Vivian, kelinci percobaan dari sebuah lembaga penelitian, kembali pada satu bulan sebelum terjadinya bencana akhir zaman.
selama 8 tahun berada di akhir zaman.
Vivian sudah puas melihat kebusukan sifat manusia yang terkadang lebih buas dari binatang buas itu sendiri.
setidaknya, binatang buas tidak akan memakan anak-anak mereka sendiri.
.
.
bagaimana kisah Vivian memulai perjalanan akhir zaman sambil membalaskan dendamnya?
.
jika suka yuk ikuti terus kisah ini.
terimakasih... 🙏🙏☺️😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kembali
Tit...
.
Tit...
Suara alat pendeteksi detak jantung menjadi satu-satunya suara di bangsal putih dengan berbagai instrumen medis di dalamnya.
.
"Urgh..." wanita di atas kasur itu mengerutkan kening dengan tidak nyaman. Setelah beberapa saat, netra coklat wanita itu akhirnya terbuka perlahan. Ia pun mengerjap kerjapkan matanya beberapa saat untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke bola matanya.
.
Kriet...
Memasuki bangsal dan berdiri di samping ranjang.
"hai. Bagaimana kabarmu hari ini?" Ucap wanita dengan pakaian hitam ketat itu sambil membelai bekas luka di pipi wanita yang terbaring di atas ranjang.
"Ups... Sorry. Aku lupa bahwa kamu sudah tidak bisa berbicara hahaha..." wanita itu sangat bahagia melihat betapa menderitanya wanita di atas ranjang.
"Hera. Jangan membuatnya kesal. bagaimanapun profesor masih membutuhkannya." Leo melingkarkan tangannya di pinggang Hera.
"HEH, sebenarnya profesor atau kamu yang masih membutuhkan wanita sekarat ini." Hera menepis tangan Leo dari pinggangnya.
"Ayolah... Dia tidak bisa dibandingkan dengan dirimu, meskipun hanya seujung rambut."
Hera tersenyum sangat bahagia mendengar pernyataan Leo.
"Benarkah?. kalau begitu terima kasih sayang. Aku tahu kamu paling mencintaiku hehehe..." ucap Hera dengan manja dan memeluk pria itu.
"Ah. Benar juga, kami kesini ingin memberimu kabar bahagia. Ya kan, sayang?." Hera mendekati wajah Vivian.
"Kamu tahu, anakmu sudah tidak bisa bertahan menghadapi tangan para profesor gila itu. Hemm... bukankah itu sangat bagus?. jadi, kamu tidak ada penyesalan lagi hidup di dunia."
Vivian yang berada di ranjang rumah sakit menjadi sangat bersemangat setelah mendengar berita bahwa anaknya sudah pergi.
"Hera, bagaimana kamu bisa memberitahukan hal itu kepadanya. bagaimana jika terjadi sesuatu pada objek uji coba?." Leo tidak menyukai kenyataan bahwa Hera membocorkan berita tentang kematian anak Vivian.
"Memangnya apa yang bisa dia lakukan. berbicara saja dia sudah tidak bisa." Hera menjadi tidak senang karena ditegur oleh Leo.
"INI TIDAK BAGUS! HERA, AYO CEPAT KELUAR DARI TEMPAT INI." Leo panik ketika melihat kulit Vivian menjadi sangat merah dan mulai menggembung.
Para profesor tua itu juga datang pada saat ini.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN PADA KELINCI PERCOBAAN??!." Bentak seorang profesor pada keduanya.
salah seorang profesor memberikan suntikan kepada Vivian. "ini tidak baik. dia akan meledakkan diri. SEMUANYA AYO CEPAT KELUAR."
.
DUAR...
Terlambat.
Ledakan itu teramat dahsyat sehingga meratakan lembaga penelitian tersebut dan tidak menyisakan seorangpun yang selamat. termasuk pula di dalamnya Hera dan Leo.
...~****~...
"Vivian, sudah aku katakan beberapa kali, bahwa jangan menghubungiku hanya untuk sesuatu yang tidak penting seperti ini."
Vivian mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia masih belum bisa mencerna situasi yang ada di depannya dengan jelas.
"Apa!. jangan berpura-pura lemah, hal seperti ini tidak akan mempan kepadaku."
"Le.. o?" Vivian merasa bingung melihat Leo yang tampak jauh lebih muda dari sebelumnya.
Leo menyilangkan tangan di depan dada. "Heh. sekarang bahkan berpura-pura tidak mengenaliku?. Vivian, apa maumu sebenarnya?. kamu yang membuat Hera terjatuh dari tangga, tapi kamu, justru berpura-pura menjadi orang yang dianiaya di sini." ucap Leo sambil menggebrak meja yang ada di depannya.
Vivian mengerutkan kening tidak suka mendengar omelan Leo.
"Jadi, apa maumu sekarang?." Vivian membalas perkataan Leo dengan sebuah pertanyaan.
"A... Apa?." Leo tidak percaya bahwa Vivian mulai menanyainya.
"bagus, sangat baik kamu Vivian. aku juga sudah lelah denganmu. sekarang kita putus."
"Oke. Sekarang kita putus." Vivian menjawab dengan santai.
Leo membelalakkan mata tak percaya. Ia tahu betul seberapa besar cinta Vivian terhadap dirinya . Bagaimana bisa mereka putus dengan begitu mudah?.
Sementara di sisi Vivian. Vivian pergi tanpa memperhatikan ekspresi Leo yang masih berdiri diam di sana. Untuk apa perduli, toh ia masih harus mencerna apa yang sebenarnya terjadi pada saat ini.
.
.
Berbaring di atas kasur.
"bagaimana bisa aku kembali ke 8 tahun yang lalu, tepat sebulan sebelum terjadinya bencana kiamat?." Vivian memandang tanggal yang ada di ponselnya dengan linglung.
"sudahlah, lebih baik tidak usah dipikirkan. bagaimanapun juga, bagus mengetahui apa yang akan terjadi sebulan kemudian." Vivian lalu pergi ke kamar mandi.
di dalam kamar mandi, Vivian melihat pantulan dirinya di cermin. ia melihat sebuah tanda merah seperti bintik sebesar kuku di dada sebelah kanannya.
"apa ini?." Vivian heran mendapati tanda yang sebelumnya tidak ada. Ia lalu menyentuh tanda tersebut dan berusaha menggosoknya agar menghilang.
Seketika, pandangan Vivian menjadi kabur. ia merasakan tubuhnya terasa ringan dan ada daya hisap kuat yang menyedotnya.
beberapa saat kemudian, perasaan tersedot itu menghilang. Vivian pun membuka matanya dengan perlahan.
"ini... di mana?."
Vivian bingung mendapati dirinya berada di sebuah tempat yang sangat aneh. di tempat itu terdapat bangunan dua lantai dengan gaya minimalis dan halaman seluas 100 meter persegi.
Di belakang bangunan tersebut terdapat sebuah kolam kosong dengan panjang 4 meter dan lebar 2 meter.
di sebelah kanannya terdapat pula sebuah pohon yang tidak diketahui apa jenisnya tumbuh setinggi dua setengah meter dengan daun yang sangat rimbun.
Lalu, di bawah pohon tersebut juga terdapat sebuah genangan air berwarna hijau yang keluar dari akar pohon yang mencuat keluar. anehnya, meskipun air yang mengalir dari akar pohon tersebut sangat deras, tapi, genangan air itu tidak bertambah besar.
Vivian lalu memasuki rumah yang memiliki dua lantai tersebut.
Di lantai pertama terdapat ruang tamu, ruang keluarga, satu kamar tamu, dapur dan kamar mandi.
Di lantai dua terdapat ruang belajar, satu kamar utama dan satu kamar biasa.
Vivian lalu memutuskan untuk memasuki ruang belajar.
Rak buku di letakkan antara ruang kerja dan sofa, rak tersebut membentuk huruf D yang indah penuh dengan buku.
"kenapa aku seperti pernah melihat tempat seperti ini?. Tapi... Dimana?.." Vivian menggaruk kepalanya berusaha mengingat.
"Ya. Aku ingat. Inikan rancangan penelitian para profesor tua itu. Tapi... Kenapa ini bisa sampai kesini? Bukankah penelitian tersebut belum sempurna?." Vivian bingung.
Vivian laku membuka salah satu buku di rak yang berisi tentang tata cara pengoperasian ruang.
Mengerutkan kening sambil membolak-balikkan buku yang sampulnya telah menguning. "Kenapa buku ini memiliki penjelasan yang berbeda dengan yang direncanakan oleh para peneliti tua itu?."
"Aneh. Meskipun kiamat merupakan hal yang luar biasa. Tapi,,, mengapa penjelasan tentang ruang ini terasa sangat... Fantasi?... Bagaimana menggambarkannya ya?." ucap Vivian sambil menggaruk kepalannya.
Ketika Vivian membuka halaman terakhir dari buku tersebut, Vivian dikejutkan oleh penjelasan bahwa gelang giok yang selama ini ia pakai dan telah diminta oleh kakaknya Hera, merupakan harta ruang angkasa.
kenapa lemot mikirnya?
Cepat minumkan ke Peter
Nanti repot bawa pulangnya Nek
aku juga pengen hehe...
pengen juga punya ruang hehe
author juga terimakasih atas dukungannya 😊