"Untuk hidupku sendiri, akan ku lakukan apapun yang bisa dilakukan, agar dapat bertahan hidup di dunia Aneh ini." ( Athena / Phoenix)
*****
'Phoenix'. Sebuah nama samaran dari seorang pensiunan yang bekerja sebagai psikolog kriminal.
Ia telah lama bekerja sama dengan para penyelidik di kepolisian untuk mengungkap banyak pelaku kejahatan. Banyak penghargaan serta mendali emas yang ia dapatkan dari hasil kerja kerasnya.
Namun, hal itu tidak menyebabkan semua orang senang dengan kemampuan prediksinya. Terutama para penjahat yang telah di tangkapnya.
Pada akhirnya, Phoenix harus pasrah menerima kematiannya di tangan salah satu penjahat yang sempat ia tangkap.
Tapi..... Benarkah Phoenix benar-benar mati?
Atau takdir malah memberikan kesempatan kedua padanya untuk hidup di dimensi lain?
Simak kisahnya dalam cerita ini.
😌😌😌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon auroraserenity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32. Tidak ada judul
Di tempat lain yang jaraknya cukup jauh dari area pabrik, tim yang baru saja mengalami musibah sebab menghadapi anjing zombie, kini telah berkeluh kesah.
"Semuanya kacau. Kita kehilangan banyak anggota dalam misi ini. Bahkan sebelum mendapatkan apa yang menjadi tujuan kita." ucap seorang pria berkacamata.
"Kita tidak memikirkan akan ada anjing zombie sebelumnya, aku harap jangan ada yang saling menyalahkan dalam hati kalian." ucap rekan lainnya bijak.
Dia tahu dalam sekali pandang, teman-teman nya mungkin menyalahkan David yang telah memilih tugas ini.
Tapi di antara banyak misi, hanya tugas ini yang memberikan hadiah banyak. Apalagi, banyak mulut yang harus di biayai menunggu di pangkalan.
Mereka adalah para perempuan yang tidak bisa melindungi diri mereka sendiri.
Meski dirinya merasa sayang. Untuk apa tim memelihara para perempuan tidak berguna itu. Namun karena jiwa kebaikan teman-teman nya, ia dengan terpaksa membagi hasil jerih payahnya pada para perempuan itu.
Saat pemuda bijak tersebut sibuk melamun, tanpa sadar keributan mulai terjadi.
"Ini semua karena mu!" tunjuk Brian dengan mata merahnya.
Luka di lehernya telah di obati dan di balut dengan rapi. Ia sendiri adalah manusia super, sehingga virus zombie yang baru saja bangkit tidak akan mempengaruhinya.
"Kalau saja, kalau saja kau tidak memilih untuk menjalankan misi ini, Lili..." ucapnya dengan sedih dan mata yang berkaca-kaca.
"... Lili tidak akan mati!" lanjut pria itu berkata sambil mengambil kerah baju David dan mengeratkan genggamannya.
David hanya diam. Dalam hati ia juga menyesali mengapa dirinya malah memilih tugas tingkat A ini.
Padahal dengan kekuatan tim-nya, sudah pasti melaksanakan misi peringkat A adalah hal ter-mustahil untuk di lakukan sekarang.
Akan tetapi, bujukan beberapa teman perempuan nya akan hadiah yang di dapat, membuat David kembali berpikir.
Bahan materi tim sudah hampir habis, jika dia tidak mengisi ulang dalam jumlah yang cukup, mereka akan kelaparan.
Ini juga yang membuatnya dilema saat memilih tugas ini. Di satu sisi, kekuatan tim nya masih lemah, sementara di sisi lain, perbekalan juga penting.
"Kalian tolong jangan salahkan David. Dia sudah berusaha dengan baik untuk menjadi kapten tim ini." ujar Morgan, pemuda yang tadi berkata dengan bijak.
Morgan mencoba memisahkan Brian dan David, tapi justru kepalan pemuda yang kehilangan kekasih itu tambah erat.
"Brian, sedari awal, kita semua sudah menyetujui untuk mengambil tugas ini. Kita sudah membicarakan resiko-nya juga. Jadi jika ada korban di antara kita, kalian semua harus rela." ujar Morgan, sambil terus mencoba melepas jeratan Brian dari kerah David.
"Tapi kenapa harus Lili yang menanggung G-nya? Kenapa harus dia?" tanya Brian lirih.
Perlahan, ia melepaskan cengkraman nya pada kerah David. Kemudian terjatuh dengan posisi duduk dan terus meraung tidak terima akan kematian kekasihnya.
Beberapa orang menatapnya dengan rasa kasihan serta iba, dan beberapa lagi memandangnya dengan jijik.
"Sudahlah, kematian tidak bisa di hindari. Dunia sedang kacau, kita hanya bisa bertahan dengan bergantung pada kekuatan diri sendiri." ucap seseorang yang jenuh melihat drama di depannya.
"Ini mungkin yang terbaik bagi Lili. Dia, tidak cocok untuk hidup di dunia apocalypse. Dan sekarang, dia tidak harus melihat hal-hal yang mengerikan lagi." lanjutnya sambil menepuk bahu Brian, memberinya sedikit kesadaran tentang kekejaman dunia.
Mendengar pernyataan itu, Brian mendongakkan kepalanya. Masih dengan kedua mata yang memerah dan berkaca-kaca.
"Setelah di pikirkan, apa yang kau katakan memang ada benarnya. Lili, dia tidak harus merasakan ketakutan lagi." gumam Brian, lalu menundukkan kepalanya.
Melihat suasana sudah mulai tenang, kini Morgan bertanya rencana selanjutnya.
"Kita tentu tidak bisa mundur. Sudah sejauh ini, jika kita kembali begitu saja dengan tangan kosong, kita akan mengecewakan mereka yang menunggu kita di zona aman." ucap seorang pemuda berkaca mata.
"Sejauh ini, hanya ada anjing zombie. Kita belum bertemu zombie kecuali penjaga gerbang. Kita harus bersiap menghadapi banyak zombie saat memasuki pabrik." ucap Morgan.
"Kalau begitu, kita harus mengatur ulang strategi kita." ucap David yang mulai tenang.
"Untuk pengguna kemampuan api dan angin, mereka akan berada di posisi depan sebagai penyerang. Orang biasa akan berada di tengah dan sisanya akan berada di belakang sebagai pendukung." lanjut pemuda itu setelah memikirkan beberapa ide.
"Jika ada yang memiliki ide lain, silahkan kemukakan." ucap sang kapten.
Semua orang setuju dengan strategi ini. Setelah menyesuaikan beberapa ide, mereka mulai kembali ke area pabrik dan memasuki area dalam.
Cukup sepi saat mereka pertama memasuki pabrik. Tidak ada satu pun zombie yang terlihat atau pun berkeliaran.
"Apa kalian merasa ada yang aneh? Aku sama sekali tidak melihat adanya zombie disini." ujar seseorang.
"Bukankah ini lebih baik? Dengan begitu, kita bisa dengan mudah menggeledah setiap ruangan." balas sang rekan.
"Jangan ceroboh dan tetap waspada. Bisa saja zombie-zombie sedang berkumpul di suatu tempat di sekitar sini." ujar David mengingatkan.
Namun sampai mereka menemukan gudang penyimpanan, tidak ada zombie yang menampakan diri.
"Apakah zombie di pabrik ini sudah di bersihkan?" tanya seseorang.
"Sepertinya begitu. Lihat, gembok gudang sudah terbuka. Mungkin ada yang mendahului kita datang kemari?" tebak yang lain.
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang? Apakah sia-sia kita datang kemari?" ujar seseorang dengan raut wajah kecewa.
"Jangan menyerah dulu. Ayo, kita periksa gudang, mungkin ada yang tersisa untuk kami bawa." ucap David berusaha menghibur teman-teman nya.
Tidak ada yang menghiraukan perkataan sang kapten, sebab mereka sudah terduduk lesu di lantai.
"Hei, bersemangat lah sedikit. Mungkin masih ada yang tersisa di gudang." ucap Morgan.
Sayangnya, mereka masih mengabaikan kata-kata bujukan itu.
David dan Morgan menghela napas sedih. Keduanya lalu pergi memeriksa gudang. Alangkah terkejutnya mereka berdua, saat melihat masih banyak daging olahan yang tersisa.
"Semuanya, cepat lihat ini! Perjalanan kita tidak sia-sia." ucap Morgan senang.
Mendengar ke antusiasan temannya, semua orang dalam kelompok memutuskan untuk memeriksa nya juga.
Benar saja, semua orang membelalakan kedua matanya, saat melihat begitu banyak daging olahan.
Beberapa orang bahkan meneteskan air liurnya tanpa sadar.
"Uh, aku jadi lapar melihat seberapa banyaknya daging olahan di sini." ujar seseorang.
"Sepertinya tim sebelum kita sengaja menyisakan daging olahan ini untuk penyintas lain." ujar Morgan.
"Mungkin saja." ujar David, sambil mengambil salah satu sosis di rak penyimpanan.
"Lalu, tunggu apa lagi? Cepat ambil dan simpan sebanyak mungkin yang bisa kalian bawa." lanjut sang kapten mengingatkan.
Tanpa banyak kata lagi, semua orang menyerbu berbagai sudut gudang. Memasukan semua yang bisa mereka ambil dan bawa.
.
.
.
TO BE CONTINUE.
semangat 💪💪 dan terimakasih 🤗👍
lanjutt lagi thor semangatt... semakin seru.