'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Mobil yang di bawa oleh Davendra kini sudah sampai di depan sebuah gedung pencakar langit.
Orang-orang yang berada di sana langsung kelabakan dan panik, saat mendengar jika sang boss besar akan ada kunjungan dadakan tanpa pemberitahuan sebelumnya.
"Sir," sapa seorang pria yang sepertinya lebih tua dari Davendra sedang membuka pintu mobilnya.
"Santai saja, aku hanya akan melihat sebentar dan bukan untuk bekerja," sahut Davendra saat melihat dahi pria itu berkeringat.
Davendra keluar dari mobilnya dan melihat cincin di jari manis pegawainya itu.
"Kau sudah menikah?" tanya Davendra.
"Iya sir," jawab pria berkacamata itu.
"Pesankan aku meja di restoran yang langsung menghadap menara Eiffel," kata Davendra.
"Baik sir," sahut pria itu dengan patuh.
Davendra pun berjalan dengan gagahnya memasuki perusahaan miliknya.
Semua mata kini tertuju padanya dan tak terkecuali para wanita.
Davendra masuk ke dalam lift yang nomernya sudah di tekan terlebih dahulu oleh pria berkacamata tadi.
Davendra membisikan sesuatu pada pria itu setelah pintu lift tertutup dengan sendirinya.
"Baik, sir. Saya mengerti, saya akan melakukan sesuai dengan permintaan anda," jawab pria berkacamata itu.
Sedangkan Davendra kembali menatap kearah pintu lift dengan kedua tangan yang ia masukan kedalam saku celana bahannya.
Bibirnya terangkat sedikit seolah sedang memikirkan sesuatu yang menyenangkan di kepalanya.
"Pesankan juga dua puluh empat tangkai bunga mawar asli di toko bunga terbaik di Paris. Dan antarkan ke kantor," kata Davendra.
"Baik, sir," sahutnya dengan patuh.
TING ...
Setelah pintu lift terbuka Davendra dan pria berkacamata itu keluar dari lift.
Lalu pandangan Davendra tertuju pada seorang wanita yang berjalan berlawanan dengannya.
Wanita berpakaian ketat dengan belahan dada yang sedikit terlihat itu menyunggingkan senyum menggodanya pada Davendra.
"Siapa dia? Apa pegawai baru?" tanya Davendra pada Juan, orang yang bertanggung jawab pada perusahaannya di Paris.
Sejenak wanita itu menghentikan langkahnya saat mendengar perkataan Davendra yang bertanya pada Juan tentang dirinya.
Wanita itu membungkukkan sedikit tubuhnya pada Juan dan Davendra, hingga membuat belahan dadanya menyembul keluar.
"Pecat dia!! Yang aku butuhkan seorang pegawai yang kompeten dan profesional bukan seperti wanita panggilan yang akan menggoda siapapun," kata Davendra dengan dingin dan tajam.
Wanita itu segera mengangkat kepalanya menatap Davendra dan Juan.
"Baik sir," jawab Juan.
Davendra pun melanjutkan langkahnya menuju ke ruang kerja miliknya.
"Kemana dia? Katanya hanya sebentar saja, tapi sudah jam lima sore dia belum juga pulang," gerutu Xannia dengan kesal.
Sedari tadi wanita itu menunggu kedatangan suaminya yang tak kunjung datang.
"Awas kalau dia pulang nanti, aku akan menyuruhnya tidur di luar--"
TOK...
TOK...
TOK...
Ketukan di pintu menyela Xannia.
"Pasti itu dia. Untuk apa sampai mengetuk pintu segala," kesal Xannia berjalan kearah pintu.
Xannia membuka pintu itu dan dia tidak melihat siapapun berada disana.
Pandangannya jatuh ke bawah lantai dan mendapati sebuah kotak besar dengan merek terkenal.
"Milik siapa ini?" gumam Xannia bertanya-tanya.
Xannia berjongkok dan mengambil kotak besar tersebut.
Di atasnya ada sebuah kertas yang bertuliskan nama Xannia dan nama sebuah restoran.
"Apa ini untukku?" gumamnya lagi dan membawanya masuk kedalam apartement.
Xannia menaruh kotak itu atas meja makan dan membukanya.
Sebuah gaun berwarna hitam masih terlipat dengan rapi di dalamnya.
Tidak ada apapun di dalam sana, hanya ada kertas bertuliskan namanya dan juga nama sebuah restoran.
"Tidak mungkin kan ada orang iseng?" gumam Xannia masih terlihat bingung.
Xannia berjalan cepat kearah ruang tamu untuk mengambil ponselnya.
Wanita cantik itu menelpon sang suami untuk menanyakan apakah itu kiriman darinya.
Namun, tidak ada satu panggilan pun yang di angkat oleh Davendra.Dan di panggilan ke empat ponsel pria itu malah mati.
"Apa-apaan dia ini?" kesal Xannia saat ponsel Davendra mati.
Saat Xannia sedang kesal dan terus menggerutu tiba-tiba ada pesan dari suaminya yang menyuruhnya untuk datang ke restoran tersebut.
"Menyebalkan," gumam Xannia dan mengambil kotak itu dan membawanya masuk kedalam kamar.
"Apa yang sebenarnya pria itu rencanakan," ujar Xannia yang masih berbicara sendiri.
Xannia menutup pintu kamarnya dan menaruh kotak itu di atas ranjang.
Dia berjalan kearah kamar mandi dan mengisi bathtub dengan air hangat.
Setelah air bathtub penuh Xannia menaruh bath bomb beraroma vanilla dan membiarkannya larut.
Xannia membuka seluruh pakaiannya dan masuk kedalam bathtub.
Wanita itu terlihat menikmati waktu berendamnya.
Hingga setengah jam kemudian Xannia baru menyelesaikan acara berendam nya dan berjalan ke arah shower untuk membersihkan sisa sabun yang ada di tubuhnya.
Wanita itu keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathrobe yang membungkus tubuh polosnya.
Dia berjalan kearah lemari dan memakai pakaian dalamnya berwana senada dengan gaun yang akan dia kenakan.
Setelah selesai wanita itu pun mengambil gaunnya dan mulai memakainya.
Gaun berwarna hitam dengan model sabrina yang memperlihatkan bahu putihnya dan juga terdapat belahan yang dapat memperlihatkan kaki jenjangnya.
"Apakah ini pilihannya?" gumam Xannia sambil mematut dirinya di cermin.
Xannia mengikat bawah rambutnya dengan rapi, wanita itu juga memoleskan lipstik berwarna merah agar menambah kesan dewasa.
Dia juga memakai heels dengan warna sedana dengan gaunnya.
Setelah jam menunjukan pukul tujuh malam Xannia baru keluar dari apartemennya.
Dia menekan tombol lift yang akan mengantarkan ke lobby.
TING...
Setelah pintu lift terbuka Xannia berjalan kearah pintu masuk lobby dan di depan lobby sudah menunggu pria paruh baya yang sejak tadi memang menunggu Xannia.
Setelah Xannia sampai di hadapannya, pria paruh baya itu langsung membukakan pintu untuknya.
Xannia memicingkan mata alisnya dan merasa aneh.
Pria paruh baya itu tidak mengatakan apapun dan hanya menyebutkan nama restoran yang tadi sebutkan oleh Davendra.
Tanpa banyak bertanya Xannia pun masuk kedalam mobil, dan mobil itu pun langsung berjalan menjauhi apartement.
Sepanjang perjalanan tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Xannia.
Xannia beberapa kali mengirim pesan pada suaminya dan tidak ada balasan satu pun dari pria itu.
Hingga lima belas menit kemudian, mobil yang membawa Xannia sudah sampai di depan restoran yang di maksud.
Xannia keluar dari dalam mobil setelah sang supir membukakan pintunya.
Terlihat di ambang pintu masuk seorang pegawai wanita terlihat menunggu kedatangan Xannia.
"Apakah suamiku ada di dalam?" tanya Xannia pada pegawai tersebut.
"Anda akan tahu setelah anda melihatnya kedalam,"jawab petugas wanita itu dengan sopan.
Tanpa banyak bertanya lagi Xannia pun mengikutinya masuk kedalam restoran.
Pandangan Xannia terlihat menelisik suasana restoran yang terlihat norma seperti pada umumnya.
Namun petugas membawa Xannia naik lift hingga tiba di rooftop.
Dan disana Xannia tidak melihat siapapun.
"Saya permisi dulu, nyonya," kata pegawai tersebut dan meninggalkan Xannia sendirian.
Xannia berjalan kearah pembatas rooftop dan memandang menara Eiffel yang ada di hadapannya.
Hingga tiba-tiba sebuah buket bunga mawar muncul dari arah samping kirinya.
Wanita itu berbalik dan melihat seorang pria dengan stelan jas berwarna hitam sedang tersenyum kearahnya.
Senyuman lebar dan tulus yang pertama kali dilihatnya.
"Apa ini?" tanya Xannia pada pria yang ada di depannya.
"Selamat ulang tahun," sahut pria itu dengan berjalan semakin dekat pada Xannia dan mengecup bibir merah wanita yang merupakan istrinya itu.
""Ulang tahunku?" tanya Xannia yang sepertinya melupakan hari ulang tahunnya sendiri.
"Dua puluh tiga November," kata pria yang ternyata adalah Davendra
"Oh God!!" ucap Xannia yang melupakan hari ulang tahunnya sendiri.
Wanita itu langsung saja memeluk suaminya dengan erat.
"Thank you," bisik Xania tepat di telinga suaminya.
Davendra melepaskan pelukan mereka berdua dan Xannia mengecup bibir suaminya.
"Kau yang menyiapkan ini semua?" tanya Xannia sambil mengusap ujung matanya.
"Tidak!! Aku menyuruh orang," jawab Davendra.
Xannia mengambil buket mawar yang ada di tangannya dan mencium harumnya.
"Terima kasih," ucap Xannia.
"Tidak perlu berterima kasih," sahut Davendra.
"Kau bahagia?" tanya Davendra.
"Hmm," sahut Xannia sambil menganggukkan kepalanya.
Tangan Davendra terulur mengusap pipi sang istri dengan lembut.
"I love you," kata Davendra dengan menatap dalam mata sang istri yang sangat indah.
Xannia terdiam sejenak saat mendengar perkataan cinta dari suaminya.Sedangkan Davendra hanya dapat melihat wajah terkejut sang istri.
"Tak apa jika kau tidak bisa membalasnya sekarang. Aku tak akan memaksamu," kata Davendra dengan wajah yang kembali ke stelan pabrik.
"Sejak kapan?" tanya Xannia tanpa ekspresi dengan mata yang masih tertuju pada suaminya.
"Saat pertamakali ibumu datang ke rumahku untuk bertemu mommy. Dan itu saat dia masih hamil dirimu,' jawab Davendra.
Xannia tertawa hambar saat mendengar jawaban tak masuk akal dari suaminya.
"Tak masuk akal. Kau menyukai bayi yang bahkan belum lahir? Bahkan mungkin saat itu kau masih berusia enam tahun," ujar Xannia memandang tak percaya pada suaminya.
"Terserah dirimu mau percaya atau tidak," sahut Davendra.
"Kalau kau benar-benar menyukaiku selama itu, kenapa selama ini kau diam saja dan bahkan selalu membawa wanita ke perusahaanmu," kata Xannia.
"Sudah aku jelaskan para wanita itu sebatas teman kencanku. Tidak lebih dari itu," sahut Davendra.
"Lalu, jika kau benar-benar mencintaiku. Kenapa kau diam saja saat pria itu menjodohkan ku dengan pria tengik seperti Arsen," kesal Xannia.
"Jika saja kau mengatakannya sejak awal aku tak akan mungkin melakukan cara seperti ini untuk mengajakmu menikah," gerutu Xannja.
Sedangkan Davendra mengangkat sedikit alisnya merasa bingung dengan perkataan wanita yang berstatuskan istrinya tersebut.
"Bisa-bisanya aku mengajakmu menikah lebih dulu," kata Xannia yang kini berada tepat di depan Davendra.
"Oh God!!! Honey, kau benar-benar lambat dan menyebalkan," kesal Xannia.
Sedikit demi sedikit, Davendra mulai mencerna dan mulai paham setiap kata yang di lontarkan oleh istrinya.
Pria itu memperlihatkan senyumnya dan memeluk Xannia dengan erat.
"Aku mencintaimu," kata Davendra.
"Aku juga mencintaimu," sahut Xannia.
"Jika saja pria tua itu tak ada niatan untuk menjodohkan Maria denganmu, aku tak akan mungkin melakukannya," kata Xannia.
"Jadi, kau melakukannya karna cemburu?" tanya Davendra.
"Tidak juga, masih ada unsur untuk memanas-manasi nya," sahut Xannia.
"Lalu, kau datang ke club waktu itu karna sudah merencanakannya?" tanya Davendra lagi.
"Tidak. Tapi sepertinya Tuhan sedang mempermudah jalanku melalui Airin yang mengajakku ke club milikmu, dan aku tahu kau selalu datang kesana.Dan dengan menggunakan anak kau melamar ku?
Ya... Walau hanya pernikahan kontrak," ucap Davendra
"Dan aku tak menyangka jika kau juga
memikirkannya, memperpanjang masa kontraknya jika aku melahirkan bayi perempuan," kata Xannia sambil terkekeh.
"Kau benar-benar licik," ujar Davendra mengecup bibir istrinya.
"Aku tidak licik. Itu namanya taktik untuk menjerat pria sepertimu agar terikat selamanya denganku," sahut Xannia dengan percaya dirinya.
"Bukankah aku mendapat dua jackpot sekaligus?
Mendapatkan mu dan membuat Maria kepanasan," ujarnya lagi.
Bersambung....