orang. Ayah juga sudah selesai mandi dan duduk di meja makan.
“ Dimana temanmu itu? apa dia belum bangun?” tanya aja penasaran.
“ Ah dia tadi izin pergi keluar untuk lari pagi, ayah” jawabku sambil meletakkan piring di atas meja.
“ Rajin juga dia berolahraga” ucap ayah sambil menggeserkan kursi untuk mendapatkan posisi yang pas.
“ Oh iya dia hanya boleh di rumah ini sampai siang ini saja, karena ayah akan pergi sore hari” ayah menyuruhku untuk mengatakan kepada Jaeden, agar siang hari ini dia harus pulang ke rumah.
“ Iya ayah baiklah, aku akan mengatakannya nanti” jawabku sambil duduk di kursi.
*Ding dong, ding dong* ( suara beli di rumahku berbunyi)
Aku melangkahkan kakiku untuk membukakan pintu, ternyata Jaeden sudah selesai lari pagi. Napasnya tampak terengah-engah, keringatnya bercucuran di wajah dan badannya, bajunya tampak basah karena keringatnya.
“ Oh Jaeden, sudah selesai lari pagi ya? masuklah” ucapku, mempersilakan Jaeden masuk.
“ Terima kasih, aku akan mandi dulu” ucap Jaeden, melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahku.
“ Oh i iya, jangan lupa bawa bajumu untuk kau pakai setelah selesai mandi, ada ayahku!!” bisikku pada Jaeden.
Jaeden hanya tersenyum kecil mendengar ucapanku tadi, dan aku masih mengingat kejadian kemarin. Padahal dia hanya bertelanjang dada tapi kenapa aku berlebihan sekali.
Sembari menunggu Jaeden mandi, aku dan ayah berbincang sebentar. Karena ayah menanyakan tentang apa yang terjadi dengan keluarga Jaeden. Aku hanya menceritakan intinya saja.
“ Aluna, kau telah berjanji semalam untuk menceritakan lebih jauh tentang Jaeden, cepat ceritakan sekarang” tanya ayah tergesa-gesa.
“ Ah, aku lupa. Intinya ayahnya baru baru ini menikah lagi dengan seorang wanita, awalnya bibi itu bersikap baik sebelum menikahi ayahnya, namun, setelah menikahi ayahnya bibi itu berubah menjadi sangat kasar kepada Jaeden. Bibi itu mempunyai anak laki-laki, tapi anak laki-lakinya bersikap tak sopan pada Jaeden. Jaeden telah mengatakan hal itu pada ayahnya, tapi ayahnya terlihat tidak membela dan cuek saja, hal itu yang membuat Jaeden kesal dan pergi dari rumah dan tinggal di rumah pamannya untuk beberapa hari. Tanpa membawa apapun bahkan ponselnya masih tertinggal di rumahnya” jawabku dengan suara yang pelan.
“ Kasian sekali dia, tapi apa harus pergi dari rumah? itukan rumah ayahnya” tanya ayah lagi.
“ Aku tidak tahu soal itu, mungkin dia butuh waktu” jawabku.
Aku mendengar suara pintu yang sedang dibuka.
“ Ah sudah selesai mandi? ayo duduk” aku terkejut, untung saja kami sudah selesai membicarakannya.
“ Putriku, ini sangat lezat, terima kasih sudah membuatkan makanan yang enak untuk ayahmu. Suatu hari suamimu akan sangat beruntung bisa menikmati masakanmu setiap hari, iyakan, Jaeden?” ucap ayah yang memuji masakanku.
“ Ah iya paman, ini sungguh enak! terima kasih Aluna” jawab Jaeden yang terlihat bingung karena pertanyaan ayah.
“ Aduh ayah, jangan bicara seperti itu! ini hanya membuat sarapan saja. Jangan berlebihan!” jawabku yang malu-malu, aku malu karena itu terdengar oleh Jaeden, kenapa ayah sampai mengatakan suami segala.
“ Apa ayah salah mengatakan itu? ayah hanya memuji masakan putri ayah, karena masakanmu memang sangat enak kok” saut ayah lagi sembari menikmati makanan yang aku buat.
“ Paman akan keluar siang ini, paman akan sekalian mengantarmu pulang ke rumah pamanmu itu, jadi bersiaplah” ucap ayah kepada Jaeden.
“ Iya paman, terima kasih” jawab Jaeden singkat.
Padahal ayah menyuruhku untuk mengatakannya, ayah malah akan pergi dari siang ini. Untunglah ayah mengatakannya dengan hati-hati, meskipun terlihat mengusir dengan halus.
Kami melanjutkan menikmati sarapan kami sebelum makanan ini dingin. Setelah selesai sarapan, aku mengambil piring-piring di meja dan meletakkannya di tempat pencucian piring. Ayah mulai naik untuk ke ruang kerjanya. Aku mulai mencuci piring-piring kotor yang menumpuk.
“ Apa mau aku bantu?” tanya Jaeden yang menawarkan dirinya untuk membantuku mencuci piring.
“ Ah tidak usah duduk saja sana” jawabku sambil mendorong tubuh Jaeden dengan siku ku”
Jaeden mulai mengambil piring kotor dan mulai menyabuni dengan sabun cuci piring.
“ Kan aku sudah bilang tidak usah” jawabku yang kesal.
Tiba-tiba dia mencolekkan busa sabun ke hidungku dia pun tersenyum melihat ke arahku.
“ Ih apasih!” aku mengelap busa yang ada di hidungku.
“ Kau imut sekali” ucap Jaeden padaku sambil tersenyum tanpa melihat wajahku.
Lalu kulit tangan kami bersentuhan, membuatku kaget dan membuat wajahku memerah. Aku memalingkan wajahku karena malu. Jaeden juga terlihat memalingkan wajahnya ke arah lain, dia terbatuk dan menutupi mulutnya dengan satu tangannya.
“ Kau, kau tidak apa-apa?” aku bertanya pada Jaeden karena cemas.
“ Tidak apa, tenggorokanku hanya gatal sedikit. Ayo kita kerjakan bersama agar ini cepat selesai” ucap Jaeden yang kembali melanjutkan membilas piring dengan air mengalir.
Mengejarkan cucian piring bersama membuat kerjaan selesai lebih cepat. Dia juga merapikan meja makan yang telah digunakan tadi. Dia mulai kembali masuk ke kamar untuk membereskan pakaiannya. Aku juga sudah mulai berkeringat, aku akan pergi mandi dulu dan kembali ke kamarku.