Apa jadinya ketika seorang mantan Casanova jatuh cinta pada seorang gadis yang polosnya tingkat dewa?
"Kau tahu tidak apa artinya cinta?"
"Tahu,"
"Apa?"
"Kasih sayang dari orangtua pada anak mereka."
Jleebb
Akan bagaimanakah kisah mereka selanjutnya? Mampukah seorang CIO MORIGAN STOLLER menaklukkan hati sang pujaan hati yang terlalu lambat menyadari perasaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~ 9
Di perusahaan, Elil bekerja seperti biasa. Namun, hari ini dia sendirian, tidak ditemani Ilona seperti hari biasanya. Dan anehnya, meski sudah seminggu absen, Elil sama sekali tak mendapat teguran. Bingung akan keanehan tersebut, dia memutuskan untuk menemui Tuan Andreas.
"Ada apa?"
"Em begini, Tuan. Aku inikan tidak masuk kerja selama satu minggu penuh, tapi kenapa kau tidak memarahiku?" tanya Elil seraya memasang ekspresi serius.
Andreas memaksakan diri untuk tersenyum. Dia lupa mempersiapkan jawaban jika Elil sampai menanyakan soal ini. Harusnya Andreas tidak ceroboh, jadi bingungkan harus menjawab apa sekarang.
"Saat di pesta pernikahan Ilona dan Karl, aku tak sengaja meminum air surga. Cio bilang saat pulang aku menabrak pohon yang mana membuatku jadi sulit berjalan," Elil mendekat. Dia lalu meminta Tuan Andreas untuk sedikit membungkuk agar dirinya bisa berbisik. "Ada kayu yang tertinggal dimilikku. Tapi ini rahasia ya. Cio bisa marah kalau tahu aku memberitahumu soal ini. Oke?"
"Oh, jadi itu kayu ya?" ucap Andreas sambil menahan tawa. Keterlaluan sekali si penjahat k*lamin itu. Gadis polos Elil dengan mudah dikelabuinya. Hmm.
"Janji ya jangan memberitahu masalah ini pada orang lain?"
"Iya aku janji,"
"Kau terbaik, Tuan."
Elil masih terus berbincang dengan Tuan Andreas sampai di mana dia dipanggil oleh seorang karyawan. Dengan penuh semangat dia segera membuatkan teh dan mengantarkannya ke salah satu ruangan. Ada meeting katanya.
Tok tok tok
"Permisi," ucap Elil sopan sebelum masuk ke dalam ruangan.
"Langsung masuk saja,"
Sambil tersenyum ramah Elil menyapa semua karyawan yang ada di sana. Satu diantara mereka, tampak menyunggingkan senyum sinis saat Elil meletakkan teh ke hadapannya.
"Ini dia teman parasit yang tidak tahu diri itu. Baru beberapa bulan bekerja di Group Ma, temannya sudah berhasil naik ke ranjang Tuan Muda. Aku jadi penasaran pria dari keluarga Ma yang mana yang nantinya akan diincar oleh parasit ini,"
"Parasit itu apa ya?" tanya Elil bingung.
"Cihh, pura-pura polos. Trik seperti ini sudah sering aku lihat di diri gadis murahan sepertimu."
"Aku tidak murahan."
"Yakin sekali,"
"Iyalah. Kan aku manusia, bukan dagangan. Kalau barang yang dijual baru boleh ditawar dengan harga murah. Kau sudah salah menilaiku, Nona."
"Kau!"
"Sudahlah. Kita di sini untuk meeting, bukan untuk mengurusi sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Jangan lupa. Dinding di gedung ini punya telinga. Salah-salah nanti kau didepak dari sini karena sudah lancang membicarakan tentang Nona Ilona. Siapa pun dia, sekarang dia adalah istrinya Tuan Muda Karl, bosnya kita. Jadi sebelum nasib buruk datang menghampirinya hidupmu, aku sarankan sebaiknya kau kondisikan mulutmu itu. Tahu!"
"Iya itu benar," imbuh Elil setuju. "Kalau Ilona tahu kau membullyku, kau bisa dihajar habis-habisan olehnya."
"Huh, menyebalkan!"
Karena meeting sudah akan dimulai, Elil diminta untuk segera keluar dari ruangan. Saking polosnya, Elil sama sekali tak tersinggung meski sudah diperlakukan buruk oleh salah satu karyawan.
"Mengapa tidak melawan?"
Hampir saja Elil berteriak saat seseorang tiba-tiba bicara di belakangnya. Segera dia berbalik kemudian mengayunkan nampan yang tadi dia gunakan untuk membawa teh.
Plaaakkkk
"Hei, apa yang kau lakukan!" teriak Cio kaget. Tangannya cepat mengusap bagian kepala yang baru saja diserang. "Sialan sekali! Kau kira kepalaku ini terbuat dari baja apa. Seenaknya saja main pukul. Bosan hidup apa bagaimana?"
"Oh Cio ya. Aku kira hantu," ucap Elil dengan santainya.
"Mana ada hantu setampan aku,"
"Ada kok. Itu si Edward Cullen, hantu vampir yang menikah dengan manusia. Wajahnya tampan sekali. Aku juga pasti tidak akan menolak kalau didatangi dan ingin dinikahi oleh hantu setampan dia. Hehehe,"
Cio yang sedang bosan, memilih mendatangi Group Ma hanya untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh Elil. Dan begitu sampai di sini, dia dibuat geram oleh salah satu sikap karyawan perusahaan ini yang menyebut Elil sebagai gadis murahan. Tadinya dia ingin menegur karyawan tersebut, tapi niat tersebut diurungkan karena ada karyawan lain yang sudah menegur lebih dulu.
(Apa di mata Elil aku ini tampan? Dia sama sekali tak membantah saat aku mengatakan tidak ada hantu yang setampan aku. Hmm, kenapa perasaanku jadi aneh begini ya. Akukan tidak mau menikah dengannya, tapi kenapa malah dibuat penasaran terus olehnya? Aneh,)
"Ekhmm, kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Kenapa tidak melawan saat kau diejek? Di tanganmu ada nampan. Kenapa tidak langsung kau pukul bibir karyawan itu?"
"Apanya yang mau dilawan? Kami itu sedang mengobrol, bukan sedang adu gulat. Jadi untuk apa melawan. Ada-ada saja kau ini," jawab Elil apa adanya.
"Mengobrol?" Kedua mata Cio membelalak lebar. "Yak, Elil. Kau itu sebenarnya waras atau tidak sih?"
"Tentu saja aku sangat waras. Kenapa memangnya?"
"Sadar tidak kalau karyawan yang tadi itu bukan sedang mengajakmu mengobrol, tapi sedang mengejekmu. Astaga, baru kali ini aku melihat ada manusia yang tidak sadar dirinya sedang dijadikan bahan olok-olokan. Kau yakin kau itu waras, hah?!"
"Cio, kau sudah salah paham. Karyawan yang tadi cuma bilang kalau aku ini gadis murahan. Lalu aku menjelaskan padanya kalau aku bukan barang yang bisa dijual dengan harga murah. Sudah, itu saja. Kenapa kau sewot begini? Aneh,"
Andreas yang kebetulan melintas berusaha untuk tidak tertawa melihat bagaimana Cio frustasi menghadapi kepolosan Elil. Andreas tahu apa yang terjadi di ruang meeting, tapi dia memutuskan untuk tidak ikut campur selagi tidak melewati batasan.
"Yas, tolong bantu benahi otak gadis ini. Aku sungguh tidak mengerti kenapa dia tak bisa membedakan mana ejekan dan mana hinaan. Kepalaku sampai berdenyut karenanya," keluh Cio sambil menatap Andreas yang baru saja datang.
"Kenapa aku? Kau seribu kali lebih berhak atas dirinya," sahut Andreas penuh maksud. Cio masih belum tahu kalau dia telah mengetahui perbuatannya yang telah meniduri Elil.
"Apa maksudmu bicara seperti itu?"
"Tidak ada maksud apa-apa. Tapi kalau kau ingin tahu, kita bisa bicara di tempat lain. Ini privasi,"
Sebelah alis Cio terangkat ke atas saat menyadari ada niat terselubung dibalik ucapan Andreas barusan. Penasaran akan sesuatu, dia segera mendekat kemudian menatap manik matanya lekat.
"Kau tahu sesuatu?"
"Menurutmu?"
"Apa Elil yang memberitahumu?"
"Gadis polos ini terlalu mudah untuk dikelabui. Aku jadi kasihan padanya,"
"Yas, kau salah paham. Kita harus bicara!"
Sebelum menyeret Andreas pergi, Cio lebih dulu menatap tajam pada Elil. Entah apa yang sudah dikatakan gadis ini pada sepupunya. Yang jelas, rahasia mereka yang sudah tidur bersama kini telah terendus oleh Andreas. Ini petaka. Jadi sebelum Andreas memberitahu para sepupunya yang lain, Cio harus membungkam mulutnya lebih dulu. Dan kemungkinan besar dia akan merogoh kocek yang tak sedikit demi agar aibnya tidak disebar keluar.
***
kapan up maaak
jangan keluyuran sendiri sendiri ada
👁️👁️ yang sedang mengintai dirimu
😳