Ello, seorang dokter pediatri yang masih berduka atas kehilangan kekasihnya yang hilang dalam sebuah kecelakaan, berusaha keras untuk move on. Namun, setiap kali ia mencoba membuka hati untuk wanita lain, keponakannya yang usil, Ziel, selalu berhasil menggagalkan rencananya karena masih percaya, Diana kekasih Ello masih hidup.
Namun, semua berubah ketika Ello menemukan Diandra, seorang gadis misterius mirip kekasihnya yang terluka di tepi pantai. Ziel memaksa Ello menikahinya. Saat Ello mulai jatuh cinta, kekasih Diandra dan ancaman dari masa lalu muncul.
Siapa Diandra? Apakah ia memiliki hubungan dengan mendiang kekasih Ello? Bagaimana akhir rumah tangga mereka?
Yuk, ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Kecurigaan
John, baru tiba dengan membawa koper di tangannya. “Apa aku terlambat jika ikut sarapan?” tanyanya dengan logat khas bule, terdengar dari arah pintu, membuat semua orang menatap ke arahnya.
"Paman John!" Ziel berseru senang melihat pria yang sangat ia sayangi itu. Ziel langsung melompat dari kursinya dan berlari memeluknya.
"Jagoan Paman sudah besar," John tersenyum, mengacak-acak rambut Ziel dengan penuh kasih.
“Kamu kenapa nggak bilang kalau mau ke sini? Aku bisa menyuruh sopir untuk menjemputmu di bandara,” Zion menegur dengan nada ramah, meski sedikit terkejut dengan kedatangan mendadak John.
John tersenyum tipis sambil menepuk koper di sampingnya. “Banyak taksi di bandara. Aku nggak mau merepotkan kalian.”
Elin memanggil seorang pelayan untuk mengambilkan piring untuk John. “Kamu akan menginap di sini, 'kan?” tanyanya dengan penuh perhatian kepada rekan bisnisnya, yang sudah dianggap seperti kakak sendiri. Lima tahun pria itu telah mendukung dan melindungi Elin serta anaknya, memperlakukan Elin seperti keluarga ketika ia dulu salah paham terhadap suaminya dan memilih meninggalkan suaminya.
“Rencananya sih, gitu. Sudah lama aku nggak main ke sini. Lagipula, aku juga rindu sama keponakanku.” John mencubit pipi Ziel dengan gemas, sementara Ziel pura-pura menggerutu.
"Paman, jangan cubit pipiku lagi. Aku udah gede!" protes Ziel sambil cemberut, meski senyumnya masih terselip.
John tersenyum lembut saat menggendong Ziel, mengangkat bocah kecil itu dengan mudah, lalu mendudukkannya kembali di kursi. “Ayo, jagoan, lanjutkan sarapanmu,” katanya sambil mengacak rambut Ziel dengan penuh kasih sayang. Ziel terkekeh, meski tadi sempat sedikit kesal karena merasa sudah "gede."
Setelah memastikan Ziel duduk manis, John menarik kursi di sebelahnya dan mulai mengambil sarapan. Suasana meja makan kembali tenang sejenak, dengan suara sendok dan garpu yang terdengar samar.
Meskipun suasana tampak akrab dan santai, Ello bisa melihat ada sesuatu yang membuat John tampak tidak tenang. Dia memutuskan untuk bertanya, “Kenapa kamu tiba-tiba ke sini, John? Apa ada sesuatu yang penting?”
John menghela napas dan meletakkan garpu di atas piringnya. Ia memandang Ello sejenak sebelum berbicara. “Sebenarnya, ada hal yang harus aku bicarakan dengan kalian. Ini terkait perusahaan ekspor-impor keluarga Cahyono (ayah Diana).”
Zion, yang sedang menyendokkan sereal ke mulutnya, berhenti sejenak dan menatap John dengan rasa penasaran. “Apa yang terjadi di perusahaan itu?”
John tampak ragu sejenak, lalu melanjutkan, “Aku mendapat informasi bahwa ada aktivitas mencurigakan yang terjadi di sana sejak perusahaan itu dikelola oleh pamannya Diana. Sejumlah laporan keuangan terlihat tidak sinkron, dan ada beberapa transaksi yang tampaknya ilegal.”
Ello mengerutkan kening. “Kamu serius? Apakah itu terbukti?”
“Belum sepenuhnya terbukti, tapi beberapa laporan dari orang dalam perusahaan menunjukkan adanya pola yang tidak biasa,” jawab John, suaranya terdengar penuh kekhawatiran. “Aku nggak bisa mengambil risiko. Itulah sebabnya aku berencana untuk menarik investasiku dari perusahaan itu.”
Elin terdiam sejenak sebelum bertanya, “Apakah kamu yakin itu langkah yang terbaik? Investasi-mu di sana sangat besar. Jika kamu menarik semuanya, hal ini bisa membuat perusahaan itu terpuruk, apalagi jika paman Diana tidak bisa memperbaiki situasi.”
John menatap Elin dengan serius. “Aku tidak bisa membiarkan uangku berada di tempat yang tidak jelas, Elina. Jika ada sesuatu yang lebih besar di balik ini, penyelundupan, atau bahkan pencucian uang, itu bisa menghancurkan, bukan hanya perusahaan mereka, tapi juga nama kita," ujarnya, mengingat Elin dan Ello juga memiliki saham di perusahaan Cahyono.
Elin mengangguk mengerti, tetapi wajahnya masih penuh kekhawatiran. “Jadi, apa rencanamu sekarang?”
“Aku akan melakukan investigasi lebih lanjut. Jika semuanya terbukti benar, aku akan menarik investasi sesegera mungkin. Aku hanya ingin memastikan tidak ada hal yang lebih buruk yang terjadi di sana,” John menjawab dengan tegas.
Zion, yang mendengar penjelasan itu, mengangguk. “Kamu harus hati-hati. Jika benar ada sesuatu yang tidak beres, kamu harus segera bertindak. Tapi, apakah kamu sudah berbicara dengan pamannya Diana?”
John menggeleng. “Belum. Itulah salah satu alasanku datang ke sini. Aku ingin berdiskusi dengan kalian terlebih dahulu sebelum mengambil langkah besar.”
Zion terdiam sejenak, memikirkan situasi tersebut. “Kalau begitu, kita perlu mempersiapkan diri. Jika perusahaan itu benar-benar dalam masalah, bukan tidak mungkin mereka akan mencoba menutupi jejak atau bahkan menyalahkan investor seperti kamu.”
John mengangguk. “Itulah yang aku takutkan. Oleh karena itu, aku harus sangat berhati-hati.”
Ziel, yang dari tadi sibuk dengan makanannya, menatap John dengan tatapan polos. “Paman, apa perusahaan Tante Diana akan baik-baik saja ?”
John menatap Ziel dan mencoba tersenyum, meski wajahnya terlihat khawatir. “Paman akan memastikan semuanya baik-baik saja, jagoan. Tapi kadang dalam bisnis, ada hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.”
Ziel mengangguk meski tidak sepenuhnya mengerti, dan melanjutkan makan.
Suasana sarapan berubah tegang dengan kenyataan yang baru saja terungkap. Meski John berusaha untuk bersikap tenang, jelas bahwa keputusan untuk menarik investasi akan membawa dampak besar bagi masa depan perusahaan Cahyono, dan mungkin hubungan mereka dengan keluarga tersebut.
Ello menghela napas dalam-dalam, memalingkan wajah sejenak dari percakapan. Perusahaan ekspor-impor itu dulunya milik mendiang keluarga Diana, kekasihnya yang hilang dalam kecelakaan tragis. Ada perasaan tidak nyaman yang menyelinap di hatinya, mengetahui bahwa perusahaan tersebut kini terindikasi bermasalah di bawah kendali pamannya Diana.
Ello mengingat masa-masa saat ia sering menemani Diana mengunjungi perusahaan keluarganya. Baginya, perusahaan itu adalah simbol dari kebanggaan keluarga Diana. Kini, mendengar John berbicara soal penyimpangan dan potensi kejahatan di dalamnya, perasaannya semakin campur aduk.
“Perusahaan itu seharusnya aman di tangan keluarga,” gumam Ello lirih. Pandangannya berkabut, tapi ia tetap berusaha mendengarkan percakapan antara John dan Zion.
John yang memperhatikan perubahan di wajah Ello, terdiam sejenak. “Aku tahu ini tidak mudah buatmu, El. Tapi aku harus tahu kebenarannya sebelum semuanya semakin kacau,” ucap John penuh pengertian.
Ello hanya mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya. Bagaimanapun, perusahaan itu masih terkait erat dengan kenangan Diana yang belum bisa ia lupakan sepenuhnya. Lima tahun menjalin hubungan dengan Diana bukanlah waktu yang singkat. Mereka sudah memutuskan untuk menikah, tetapi takdir berkata lain dengan akhir yang tragis. Terlalu banyak kenangan manis yang terukir dalam hati, membuatnya sulit untuk dilupakan.
Zion menatap serius ke arah Ello, lalu berkata, "Sampai saat ini aku masih curiga kalau kecelakaan yang dialami Diana dan keluarganya itu bukan kecelakaan biasa. Aku berprasangka buruk pada paman Diana."
Ello mengangguk, mengingat kembali percakapan terakhirnya dengan Diana. "Aku juga merasa seperti itu. Diana sempat cerita kalau pamannya diam-diam ingin mengambil alih perusahaan. Dia menggunakan cara halus, tapi sudah terlihat jelas arah niatnya," ucap Ello, menghela napas kasar, kemarahan dan frustrasi bercampur dalam pikirannya.
John yang mendengarkan percakapan itu terdiam sejenak, lalu melirik ke arah Zion dan Ello. "Jika memang begitu, kita harus lebih waspada. Mungkin ada lebih banyak hal yang tersembunyi di balik kejanggalan ini," katanya, mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan sarapannya.
***
Di sebuah ruangan yang gelap, hanya diterangi lampu gantung kecil di sudut, seorang pria paruh baya dengan wajah tegang berdiri di depan meja.
"Brakk"
Pria itu menggebrak meja. Suara gemeretak dari kayu yang dihantam tangannya menggema di ruangan itu, membuat para anak buahnya yang berdiri di sekelilingnya menunduk ketakutan.
"Dasar tidak berguna! Berbulan-bulan kalian mencari, dan sampai sekarang tidak ada hasil!" serunya, suaranya sarat dengan kemarahan yang tertahan. Pria yang tidak lain adalah Brata, paman Diana, berjalan mondar-mandir di ruangan sempit itu, menatap tajam ke arah anak buahnya yang tak berani menatap matanya.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued