Novel ini lanjutan dari novel "TOUCH YOUR HEART" jadi jika ingin nyambung, bisa mampir dulu ke novel Author yang itu.
Nizar adalah seorang pilot muda yang tampan, kehidupan Nizar seakan kiamat kala melihat kedua orang tuanya meninggal secara bersamaan. Hidup Nizar seakan hampa bahkan sifat Nizar pun berubah menjadi dingin, cuek, dan juga galak.
Nizar dan adiknya Haidar harus melanjutkan hidup meskipun terasa sangat sulit tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Hingga pada akhirnya, seorang wanita cantik tiba-tiba hadir di kehidupan Nizar dan memporak-porandakan perasaan Nizar.
Siapakah wanita cantik itu? apakah wanita itu mampu mengembalikan semangat hidup Nizar atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1 Kehilangan
Nizar Abdan Maulana, pria tampan berusia 28 tahun. Nizar adalah seorang Pilot, sejak kecil dia memang bercita-cita menjadi seorang Pilot karena Nizar sangat mengidolakan Papanya yang juga merupakan seorang Pilot. Sementara itu adiknya Haidar, saat ini berusia 23 tahun dan masih kuliah sembari meneruskan usaha restoran kedua orang tuanya.
Sudah satu minggu Nizar melanglang buana di udara, dan saat ini adalah hari kepulangan Nizar. Dara merengek kepada suaminya ingin menjemput puteranya itu ke Bandara dan Rizar tidak bisa menolak permintaan istrinya itu.
"Ayo Mas, sebentar lagi Nizar mendarat Mama tidak mau sampai terlambat," rengek Mama Dara.
"Iya sayang, tunggu sebentar."
Rizar sungguh tidak mengerti dengan istrinya itu, entah kenapa Dara selalu ingin langsung menjemput Nizar ke Bandara kala putera sulungnya itu pulang dari tugasnya. Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya mobil Rizar pun sampai di Bandara. Dara dan Rizar menunggu di pintu kedatangan, tidak lama kemudian seorang pria tampan dengan pakaian kebesarannya serta kaca mata hitam yang menambah kesempurnaannya, berjalan dengan gagahnya.
Nizar tersenyum saat melihat Mama dan Papanya sudah berdiri menunggu kedatangannya. "Ya Alloh, putera tampan Mama. Kamu sehat 'kan, Nak? tidak ada luka sedikit pun 'kan?" ucap Mama Dara dengan mengecek seluruh tubuh Nizar.
Semenjak kejadian masa lalu, Dara selalu parno jika Nizar ada tugas terbang. Setiap mau berangkat, Dara selalu saja menempel kepada Nizar begitu pun saat pulang, Dara selalu menunggunya di Bandara tidak peduli Nizar mendarat tengah malam, Dara selalu melakukan hal seperti itu.
Nizar tidak merasa marah ataupun risih, justru Nizar sangat bahagia karena Mamanya begitu menyayanginya. Nizar langsung memeluk Mamanya dengan penuh kasih sayang. "Nizar baik-baik saja, Ma. Tidak ada luka sedikit pun di tubuh Nizar, semuanya aman."
"Alhamdulillah, syukurlah. Ya sudah, kita pulang sekarang," ajak Mama Darra dengan merangkul lengan Nizar.
"Sebentar, Papa ambil mobil dulu." Rizar dengan cepat pergi untuk mengambil mobil.
Dara dan Nizar menunggu Rizar mengambil mobil. Tiba-tiba dari kejauhan, seorang wanita cantik berlari dengan menggeret kopernya, sedangkan tiga orang berpakaian hitam-hitam mengejar wanita itu.
"Nona tunggu, jangan lari!" teriak salah satu pria berjas itu.
Wanita itu terus saja berlari, sampai-sampai wanita itu tidak melihat ke depan dan menabrak Nizar yang saat ini sedang fokus pada ponselnya.
Brugghhhh...
Ponsel Nizar terjatuh dan bersamaan dengan sebuah mobil datang sehingga ponsel Nizar terlindas ban mobil itu.
Kraakkk.....
"Ponselku!" teriak Nizar.
"Ah, maaf..maaf Mas aku tidak sengaja nanti kalau kita bertemu lagi, aku ganti ponsel anda," ucap wanita itu dengan paniknya.
Nizar mencengkram lengan wanita cantik itu dan menatapnya tajam. "Ganti ponselku sekarang juga!" bentak Nizar.
"Iya nanti aku ganti, tapi sekarang aku harus pergi jadi aku mohon lepaskan tanganku," rengek wanita cantik itu.
"Nona tunggu!" Lagi-lagi ketiga pria berjas hitam itu sudah mulai mendekat, wanita cantik itu tampak semakin panik.
"Mas, aku mohon lepaskan aku."
"Nizar, sudah lepaskan kasihan," ucap Mama Dara.
"Tidak Ma, dia harus ganti dulu ponsel Nizar."
"Mas please, lepaskan aku."
Pria-pria itu semakin mendekat, wanita cantik itu tidak ada pilihan lain. "Maaf ya, Mas."
Wanita itu langsung menendang benda pusaka Nizar sehingga secara otomatis Nizar melepaskan cengkeramannya, dan wanita itu langsung berlari masuk ke dalam taksi.
"Sekali lagi maaf, Mas!" teriak wanita itu dari dalam taksi.
"Aaarrrggghhh...sialan," geram Nizar dengan memegang s**********nnya.
"Kamu tidak apa-apa, Nak?" tanya Mama Dara yang melihat puteranya itu kesakitan.
"Sakit, Ma," keluh Nizar.
Ketiga pria berjas itu pun tampak frustasi karena wanita yang mereka kejar-kejar sudah pergi.
"Tuan besar, bisa marah ini karena kita tidak bisa membawa Nona."
"Kalian sih, terlalu lelet."
"Cepat ambil mobil, mumpung belum terlalu jauh."
Ketiga pria itu tampak lemas, sudah di pastikan mereka akan mendapat hukuman dari Tuan besarnya. Salah satu dari mereka segera mengambil mobil untuk menyusul wanita cantik itu. Sementara itu, mobil Rizar pun berhenti di depan Nizar dan Dara.
"Maaf lama, tadi macet banget di parkiran. Loh, kamu kenapa, Nizar?" tanya Papa Rizar.
"Tadi ada wanita gila yang sudah menendang benda pusaka Nizar, mana ponsel Nizar hancur lagi," sahut Nizar dengan masih memegang benda pusaka yang masih terasa ngilu itu.
"Wanita gila?" Rizar tampak bingung.
"Sudah-sudah, ayo kita pulang," ajak Mama Dara.
Sesampainya di rumah, Nizar langsung pergi ke kamarnya. Nizar melepas baju kebesarannya dan menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. "Kalau sampai aku bertemu lagi dengan wanita itu, awas saja habis kamu sama aku," gumam Nizar dengan kesalnya.
***
Sore ini Dara dan Rizar sedang bersantai bersama di balkon kamar mereka. Dara menyandarkan kepalanya ke pundak Rizar.
"Sayang, kalau seandainya Mas nanti pergi duluan, Mas minta kamu jangan terlalu bersedih hiduplah dengan baik, Mas yakin Nizar dan Haidar akan menjaga kamu," ucap Papa Rizar.
"Kok Mas bicara seperti itu? aku tidak bisa hidup tanpa Mas jadi kalau Mas pergi, aku pun ikut bersama Mas," sahut Mama Dara.
"Terus bagaimana dengan anak-anak, kalau kita pergi bersama?"
"Mereka sudah besar, sudah bisa mengurus diri sendiri."
"Terima kasih selama ini kamu sudah menjadi wanita terhebat untuk Mas dan anak-anak, walaupun awal-awal menikah Mas sangat sulit menyentuh hatimu tapi akhirnya Mas bisa menggapai dan menyentuh hatimu dengan kesabaran Mas," ucap Papa Rizar dengan senyumannya.
"Iya Mas, maafkan aku juga. Dara mau berterima kasih pada Mas karena sudah menjadi suami dan Papa yang baik untuk aku dan anak-anak. Terima kasih sudah bertahan dan kembali, dan yang terpenting terima kasih sudah sabar menghadapi sikap aku selama ini."
Rizar tersenyum dan mencium kening Dara. Mereka berdua duduk di kursi saling berpelukkan dan memejamkan mata masing-masing.
Sementara itu, Haidar baru saja pulang dari restoran. "Assalamualaikum."
Suasana rumah tampak sepi membuat Haidar mengerutkan keningnya. Mbok Nur sudah tidak bekerja lagi di rumah mereka karena usianya yang sudah tua membuat Dara dan Rizar tidak tega dan menyuruh Mbok Nur dan Pak Agus pulang kampung. Haidar melangkahkan kakinya ke lantai atas.
Tok..tok..tok...
"Kak...maaf Kak, tadi aku gak ikut jemput kakak ke Bandara soalnya restoran sedang rame," ucap Haidar.
"Tidak apa-apa. Bagaimana, restoran kamu aman 'kan?" tanya Nizar.
"Aman dong, Kak. Oh iya, Mama sama Papa kemana? kok sepi?" tanya Haidar.
"Di kamarnya mungkin," sahut Nizar.
"Kok perasaan aku ga enak Kak, soalnya Mama dan Papa tidak biasanya diam di kamar di jam-jam seperti ini," ucap Haidar.
"Apaan sih kamu, ya, sudah kita lihat mereka."
Haidar dan Nizar pun menuju kamar kedua orang tuanya.
Tok...tok...tok...
"Ma, Pa!" panggil Nizar.
Merasa tidak ada jawaban, akhirnya Nizar pun membuka pintu kamarnya. Dilihatnya tempat tidur kosong, tapi Nizar melihat gorden balkon melambai-lambai itu artinya pasti kedua orang tuanya ada di sana. Nizar dan Haidar pun melangkahkan kakinya menuju balkon, di lihatnya Mama dan Papanya masih dalam posisi berpelukkan dengan memejamkan matanya.
"Ya ampun, kenapa Mama dan Papa tidur di sini," ucap Nizar.
"Kak, kenapa wajah Mama dan Papa pucat?" ucap Haidar mulai panik.
Nizar pun mendekat dan mencoba membangunkan keduanya, tapi bukannya bangun keduanya malah terjauh bersamaan membuat Nizar dan Haidar seketika panik.
"Ma, Pa," ucap Nizar dengan bibir yang bergetar.
Perlahan tangan Nizar terulur dan dengan gemetarnya menyimpan telunjuknya di depan hidung Mama dan Papanya secara bersamaan. Nizar terduduk lemas, air matanya sudah tidak bisa terbendung lagi.
"Tidak, ini tidak mungkin, Kak," ucap Haidar yang sudah meneteskan air matanya.
"Ma, Pa."
Tangis keduanya pecah, Nizar memeluk Mamanya sedang Haidar memeluk Papanya. Ya, Dara dan Rizar memang sudah tidak bisa di pisahkan lagi, cinta mereka sangat besar satu sama lain sehingga di akhir usianya pun mereka tidak mau terpisahkan lagi.
*
*
*
Yuhu, akhirnya kelanjutan Mas Pilot Rizar dilanjut lagi nih. Maaf jika lama ya, banyak yang minta season 2 nya, yuk guys ramaikan lagi. Bagi yang ingin nyambung, baca dulu novel "TOUCH YOUR HEART"....