**Sinopsis:**
Luna selalu mengagumi hubungan sempurna kakaknya, Elise, dengan suaminya, Damon. Namun, ketika Luna tanpa sengaja menemukan bahwa mereka tidur di kamar terpisah, dia tak bisa lagi mengabaikan firasat buruknya. Saat mencoba mengungkap rahasia di balik senyum palsu mereka, Damon memergoki Luna dan memintanya mendengar kisah yang tak pernah ia bayangkan. Rahasia kelam yang terungkap mengancam untuk menghancurkan segalanya, dan Luna kini terjebak dalam dilema: Haruskah dia membuka kebenaran yang akan merusak keluarga mereka, atau membiarkan rahasia ini terkubur selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alim farid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1
"Jadi, memang benar mereka tidur terpisah," gumam Luna pelan, hatinya dipenuhi dengan campuran rasa kaget dan penasaran. Dia berdiri di tengah kamar Damon, kakak iparnya, dengan teliti memeriksa setiap sudut ruangan. Baru saja, dia telah memeriksa kamar kakaknya, Elise, di ujung koridor. Rumah yang tampak sempurna ini ternyata menyimpan rahasia gelap di balik dinding-dindingnya.
Elise dan Damon, pasangan yang selalu terlihat harmonis dan penuh cinta di depan orang banyak, ternyata menyembunyikan sesuatu yang tak terduga. Mereka tidur di kamar terpisah. Luna tidak pernah melihat adanya ketidakcocokan di antara mereka sebelumnya. Senyum Elise, sikap perhatian Damon—semua tampak seperti potret ideal pernikahan. Namun, setelah pengamatannya yang mendalam dan rasa penasaran yang tak tertahan, Luna mulai merasakan kejanggalan dalam hubungan mereka.
Sejak kecil, Luna selalu memiliki ketertarikan pada hal-hal tersembunyi, rahasia-rahasia yang orang lain berusaha sembunyikan. Ketegangan halus di antara Elise dan Damon mulai mencuri perhatiannya—ketegangan yang tersembunyi di balik tawa dan candaan mereka yang tampak normal di hadapan keluarga besar. Luna mulai memperhatikan hal-hal kecil seperti sentuhan yang kaku, senyum yang dibuat-buat, dan keengganan mereka untuk berbicara tentang satu sama lain ketika tidak berada di depan umum.
Sebuah kebetulan—atau mungkin takdir—membawanya ke apartemen mereka hari ini. Luna datang dengan alasan untuk bertemu kakaknya dan berbincang seperti biasa, tetapi niat aslinya adalah untuk menyelidiki lebih dalam. Dia ingin memastikan apakah perasaan aneh yang menghantui pikirannya memiliki dasar atau hanya hasil dari imajinasi yang terlalu aktif. Setelah memeriksa dua kamar tidur yang seharusnya bersatu tetapi justru terpisah, Luna mendapatkan jawaban yang jelas.
Mengapa mereka tidur terpisah? Pertanyaan ini terus berputar di kepalanya. Apakah ini hanya masalah kecil, atau ada sesuatu yang jauh lebih besar yang terjadi di balik layar pernikahan mereka? Luna merasakan detak jantungnya semakin cepat. Sebuah gagasan muncul di benaknya—mungkinkah ini pernikahan kontrak, seperti yang sering dia lihat di film-film? Sebuah hubungan yang dijalin bukan karena cinta, tetapi karena alasan lain yang lebih praktis atau bahkan lebih gelap?
Namun, Luna tahu bahwa sebuah rahasia sebesar ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Dia merasa harus melakukan sesuatu, mungkin mengungkapkan kebenaran ini kepada ibunya. Tetapi sebelum Luna sempat mengambil langkah lebih jauh, suara langkah kaki mendekat membuatnya tertegun. Damon muncul di ambang pintu, tatapan tajamnya langsung mengunci pandangan Luna. Wajahnya tenang, namun ada sesuatu di matanya yang membuat Luna merasa waspada.
Damon melangkah mendekat, tanpa melepaskan tatapannya. "Apa yang kau lakukan di sini, Luna?" tanyanya dengan suara rendah, penuh kewaspadaan. Nada suaranya yang dingin membuat Luna merasa seolah-olah dikelilingi oleh ketidakpastian yang menekan.
Luna tergagap, mencoba mencari alasan yang masuk akal. "Aku... hanya melihat-lihat," jawabnya cepat, merasakan ketidaknyamanan yang mendalam dalam kata-katanya.
Damon tersenyum, senyum yang tidak mengandung kehangatan seperti biasa. "Sepertinya kau menemukan sesuatu yang tidak seharusnya kau ketahui," ucapnya dengan nada misterius dan penuh ancaman. Sebelum Luna sempat menjawab, Damon melangkah lebih dekat, membuat gadis itu merasa terperangkap dalam jaring yang tak terlihat.
Luna merasakan tatapan tajam Damon, penuh dengan niat yang tidak bisa diabaikan. "Kenapa kakak Elise bisa menikahi seseorang seperti ini?" pikirnya, kebingungan dan kekaguman bercampur aduk. "Damon memang kaya raya, tapi kekayaan itu tidak membungkus kelembutan atau kebaikan. Semua yang ada hanyalah sikap dingin dan dominasi."
Saat Damon berdiri dengan postur tegas dan sikap yang menuntut perhatian, Luna merasa terjepit. Ia tahu bahwa keberaniannya untuk melaporkan apa yang dilihatnya kepada ibunya harus ditunda, setidaknya hingga dia bisa memahami situasi ini dengan lebih baik. Tatapan Damon yang tajam seolah memperingatkannya bahwa setiap langkah selanjutnya harus diambil dengan hati-hati.
Luna merasakan tatapan tajam Damon yang penuh ancaman, dan jantungnya berdebar kencang. "K... Kak Damon, apakah kakak tidak pergi ke kantor hari ini?" tanyanya, suaranya bergetar dan penuh kekhawatiran. Rasa tertekan menghantui dirinya—ia mengira Damon tidak ada di rumah karena kakak Elise mengatakan bahwa suaminya sedang sibuk di kantor. Dengan anggapan itu, Luna merasa cukup percaya diri untuk datang dan memasuki rumah tanpa izin. Namun, kenyataan berbalik dengan kehadiran Damon yang mengejutkan.
Damon tidak memberikan jawaban. Dia bergerak dengan tenang namun penuh kekuatan, langkah kakinya menggema di koridor sepi saat mendekati Luna. Setiap langkahnya menambah rasa terpojok pada diri Luna, seolah-olah ruang di sekelilingnya semakin menyusut.
Luna menelan ludahnya dengan susah payah, merasa terjebak dalam situasi yang semakin menegangkan. "Apa yang akan kau laporkan?" tanya Damon, suaranya rendah dan penuh tekanan. Dia berdiri sangat dekat dengan Luna, jarak mereka begitu dekat sehingga Luna dapat merasakan hembusan napas Damon yang hangat dan berat di wajahnya. Tatapan Damon yang dingin dan menakutkan menambah rasa tercekik di dadanya, seolah-olah setiap gerakan dan kata-katanya dipantau dengan ketat.
Dalam keheningan yang tegang itu, Luna merasa dirinya terjebak dalam permainan yang sangat berbahaya, di mana setiap langkahnya akan menentukan hasil akhir. Damon berdiri dengan postur yang menuntut perhatian, wajahnya menunjukkan bahwa dia tidak akan mentolerir kesalahan atau kebohongan. Luna tahu bahwa dia harus memilih kata-katanya dengan hati-hati untuk menghindari situasi yang lebih buruk.
“A… Aku...” Luna ragu, mencoba mengumpulkan pikirannya untuk memberikan alasan. “Sebenarnya, aku hanya ingin memberitahu bahwa aku berencana untuk mengunjungi beberapa teman di minggu depan,” katanya, suara terasa canggung dan tidak meyakinkan. Setelah beberapa detik, dia menyadari bahwa alasannya terdengar lemah dan tidak meyakinkan. “Aku sudah pasti ketahuan,” pikirnya dengan cemas.
Damon, yang berdiri di depan Luna dengan ekspresi yang sulit dibaca, tidak menunjukkan tanda-tanda percaya. “Kamu benar-benar berpikir alasan itu bisa menipu aku?” ucap Damon dengan suara yang dalam dan tegas. “Aku akan memberi kamu satu menit untuk menjelaskan situasi sebenarnya.”
Luna terpaku, matanya tidak bisa tidak memperhatikan Damon yang berdiri di sana hanya dengan handuk yang melilit pinggangnya. Saat matanya tertuju pada otot-otot perut Damon yang menonjol, Luna merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Keadaan ini menambah rasa tidak nyaman dan kecemasan di hatinya, membuat situasi semakin membingungkan dan menegangkan.
Luna merasa hatinya berdebar saat melihat Damon, kakak iparnya, keluar dari kamar mandi dengan penampilannya yang memukau. Biasanya, Luna hanya melihat pria-pria tampan di layar kaca, namun kini situasinya terasa sangat nyata dan menegangkan.
Tanpa diduga, Damon dengan lembut mendorong Luna ke ranjang, membuatnya terjatuh di atasnya. Posisi mereka mendekat, dan Luna merasakan ketegangan yang tinggi. Damon menyentuh pipinya dengan lembut, membuat Luna merasa canggung dan bingung.
“Kak Damon...” Luna berbisik, suara bergetar. Jantungnya berdebar cepat, berperang antara rasa takut dan malu.
Damon menatap Luna dengan penuh perhatian dan lembut bertanya, “Apakah ada yang ingin kamu katakan?” Luna mencoba mengalihkan pandangannya, tidak mampu menatap mata Damon. Pikiran Luna terasa kosong, tidak tahu bagaimana harus bertindak.
Damon dengan hati-hati menyentuh bagian dada Luna, mengejutkannya dan menimbulkan rasa tidak nyaman. Ini adalah pengalaman baru yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Luna mencoba untuk bergerak, berusaha menjauh, tetapi Damon tetap berada di dekatnya. Sentuhan lembut Damon membuat Luna merasa terjepit dan bingung, tubuhnya bergetar dengan campuran rasa geli dan ketidakpastian.
“Kak Damon, ini tidak benar,” Luna berbisik dengan cemas, khawatir jika elise, kakaknya, tiba-tiba datang dan menemukan mereka.
Damon, mencoba menenangkan suasana, menjelaskan, “elise jarang pulang di siang hari. Apakah kamu pernah mengalami sesuatu seperti ini sebelumnya?” tanya Damon, penasaran. Luna hanya bisa menggeleng, merasa malu dengan pertanyaan tersebut.
Damon tersenyum, merasa puas dengan kesempatan ini. Meskipun pernikahannya dengan elise adalah kesepakatan bisnis, ketertarikan Damon pada Luna membuatnya ingin lebih dekat dengannya.
Seandainya Damon mengenal Luna sebelum menikahi elise, situasinya mungkin akan berbeda. Namun, saat ini, Damon melihat Luna sebagai sosok yang menarik dan ingin mendekatinya lebih jauh, meskipun caranya tidak sepenuhnya sesuai.