Fujimoto Peat, aktris papan atas yang dimanja oleh dunia glamor berlibur ke pulau tropis. Di sana ia bertemu Takahashi Fort yang merupakan kebalikan sempurna dari dunianya.
Pertemuan mereka memicu percikan antara pertemuan dua dunia berbeda, keanggunan kota dan keindahan alam liar.
Fort awalnya menolak menjadi pemandu Peat. Tapi setelah melihat Peat yang angkuh, Fort merasa tertantang untuk ‘’mengajarinya pelajaran tentang kehidupan nyata.’’
Di sisi lain, ada satu pasangan lagi yang menjadi pewarna dalam cerita ini. Boss, pria kocak yang tidak tahu batasan dan Noeul, wanita yang terlihat pemarah tapi sebenarnya berhati lembut.
Noeul terbiasa menjadi pusat perhatian, dan sikap santai Boss yang tidak memedulikannya benar-benar membuatnya kesal. Setiap kali Noeul mencoba menunjukkan keberadaannya yang dominan, Boss dengan santai mematahkan egonya.
Hubungan mereka berjalan seperti roller coaster.
Empat orang dalam hubungan tarik ulur penuh humor dan romansa, yang jatuh duluan, kalah!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bpearlpul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Nona Kota & Dua Bajingan Gila Tropis
Hari demi hari berlalu, Peat semakin terbiasa dengan kehidupan di pulau dan mulai akrab dengan penduduk lokal, bahkan sesekali mengobrol santai dengan wisatawan. Namun, kedamaian itu tidak bertahan lama karena Fort dan Boss, seperti dua magnet untuk kekacauan, terus-menerus mengusik ketenangannya.
Fort melemparkan buah kelapa ke arah Peat dari atas pohon dengan alasan menghemat tenaga.
Boss memotong jalur Peat di pantai dengan perahu kecil, pura-pura menyelamatkannya dari hiu imajiner.
Keduanya muncul bersamaan saat Peat sedang tidur siang di bawah pohon, meneriakkan namanya keras-keras hingga ia terbangun dengan kaget.
‘’KALIAN BERDUA GILA! APA KALIAN TIDAK PUNYA HAL LAIN UNTUK DILAKUKAN?!’’
‘’Aku hanya ingin memastikan kau tidak terlalu bosan,’’ kata Fort.
‘’Benar, kami ini orang baik. Bahkan kau bilang kami gila... itu artinya kami istimewa, kan?’’ tambah Boss.
‘’Istimewa kepala kalian,’’ kata Peat berjalan pergi.
......................
Ketika Peat mencoba melakukan yoga, Fort dan Boss berpura-pura membantu menyiram tanaman, tetapi justru membuat air menyiprat ke seluruh tubuh Peat.
Peat yang kesal melemparkan kain basah ke arah mereka sambil mengomel. ‘’Kalian dua bajingan gila benar-benar tidak punya akal sehat!’’
‘’Oh, dia memanggil kita bajingan,’’ senyum bangga Boss.
‘’Itu adalah sebuah kehormatan,’’ kata Fort tersenyum lebar.
‘’Aku akan kehilangan kewarasan di sini. Aku yakin itu,’’ kata Peat.
......................
Merasa dirinya menjadi sasaran utama gangguan, Peat memutuskan untuk melawan. Ia mencoba berbagai cara untuk mengalahkan kakak beradik itu, tetapi semuanya malah berbalik menjadi kekacauan yang lebih besar.
Peat mencoba mengunci Fort dan Boss di dalam gudang penyimpanan, tetapi mereka berhasil keluar lewat jendela kecil, lalu balas dendam dengan melemparkan buah pisang ke arah Peat.
Peat berusaha tidak peduli, membuat Fort bermain seruling palsu dari bambu untuk mengganggu, sementara Boss menirukan suara burung sambil mengelilinginya.
Ketika Peat berpura-pura demam agar mereka merasa bersalah, Fort malah membawa daun dan bunga untuk membuat ramuan ajaib yang rasanya sangat pahit, sementara Boss memaksa Peat meminumnya.
‘’Ramuan ini akan menyembuhkanmu. Aku sudah mencobanya sekali,’’ kata Fort.
‘’Kalau aku mati karena ini, kubilang ke semua orang itu salahmu,’’ kata Peat.
‘’Kalau kau mati, kami akan membuat pemakaman terbesar di pulau ini. Jadi, kau aman,’’ kata Boss.
Peat memejamkan mata. ‘’KALIAN BERDUA MEMBUATKU GILA!!!’’
......................
Sebagai permintaan maaf karena terus mengusik Peat, Boss mengajarinya cara memancing, tetapi malah membuat mereka berdua jatuh ke air. Fort yang melihatnya langsung menyelamatkan Peat, tetapi kemudian memarahinya karena tidak hati-hati.
Fort mengeryitkan alis. ‘’Kenapa kau selalu membuatku repot?’’
‘’Karena kau yang membuat hidupku kacau!’’ jawab Peat.
Boss tersenyum lebar. ‘’Kalau hidup kalian sudah kacau bersama, kenapa tidak tinggal bersama saja?’’
‘’Kau diam!’’ seru keduanya membuat Boss merapatkan bibir.
......................
Setelah beberapa hari penuh keonaran, Peat akhirnya menyerah. Saat ini ia duduk di antara dua bersaudara itu bersama sekelompok wisatawan asing yang menikmati minuman dan bercanda.
Ya, setiap kali Peat mengunjungi bar malam di pantai, mejanya akan selalu ramai oleh para wisatawan yang pernah dipandu Fort.
Lihat dua bersaudara ini, setelah membuatku hampir gila, mereka dengan santainya menyantap pesananku, umpat Peat dalam hati.
‘’Sejak tadi hanya diam, sepertinya suasana hati Peat sedang tidak terlalu bagus, ya?’’ tanya wisatawan pria.
‘’Oh, tidak juga. Aku hanya sedikit terganggu oleh... dua bajingan liar yang aku temui di luar sana.’’
Fort yang duduk di samping Peat hanya tersenyum lebar menikmati sindiran halus itu.
‘’Oh iya, musik malam ini menurutku cukup epik—‘’
‘’Terlalu membosankan,’’ kata Peat memotong membuat tawa kecil terdengar dari beberapa wisatawan di meja.
‘’Kau tahu apa tentang menghibur wisatawan? Satu-satunya yang kau andalkan hanya wajah cantik itu,’’ kata Boss.
Peat tersenyum remeh. ‘’Kalau begitu, akan kutunjukkan seperti apa hiburan yang sesungguhnya. Tapi ingat, jangan jatuh cinta padaku. Aku tidak akan bertanggung jawab.’’
Kalimat Peat telak mengenai batin semua orang di meja itu, terutama Fort yang tersenyum lebar. Mereka menatap Peat berjalan ke arah panggung di bar.
Peat berdiskusi singkat melakukan permintaan sebelum akhirnya berdiri di depan mikrofon.
