NovelToon NovelToon
Pendamping Hati Cucu Kyai

Pendamping Hati Cucu Kyai

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Bunga Matahari Biru (Dybi)

Dila tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi pendamping seorang pendakwah, satu satunya cucu laki laki dari Kyai pemilik pondok pesantren dan sosok inspiratif yang terkenal di media sosial melalui perjodohan balas budi. Selain itu, ia tidak menduga bahwa laki laki yang biasa disapa Ustadz Alfi itu menyatakan perasaan kepadanya tanpa alasan. Dila akhirnya luluh karena kesungguhan dari Ustadz Alfi dan bersedia untuk menjadi pendamping dalam keadaan suka maupun duka.

Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti terus kelanjutannya hanya di sini setiap Rabu, Jumat & Minggu pukul 17.00


[Salam Hangat Dari Dybi😉]
[Bunga Matahari Biru x @chocowrite_22]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Matahari Biru (Dybi), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebuah Impian

...Haii, Aku seneng bisa aktif disini lagii...

...Kisah ini penyempurna dari kisah Ustadz Alfi yang ada di akun sebelah (Tulisan Pena Diah)...

...Panggil Dybi saja yaa...

...Selamat membaca...

...----------------...

Tok tok tok

“Selamat pagi, dari jasa pengiriman”

Suara ketukan pintu berbunyi cukup memecah keheningan yang terjadi di rumah seseorang.

“Iyaa, selamat pagi. Tunggu sebentar”balas pemilik rumah dari dalam.

Ceklek

Tidak lama kemudian, keluarlah pemilik rumah membuat seseorang yang ternyata kurir dari jasa pengiriman tersenyum sebab tidak butuh menunggu lama untuk menanti seseorang tersebut.

“Benar dengan Dila Cahyani Asmawati?”tanya kurir tersebut disertai senyum formal menatap seorang gadis berkerudung hitam instan. Sekilas ia juga melihat amplop di tangannya agar lebih akurat.

“Benar dengan saya sendiri”balas Dila juga tersenyum menanggapi pertanyaan yang memastikan identitas dirinya cocok dengan alamat rumah atau tidak.

Kenalin, dia ialah Dila Cahyani Asmawati dan bisa memanggilnya dengan Ila atau Dila. Memiliki ciri fisik seperti bentuk wajah yang tidak terlalu tembem, pupil berwarna hitam bening, alis mata yang tegas, bibir tipis merah alami, bulu mata yang lentik, hidung bangir dan berkulit kuning langsat. Selain itu, Ia memiliki tinggi 160 cm, berat 48 kg dan ukuran berbagai sepatu miliknya 39 cm.

“Baik, mohon ditandatangani dokumen ini”instruksi kurir yang tentu saja Dila ikuti dengan baik.

Setelah sudah membubuhi tanda tangan di sebuah dokumen, akhirnya Dila berhasil mendapatkan amplop yang ditujukkan untuk dirinya. Menutup pintu dan tidak lupa menguncinya juga untuk keamanannya sendiri.

Dila hanya tinggal dengan adiknya yang bernama Dahayu Arunika Enes dan panggil saja Dayu. Bocah itu sedang bersekolah hari ini, tepatnya menempuh pendidikan menengah akhir dan baru kelas 12 di SMAN 31 Jakarta. Sekolah yang menjadikannya sebagai alumni beberapa bulan lalu.

Kembali lagi dengan Dila yang menatap amplop cokelat yang tadi baru saja diterimanya. Dirinya terduduk di sofa dan bersiap untuk membukanya. Gadis kelahiran Purwantoro tanggal 16 Maret tahun 2000 ini, bisa bisanya sempat berpikir tentang isi amplop yang ada digenggamannya, bukankah ia bisa langsung saja membuka tanpa perlu banyak pikiranan?

Sreekk

Degg

Isi dari amplop tersebut adalah keterangan bahwa dirinya diterima di Universitas impiannya dengan mendapat beasiswa 100%. Tidak tanggung-tanggung, 2 prodi yang diambilnya pada Fakultas Ilmu Sosial di Universitas Negeri Yogyakarta dibebaskan biayanya selama menjalani pendidikan.

“Alhamdulillah”ucap syukur Dila yang bahkan tangannya terasa gemetar akibatnya.

Rasanya tidak ada yang bisa diungkapkan oleh kata kata selain rasa syukur kepada Penciptanya. Dirinya bahagia sekaligus haru karena akhirnya bisa menempuh pendidikan di perguruan tinggi impiannya. Dila mengambil Ilmu Komunikasi dan Sejarah sekaligus dengan harapan dapat menggaet sarjana dari keduanya. Maka impiannya menjadi seorang guru sejarah hanya tinggal beberapa langkah lagi.

Pukul 13.00

“Assalamualaikum Mbak, aku pulang”salam Dayu dari luar rumah.

“Wa'alaikumussalam”balas Dila membuka pintu.

Adiknya mencium tangan kanannya lalu menganggukkan kepalanya dan segera melepaskan sepatu sekolahnya. Setelah Dayu masuk kedalam, Dila menutup kembali pintunya. Tidak butuh waktu lama, Dayu akhirnya selesai dengan kegiatannya dan bergabung duduk di sofa lalu menghidupkan televisi. Menonton film kartun kesukaannya yakni Upin Ipin. Raga boleh sudah remaja dewasa tetapi kesukaan tetap sama.

“Dek, Mbak mau bicara sesuatu”interupsi Dila membuat Dayu menoleh ke arah mbanya.

“Bicaralah Mbak”balas Dayu sesekali menyimak tontonannya.

“Jadi, begini Dek. Mbak tadi menerima amplop dari jasa pengiriman dan isinya adalah pemberitahuan seputar beasiswa yang waktu itu Mba ikuti tesnya.”jelas Dila

“Ah, aku ingat Mba. Lalu, bagaimana hasilnya?”tanya Dayu menyimak.

“Hasilnya bagus Dek. Mbak dapat beasiswa itu dan apakah tidak apa apa jika kamu harus pindah sekolah?”ragu Dila.

Dayu termenung dengan ucapan tersebut. Dirinya senang saat mendengarnya tapi juga sedih. Ia berarti akan benar benar dipulangkan dan berpisah dengan mbanya yang mungkin sekitar 4 sampai 5 tahun kedepan. 

“Wah, Alhamdulillah dong Mbak. Tidak apa apa aku harus pindah sekolah. Lagipula belum begitu jauh mengejar semester 1 di kelas 12”senyum Dayu. Ia tidak boleh egois dan harus mendukung keputusan yang akan diambil oleh kakak perempuannya.

“Sungguhan?”tanya Dila memastikan.

“Iyaa, selamat sekali lagi yaa Mbak. Aku ikut senang”jawab Dayu dengan memegang kedua tangan mbaknya penuh yakin. Ia harus ikut bersyukur dengan impian mbak nya yang sedikit lagi akan tercapai.

“Terimakasih Dek”senang Dila. 

Mereka berdua akhirnya tersenyum bersama dengan menonton televisi. Tidak lupa berbincang santai seputar kegiatan sekolah Dayu hari ini dan hal random lainnya.

“Oiya besok gak usah nunggu Mbak pulang karena Mbak mau pergi sebentar"ucap Dila menatap adiknya serius.

"Memangnya Mbak mau kemana?"tanya Dayu penasaran.

"Mau tau aja sih Dek, Rahasia"singkat Dila. Dayu pun cemberut dan langsung menggoda sang kakak.

"Dih gitu. Apa jangan jangan mau ketemu pacar Mbak yaa"ledek Dayu.

"Eh_ mana ada begitu. Mbak tidak punya pacar Dayu. Besok hanya ingin ke tempat timnya Ustadz Alfi saja"kilah Dila yang membuat Dayu semakin gencar menggodanya.

"Ciee ketempat calmi yaa Mbak"goda Dayu dengan tertawa puas khasnya melihat Dila menghela napasnya pasrah. Calon suami darimana, Ustadznya saja bahkan tidak mengenalnya sama sekali. Terkadang Dayu diluar perkiraannya.

“Sudah puas ketawanya? Dia hanya seseorang yang aku kagumi Dek. Tidak lebih sebagai seorang guru yang mengajarkan banyak ilmu"sambung Dila cemberut menatap Upin Ipin di layar televisinya lalu membuka novelnya kembali. 

“Ekhem_ Aku hanya bercanda saja. Tapi kalau lebih dari kagum juga gak apa apa sih wajar saja, Mbak kan sudah dewasa”jawab Dayu yang bergumam di akhir ucapannya. Beruntung kakaknya kembali serius membaca novel. Hanya Ustadz Alfi satu satunya laki laki yang membuat kakaknya kagum. Wahh Hebat sekali laki laki itu.

▪️▪️▪️▪️▪️

“Assalamualaikum Kak Al”

Panggil seorang perempuan yang menanti kakak laki lakinya. Dirinya mendapat amanah memanggil kakaknya yang tengah berada didalam kamar sesuai titah kedua orangtuanya. Kenalin, dia ialah Aisyah Zahrani Al Fahri yang biasa dipanggil Ais atau Aisyah. Ia sudah cukup lama menunggu dibukakan pintu oleh kakak laki lakinya sampai jera karena tidak dibuka buka.

“Kak Al!”panggil Aisyah yang sudah tidak sabaran menunggu.

“Iya..Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh”balas si pemilik kamar. 

Ceklek

“Kenapa?”singkat laki laki tersebut yang menggunakan baju koko warna abu abu muda dan celana panjang bahan warna Hitam dengan wajah yang menatap adiknya penuh tanya.

“Kak Alfi lama banget sih, Ais sudah menunggu lama hingga kesal. Abi sama Umi mau berbicara, ayo segera ke bawah”oceh Aisyah tidak habis pikir dengan lamanya sang kakak membukakan pintu.

“Iya, Ais. Sebentar lagi kakak kebawah”balas Ustadz Alfi yang disetujui oleh Aisyah. Dirinya tengah bersih bersih kamar jadilah lama membukakan pintu.

Namanya Alfi Yusuf Al Fahri yang biasa disapa Ustadz Alfi, Al atau Alfi. Ustadz Alfi adalah salah satu sosok terkenal di media sosial yang menjadi pendakwah sekaligus pengusaha di usia mudanya. Laki laki kelahiran Bandung tanggal 1 Oktober tahun 1996 ini memiliki paras yang terbilang sempurna. Hidung mancung, kulit putih bersih, rahang tegas, dan pupil berwarna cokelat hazelnut. Selain itu, Ustadz Alfi memiliki tinggi 170 cm, berat badan 56 kg dan ukuran sepatunya 41 cm. Menjadi pemuda inspiratif membuat dirinya tersorot kamera terus menerus bahkan tempat tinggalnya pun ada yang sudah mengetahuinya. Tidak ada yang dapat disembunyikan olehnya dari media hingga terkadang membuatnya sedikit agak riskan dengan segala hal.

Kembali lagi dengan Ustadz Alfi, dirinya melangkahkan kakinya menuju lantai bawah. Saat menuruni tangga, dirinya melihat kedua orang tuanya telah duduk di sofa menyambut dirinya dengan senyuman membuatnya pun bergegas menghampiri.

“Alfi, Abi ingin mengatakan satu hal penting buat besok”ucap Abinya yang bernama Abdurrahman Ishaq Al Fahri. Disebelahnya terdapat sang Umi yang bernama Marshita Sashmita Al Fahri.

“Apa itu Abi?”tanya Ustadz Alfi tersenyum saat dirinya di hidangkan teh oleh Aisyah, adiknya.

“Ini tehnya…”ucap Ustadz Alfi menatap Aisyah ingin memastikan sesuatu tetapi terhenti akibat adiknya meneruskan kalimatnya.

“Tehnya tanpa gula kan, Ais sudah khatam dengan itu”senyum bangga Aisyah.

“Syukron Ais”senyum Ustadz Alfi yang mengelus kepala adiknya pelan. Lalu mencicipi teh buatan adiknya dan rasanya pun pas di indra pengecapnya. Umi Shita dan Abi Ishaq pun tersenyum dengan interaksi keduanya. Bersyukur sedikit walau kakak adik itu berdebat karena hal kecil, namun dibaliknya mereka saling menyayangi satu sama lain.

“Besok Abi ingin pergi bersama Umay karena ada keperluan. Kamu dirumah atau ke tempat timmu Al?”suara Abi Ishaq kembali terdengar.

“Alfi ada hal yang mau dibahas bersama dengan tim dakwah jadi besok berangkat pagi dan pulang ketika sore hari Abi”balas Ustadz Alfi dipahami oleh Abinya.

“Baiklah, Abi mohon jaga Aisyah sama Umi karena mungkin lusa Abi baru pulang”ucap Abi Ishaq memakan cemilan di dekat kopinya.

“Memangnya ada keperluan apa Abi?”bingung Aisyah yang mewakili kakak laki lakinya. Mereka berdua sama sama menatap Abi Ishaq dengan tatapan penuh tanya. Bedanya Aisyah lebih ekspresif sedangkan Ustadz Alfi kalem. 

“Entahlah, Kakek kalian memanggil Abi untuk ke Bandung untuk membahas sesuatu yang entah apa itu”jawab Abi Ishaq sebenar-benarnya. Tidak ada satupun kebohongan di wajah laki laki paruh baya ini. 

Aisyah dan Ustadz Alfi mengangguk memahami. Kakek mereka, Ilham Rasyid Al Fahri adalah pemilik Pondok Pesantren Darul Hikmah Al Fahri. Beliau memiliki pengawal yang bisa dikatakan tangan kanannya yaitu Muhammad Umay Khairulanam dan mempercayakannya sebagai pelindung keluarganya sekaligus mendampingi Ustadz Alfi dalam berdakwah.

“Insyaallah, Alfi akan menjaga Umi dan Ais dengan baik. Lebih baik pula, Umi sama Ais ada ditempat tim dakwah agar Alfi dapat mudah menjaganya”sahut Ustadz Alfi menyanggupinya.

“Oiya Al, kamu gak kepikiran buat mencari pendamping? Umi pengen punya anak perempuan lagi”senyum Umi Shita. Tiba tiba ia menginginkan seorang anak perempuan yang dapat mendampingi putranya dalam berdakwah.

“Alfi belum ingin memiliki pendamping Umi. Kenapa tidak Umi dan Abi berikan adik perempuan satu lagi untukku dengan Ais?”sahut Ustadz Alfi sekilas mengernyitkan keningnya. Sedangkan Aisyah tidak peduli dengan semua hal yang sedang dibicarakan oleh orang dewasa dan hanya fokus memakan cemilannya.

“Sembarangan berbicaramu Gus Alfi. Umur kami sudah cocok loh memiliki menantu darimu”ungkap Abi Ishaq yang disetujui oleh Umi Shita.

“Lihatlah umurmu sudah 21 tahun, masa perbedaan dengan adikmu sejauh itu sih Al. Kamu mau dipanggil paman bukannya kakak heum”timpal Umi Shita.

“Nanti saja dipikirkan masalah itu Umi, Abi. Alfi belum menginginkannya dan biarlah Allah saja yang mengatur segalanya”timpal Ustadz Alfi dengan wajah yang terlihat tertekan oleh pertanyaan tentang pendamping hati.

Membuat Umi Shita dan Abi Ishaq terkekeh kecil. Putra mereka selalu saja bisa menghindari permintaan tersebut. Dulu Abi Ishaq menikah diusia 19 tahun dengan Umi Shita yang masih 18 tahun. Akan tetapi zaman semakin berjalan dan berbeda dengan saat ketika mereka muda. Mereka tidak akan memaksa, namun jika memang pemuda ini mau menikah tentu saja mereka akan membantu mencarikan pendamping hati yang tepat.

Bersambung… 

1
Ning Amah
Luar biasa
Jihan Hwang
semangat thor...aku mampir nih...
mampir juga dinovelku jika berkenan/Smile//Pray/
Kutipan Halu
semangat upnyaaa torrr jangan lupa mamoir ke karya aku juga yaaa "AIR MATA PERNIKAHAN " udah tamattt . yuksaling dukung torrrr☺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!