Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35.
Jane merasakan kepalanya terasa begitu sakit sekali, saat ia mulai perlahan membuka matanya.
Mata Jane yang sedikit rabun karena baru bangun dari siuman nya, mencoba fokus pada pandangannya, yang akhirnya ia melihat di mana ia berada.
Sebuah gedung terbengkalai, dan terlihat kumuh, tidak terlihat seorang pun di sana.
Jane kemudian tersadar, apa yang telah terjadi padanya, dan Hendrik.
Begitu ia teringat akan suaminya, Jane memutar kepalanya untuk melihat sekelilingnya.
Jane baru sadar kalau ia diikat pada sebuah tiang, dengan kaki yang terikat juga, membuat pergerakannya begitu sulit.
"Hendrik... sayang!" panggil Jane melihat sekitar, yang terlihat kosong, hanya terlihat tempat kotor, dengan banyaknya sisa-sisa pembangunan yang terbengkalai.
"Eng..."
Tiba-tiba Jane mendengar suara Hendrik, tepat di belakangnya, ia pun memutar lehernya, untuk melihat arah belakangnya.
Ternyata Hendrik diikat bersamanya di satu tiang, dengan posisi punggung mereka di pisahkan oleh tiang, tempat mereka diikat.
"Hendrik... kau sudah sadar?" tanya Jane, seraya berupaya untuk melepaskan tangannya yang terikat.
"Eng..."
Perlahan mata Hendrik terbuka, ia mendengar suara Jane memanggilnya, dengan suara yang begitu cemas.
Hendrik yang baru sadar dari pingsannya, seperti Jane, ia merasa bingung dengan tempat di mana sekarang ia berada.
"Jane...!" ia pun langsung teringat dengan istrinya, begitu matanya sudah fokus melihat sekelilingnya.
"Aku di sini!" jawab Jane, dengan nada yang hampir terdengar ingin menangis.
Jane begitu gembira, mendengar Hendrik ternyata baik-baik saja, dan langsung teringat akan dirinya.
"Kau tidak apa-apa, sayang!" sahut Hendrik dengan nada yang terdengar begitu khawatir sekali.
"Iya, aku baik-baik saja!" sahut Jane meneteskan air matanya.
"Aku akan coba membuka ikatan pada tanganku, kalau seseorang datang, kau bersikap tenang saja, aku akan berusaha untuk mengeluarkan kita dari tempat ini!" sahut Hendrik, sembari berusaha untuk membuka ikatan tali pada tangannya.
"Iya, baik!" jawab Jane dengan patuh.
Hendrik dengan kuat menarik tangannya, dari ikatan tali yang terasa begitu ketat, ia harus membawa istrinya keluar dari tempat penyekapan tersebut.
Trang!!
Terdengar suara sesuatu diinjak, dan di susul suara beberapa pria memasuki tempat mereka di sekap.
"Tenang, jangan panik!" sahut Hendrik mengingatkan Jane lagi.
"Iya, baik!" jawab Jane dengan patuh.
Tampak tiga orang pria mendekat ke arah mereka, dengan senyuman menyeringai penuh kelicikan.
"Oh-ho... ternyata sudah siuman, ya!" sahut salah satu pria itu dengan senyuman lebar, melihat Hendrik dan Jane memandang ke tiga pria tersebut, dengan tatapan tajam penuh waspada.
Hendrik sudah menduga, kalau mereka di culik suruhan seseorang, yang pernah mengeroyoknya, saat Jane menemukan nya terkapar di dekat lokasi apartemen istrinya itu.
Hendrik berusaha terus, dengan diam-diam mencoba membuka ikatan pada tangannya.
Ia tidak ingin, seujung kuku salah satu pria itu, menyentuh kulit istrinya.
Ini masalah dirinya dengan seseorang, yang belum ia tahu siapa dia, dan kenapa mencoba untuk selalu mengincar dirinya.
Salah satu pria itu terlihat mendekati Jane, membuat wajah Hendrik menggelap, ia ingin membunuh pria itu.
"Brengsek!! siapa yang mengirim kalian menangkap ku! kalau memang aku punya salah padanya, seharusnya dia secara langsung berhadapan denganku, bukan dengan cara murahan seperti ini!!" teriak Hendrik, dengan amarah yang sudah memenuhi kepalanya.
Pria yang akan mendekat pada Jane itu, jadi beralih memandang Hendrik, karena teriakan Hendrik yang sudah naik darah.
"Heh! kau tidak pantas bertemu dengan Bos ku, kau sampah tidak berguna, terlalu percaya diri, hanya karena kau selalu menang di arena ring? ck.. ck.. ck, kali ini kau tidak akan bisa lolos lagi!" sahut pria itu tersenyum miring, memandang Hendrik dengan tatapan menghina.
"Apakah Bos mu itu begitu berharga sekali, yang hanya bisa main sembunyi di belakang para bawahannya?" tanya Hendrik dengan nada tajam, dan tatapan yang tajam juga.
"Brengsek!! kau jangan coba-coba memanasi aku, kau hanya anak yatim piatu, tanpa ada seseorang yang perduli padamu! walau katanya wanita ini ternyata adalah istrimu, aku tidak menyangka ada wanita yang begitu bodoh, mau dengan pria sampah seperti mu!" kata pria itu dengan seringai mengejek, lalu memukul pipi Hendrik dengan keras.
Hendrik mengetatkan gerahamnya menahan emosi, yang sudah tidak bisa ia tahan lagi.
Dua pria lainnya, perlahan mendekat juga ke arah Hendrik, salah satu pria itu memegang alat pemukul.
Sepertinya mereka ingin menghajar Hendrik lagi, sesuai arahan dari Bos mereka.
Jane di tempatnya, dengan sabar menahan perasaan takutnya, melihat ke tiga pria itu, yang akan memukul Hendrik lagi.
Tangan Jane yang terikat, terus secara diam-diam mencoba membuka, simpul dari tali tersebut.
Bersambung.....