Menikah dengan tukang ojek membuat kakak iparku selalu membencinya, bahkan dia mempengaruhi kakak ku yang selalu melindungi ku kini membenciku dan suamiku. begitu juga kakak laki-lakiku.
namun semua akan terkejut atau tidak ketika mereka tau siapa suamiku?. simak ceritanya di DIKIRA TUKANG OJEK TERNYATA PENGUSAHA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35. Kembali Akur
"Kak Mira sudah bercerai dengan Kak Firman." bukan Amir yang menjawab, tapi Senja, dia ingin Amira berterus terang dan mengatakan apa yang terjadi pada Kakaknya belakangan ini.
Amira lagi-lagi memeluk tubuh yang sudah renta itu, tubuh yang menguras keringat untuk dirinya dan juga Kakak dan adiknya.
Pak Handoko juga membalas pelukan putrinya itu dan mengusap punggung Amira dengan penuh kasih sayang.
Sekarang Amira tau. Keluarganya lah yang selalu ada dan berarti baginya. Disaat seperti ini hanya keluarganya yang menjadi sandaran, di kala dia menangis keluarganya lah yang menghapus air matanya, disaat dia rapuh keluarganya lah menopang tubuhnya. Dan disaat berputus asa keluarganya juga yang menyemangati dan men support dirinya. Amira menangis menyesali semua kesalahannya pada keluarganya.
Setelah puas menangis, Amira melarikan pelukannya. Lalu menatap satu persatu keluarganya. Amira menatap Mamanya dan mendekat. Amir meraih dan memegang kedua tangan Mamanya dan mencium tangan wanita yang telah melahirkannya dan merawatnya hingga besar seperti ini.
"Mama, maafkan aku, sekali lagi, apa Mama masih sayang sama aku?" tanya Amira masih dengan air mata yang membasahi kedua pipi nya itu.
Mama Ratih mengangguk sedih, wanita paruh baya itu tidak pernah membeda-bedakan kasih sayangnya kepada semua Anak-anaknya, sebagai Ibu yang baik dia menyayangi dan mendidik Anaknya dengan penuh kasih dan sayang.
"Mama dan Papa tidak pernah membedakan kamu sama kedua saudaramu. Mama sama Papa, sangat menyayangi kalian semua. Kalian Anak-anak yang sangat kami bangga-banggakan." Ucap Mama Ratih, dia tidak mau ketiga Anaknya saling membenci seperti yang sudah terjadi.
"Mama benar Kak, aku, Kak Arsen, Mama, Dan juga Papa, kami semua sangat menyayangi Kakak." timpal Senja lagi menghampiri dan memeluk kedua wanita yang sangat di cintainya itu.
Desi mengangguk membenarkan ucapan senja.
"Iya Mira, Mbak juga sangat menyayangi kamu seperti adik kandung Mbak sendiri, jadi tidak ada yang perlu disalahkan, kita semua satu keluarga Jadi harus saling melengkapi dan saling mendukung." Desi juga ikut menimpali agar Amira tidak merasa bersalah dan sedih lagi.
Amira sangat terharu, hatinya tersentuh, Amira langsung memeluk Desi Kakak iparnya yang baik hati itu.
"Terimakasih Mbak karena sudah menyayangiku. Aku janji mulai sekarang aku tidak akan mengulangi kesalahan seperti itu lagi." Ujar Amira sembari mengeratkan pelukannya pada Desi.
"Kakak jangan sedih lagi, Kakak harus Kuat, aku ingin melihat Kakakku yang dulu, tidak cengeng, dan melindungi ku dari Gangguan siapa pun. Kak Mira jelek kalau menangis tau?" Ucap Senja bercanda dengan Kakaknya agar suasana tidak semakin mendung.
Mendengar Senja meledeknya, Amira jadi tertawa dalam tangisannya.
"Dasar adik laknat Kamu, bukannya berterimakasih sudah di tolong dari orang yang jahatin Kamu, tapi malah diledek." Ucap Amira sembari menghapus sisa air matanya.
"Iya deh, makasih ya Kakakku yang cantik Karena sudah membelaku tadi." Ucap Senja menggoda Amira agar tertawa lepas.
Amira pura-pura kesal dan ingin menjewer telinga Senja. Senja sudah tau kebiasaan Kakaknya kalau sudah di ledek, pasti Amira ingin menjewer telinganya.
Senja segera berlindung di belakang Desi yang berdiri tidak jauh dari Senja. "Mbak, tolongin aku Mbak, aku mau di bunuh oleh preman, tolong aku Mbak." Senja terus memutari Desi agar Amira tidak bisa menggapainya.
Mama Ratih dan Pak Handoko geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua Putri nya itu. Hatinya bahagia melihat Anak-anaknya sudah kembali akur tidak seperti beberapa bulan yang Lalu.
"Jangan lari, sini kamu, aku akan menjewer telingamu," Ujar Amira masih ingin menjewer telinga Senja.
"Coba aja kalau Dapat." Jawab Senja menjulurkan lidahnya pada Amira karena tidak bisa mendapatkannya.
Desi pusing dibuat oleh kedua adik iparnya itu. "Udah, hentikan, kalian membuat aku pusing tau?" hardik Desi. Namun percuma saja, perkataan Desi tidak didengar oleh keduanya.
"Sudah, sudah, bercandanya nanti saja. Sekarang mana makanan nya? Papa sudah sangat lapar, ini sudah lewat jam makan siang." Ucap pak Handoko menyudahi candaan kedua putrinya itu.
Mendengar Papanya kelaparan, akhirnya kedua wanita cantik itu menghentikan kejar-kejaran.
"Oh iya sampai lupa. Ini semua gara-gara kak Mira, perutku sampai sakit menahan lapar." Senja pura-pura menyalahkan Amira Karena lupa makan siang, padahal dirinyalah yang memulai kejar-kejaran lebih dulu.
"Sialan, aku pula yang salah, padahal jelas-jelas kamu yang memulai, lagi pula perut kamu itu seperti kendi, sebelum kesini kamu udah makan masa udah lapar lagi." timpal Mira tidak terima disalahkan oleh Senja. Amira tau kalau adiknya itu hanya bercanda, karena yang terjadi seperti ini bukan hanya sekarang, tapi sudah sejak ketiganya kecil Senja selalu suka menjahili Kakaknya. Apalagi dia tau kalau kedua Kakaknya sangat menyayanginya.
"Udah, Mana makanannya biar aku siapin untuk Papa," Ucap Amira ingin melayani Papanya makan.
Senja mengambil bekal yang tadi di letakkan dimeja dan menyerahkannya pada Amira dn juga Desi. Kemudian Amira dan Desi menyajikannya ke dalam piring untuk Papa dan Mamanya.
Semua diam tidak ada yang bicara lagi,Hanya suara dentingan sendok yang terdengar di dalam ruangan itu.
Setelah selesai makan Senja duduk di kursi sebelah ranjang Papanya,. Anak dan ayah itu membahas tentang Amira. Pak Handoko memanggil Amira, menyuruhnya duduk di sampingnya.
Mama Ratih dan Desi juga mendekat, keduanya berdiri disisi ranjang Pak Handoko. Setelah Amira duduk, Pak Handoko mulai bertanya kepada Putri yang akrab dengannya itu.
"Nak, sebenarnya apa yang terjadi pada mu, kenapa kamu sampai kurus begini. Apa benar seperti yang Arsen katakan pada kami kalau kamu bertengkar dengan Firman?" tanya Pak Handoko serius. Dia ingin memastikan apa yang Arsen ceritakan padanya. Setiap orang tua sudah pasti mengkhawatirkan Anak-anak, apa lagi melihat tubuh Anaknya yang dulu montok sekarang menjadi kurus.
Amira tidak menjawab pertanyaan Papanya. Matanya mulai berkaca -kaca, dia sedih Kalau mengingat rumah tangganya yang kini sudah kandas.
Melihat wajah Amira sudah mulai murung, Desi langsung memeluk Amira dari samping, untuk menguat wanita cantik yang menjadi adik iparnya itu.
Mama Ratih menatap iba pada Anaknya, wanita paruh baya itu mengusap air mata Amira dengan jari jempol nya.
"Kenapa kamu menangis, sebenarnya apa yang terjadi sama kamu, coba cerita sama Mama?" desak Mama Ratih pada Amira agar mau bercerita.
Amira juga tidak mau menyembunyikan apa yang terjadi antara dia dan Firman, lambat laun mereka akan tau semuanya. Jadi Amira pikir lebih baik dia bercerita pada kedua orang tuanya. Mungkin dengan bercerita pada kedua orang tuanya akan sedikit mengurangi beban pikirannya.
Akhirnya Amira bercerita pada Mama dan Papanya. "Ma, Pa, sebenarnya aku sama mas Firman...
Bersambung.
Bersambung.