Riana Maharani, seorang Ibu rumah tangga yang dikhianati oleh suaminya Rendi Mahardika. Pria yang sudah lima tahun lamanya ia nikahi berselingkuh dengan sekertaris barunya, seorang janda beranak dua.
Alasan Rendi berselingkuh karena melihat Riana yang sudah tidak cantik lagi setelah melahirkan putri pertama mereka, yang semakin hari lebih mirip karung beras.
Riana yang hanya fokus mengurus keluarga kecil mereka sampai lupa merawat diri dengan kenaikan berat badan yang drastis.
Riana bersumpah akan kembali menjadi cantik dan seksi hanya dalam waktu tiga bulan demi membuat suaminya menyesal sudah berselingkuh.
Akankah Riana berhasil merubah penampilannya hanya dalam waktu tiga bulan dan berhasil membuat Rendi menyesal?
Yuk baca ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Bapak tau?? Kalau Bapak bersikap baik seperti ini, Bapak terlihat sangat sangat berbeda. Bapak terlihat sangat ... Tampan," ucap Riana santai.
"Aku memang sudah tampan sejak dulu, dan kau tidak perlu memujiku, aku tidak akan jatuh cinta padamu meski kau memujiku setinggi langit."
"Heiiii, aku tidak mungkin jatuh cinta padamu fergusso. Aku ini wanita bersuami dan memiliki anak. Jadi aku tidak mungkin jatuh cinta pada pria lain, aku ini wanita setia," ucap Riana bangga.
CETAKKK
"Awwww!!!" Riana mengaduh kesakitan akibat keningnya di sentil dengan keras oleh Darren.
"Setia pada pria brengsek. Itu namanya kebodohan," cibir Darren.
Riana hanya bisa terdiam, apa yang di katakan Darren memang benar adanya, dia memang bodoh karena masih mencintai suaminya meski sudah ketahuan selingkuh, tapi Riana merasa ini adalah kesalahannya, jadi dia harus memperbaikinya dengan merebut kembali hati suaminya.
Bagi Riana, menikah itu sekali seumur hidup, dan dia hanya akan menikah sekali dengan pria yang ia cintai, yaitu Rendi.
"Bapak juga berarti tidak pintar, karena Bapak sampai sekarang tidak menikah. Pasti Bapak masih mencintai mantan pacar Bapak, iya kan??"
"Diammm!!!! Kau ini cerewet sekali."
"Iya maaf."
"Setidaknya, aku sudah tidak berharap pada penghianat. Aku bahagia dengan hidupku, aku bisa menunjuk wanita mana pun yang aku suka. Aku tidak akan bersikap bodoh sepertimu yang masih mengharapkan seorang penghianat!!" Darren mencoba bangkit dan berteriak.
"Rama!!! Suruh pekerja itu cepat sedikit, atau aku akan memecat kalian semua!!" teriak Darren, dan di saat itu juga tubuhnya oleng karena kepalanya sempoyongan.
Riana dengan sigap menahan tubuh Darren agar tak jatuh ke lantai.
"Makanya Bapak duduk aja dulu. Bapak itu sedang tidak sehat. Kalau Bapak terjatuh dan kepala Bapak membentur sesuatu, lalu amnesia? Siapa yang repot? Ibu Bapak yang akan repot."
"Aku tidak selemah itu sampai mudah terjatuh," ucap Darren seraya memijat keningnya.
Riana pun melepaskan dirinya dari Darrsn sehingga kembali membuat Darren oleng dan terjatuh ke lantai.
"Tuh kan jatuh. Bapak sih terlalu sombong, pakai segala bilang tidak selemah itu. Ini buktinya apa?? jatuh juga, dasar lemah." Riana mencibir.
Riana tiba-tiba berjongkok di dekat Darren dan cukup kaget saat melihat Darren tak bergerak.
"Pak, Bapak tidak apa-apa?? Apa Bapak kesakitan??" tanya Riana.
Karena Darren tak juga menjawab, Riana pun menggoyang goyang bahu Darren, karena tak juga ada respon Riana pun membalik tubuh Darren sekuat tenaga, dan alangkah terkejutnya Riana saat melihat mata Darren terpejam.
"Pak Darren!!!!" pekik Riana. "Pak Darren jangan mati dulu, Bapak kan masih muda, kehidupan Bapak masih panjang. Bapak bahkan belum minta maaf sama saya atas kejahatan Bapak ," Entah Apa yang Riana ucapkan ia pun tak mengerti karena terlalu panik.
"Mas Rama!!!" teriak Riana, dan tak lama kemudian, pintu lift pun terbuka.
"Pak Darren kenapa Ri??" tanya Rama panik.
"Dia pingsan. Dia sedang demam," jelas Riana.
Tanpa menunggu lama, Rama pun meminta orang untuk memapah Darren, dan membawanya kerumah sakit untuk segera mendapat pertolongan.
Dengan sigap orang-orang pun mengangkat Darren dan memasukkannya ke dalam mobil milik Rama.
"Rin, kamu jangan berdiri di sana. Cepat naik, kamu jagain Pak Darren di belakang," ucap Rama kemudian.
"B-Baik Mas." Riana pun menuruti permintaan Rama, lalu naik ke samping Darren dan memangku kepala Bosnya.
Beberapa saat kemudian, Rama pun sampai di rumah sakit terdekat, lalu saat Rama turun, dia meminta bantuan untuk menurunkan Darren dari dalam mobil.
Darren pun di bawa dengan brankar menuju ruang perawatan, sedangkan Rama dan Riana mengikuti dari belakang. Setelah Darren masuk ke dalam ruang rawat, Riana dan Rama menunggu di luar.
"Ri, tunggu di sini sebentar, aku mau keluar."
"Jangan lama-lama ya Mas," jawab Riana.
"Iya, cuma sebentar." Setelah mengatakan itu, Rama pun keluar untuk mencari minuman untuk Riana.
Sementara Riana menunggu dengan cemas di depan ruang rawat Darren. Tak lama kemudian, Rama pun datang dengan minuman di tangannya.
"Minumlah, kamu pasti haus," ucap Rama.
"Terima kasih Mas." Riana pun meraih minuman yang ada di tangan Rama, lalu membukanya dan meminumnya.
"Memang apa yang terjadi saat di dalam lift? Terus kok bisa kamu ada di dalam lift yang sama dengan Pak Darren??" tanya Rama saat duduk di dekat Riana.
Riana pun bercerita saat dia dilarang masuk oleh karyawan lain untuk masuk ke lift khusus karyawan, dan Darren memanggilnya untuk masuk ke dalam lifnya.
"Kamu pemecah rekor Ri, selama ini Pak Darren tidak pernah ingin satu lift dengan siapa pun saat di lift khususnya, tapi kamu orang pertama yang bisa menaiki lift itu, bersama dengan Pak Darren lagi."
"Mungkin Pak Darren kasian sama saya Mas."
"Selama ini dia tidak pernah kasihan sama siapa pun, apa lagi orang yang baru di kenalnya. Sekertarisnya pun tidak pernah ada yang bertahan selama ini karena sifatnya yang terlalu tegas dan keras," cerita Rama.
"Tapi Mas Rama betah." Riana melihat ke arah Rama.
"Dia adalah sahabatku, dia bersikap seperti itu karena kecewa pada mantan pacarnya yang memilih pergi bersama pria lain. Dulu, dia itu sangat baik, tapi karena kejadian itu, dia kecewa berat, dan perlahan dia berubah jadi kasar. Dan yang paling buruk, dia menganggap rendah wanita-wanita yang menyukainya."
Riana menghembuskan nafas panjang. "Bu Windy sudah menceritakannya waktu itu," ucap Riana
"Dan aku di minta menjadi sekertaris putranya agar bisa menjaganya dari wanita wanita yang sering dia panggil selama ini."
"Dia melampiaskan kekecewaannya pada wanita-wanita yang ia panggil, dan menganggap semua wanita itu akan tunduk dengan uang."
"Kenapa Pak Darren tidak di carikan wanita baik-baik di luar sana?? Masih banyak kok wanita baik di luar sana."
"Dia tidak pernah mau. Bu Windy sering menjodohkannya dengan putri dari teman temannya, tapi dia tidak pernah mau."
"Ya, aku tau Pak Darren pasti sangat kecewa, tapi kan tidak semua wanita itu sama."
Saat tengah mengobrol, Dokter keluar dari ruang rawat Darren.
"Pasien sudah sadar, kalian bisa menemuinya sekarang," ucap sang Dokter lalu berlalu dari hadapan Riana dan Rama.
Rama dan Riana pun masuk ke dalam.
"Bagaimana keadaan Bapak??" tanya Riana.
"Tidak usah berbasa basi," jawab Darren pelan, tapi tetap saja terdengar ketus.
"Astagaaaa, mode iblisnya lagi kumat," gerutu Riana.
"Rama, buat aku keluar cepat dari sini. Aku tidak suka berlama lama di sini," ucap Darren pada Rama.
"Baik Pak, nanti akan saya tanyakan pada Dokter."
"Antar dia pulang dulu, ini sudah malam," kata Darren lagi, lalu ia memejamkan matanya.
"Baik Pak. Ayo Ri, aku antar pulang."
"Nggak usah Mas, aku bisa pulang sendiri kok. Mas Rama di sini saja temani Pak Darren."
"Kalau dia tidak mau, tidak usah Rama, lagi pula tidak akan ada yang mau menculiknya, dia itu cerewet dan makannya banyak. Penculik pun pasti berfikir keras sebelum menculiknya," celetuk Darren.
"Mulutnya memang selalu busuk. Saat sakit saja masih bisa membuat orang kesal," umpat Riana.
"Aku pulang dulu Mas, permisi." Riana hanya pamit pada Rama, karena melihat wajah Bosnya itu saja ia malas, apa lagi untuk pamit. Hah, memangnya dia siapa??
Riana pun keluar dari ruangan Darren menuju parkiran dan hendak mencari kendaraan umum. Tapi sebelum sampai di pinggir jalan, Rama sudah menghampirinya menggunakan mobil.
"Cepat naik, aku akan mengantarmu pulang," kata Rama.
"Tapi Mas..."
"Pak Darren yang menyuruhku, tenang saja. Ayo cepat masuk."
"Baik Mas." Riana pun membuka pintu belakang.
"Heii, aku bukan supirmu, jadi duduklah di depan," ucap Rama.
"Tapi..."
"Cepatlah, ini sudah malam."
"Baiklah." Riana pun menurut, karena ini sudah malam dan ia pun sangat lapar, Riana pun segera naik ke dalam mobil Rama.
********
********
Amira juga bodoh egois udah dimintai tolong Darren buat bicara ke mami kalo mereka gak akan menikah!! ehh... malah ngotot dgn segala cara buat bisa nikahin Darren
Riana selain bodoh juga tolol paok pekok longor bittot
seperti gak kebagian akal Riana sampai gak bisa mikir betapa besar rasa malu besok
tokohnya berat buat jujur