Luna Shang Yuan adalah Ratu dari Kerajaan Shang Yuan, sebuah negeri yang makmur dan kaya raya. Di bawah kepemimpinannya, Shang Yuan mencapai puncak kejayaan, dengan rakyat yang sejahtera dan perdamaian yang terjaga. Namun, meski berada di puncak kemakmuran, hati Luna merindukan petualangan dan kebebasan. Dia memutuskan untuk melepaskan diri dari tugas kerajaan dan berkelana mengelilingi dunia.
Dengan mengenakan hanfu yang anggun dan membawa seruling serta belatinya, Luna memulai perjalanannya. Dia melintasi berbagai negeri, dari hutan belantara hingga pegunungan yang tertutup salju, bertemu dengan berbagai suku dan bangsa. Sepanjang perjalanan, Luna menggunakan suara merdunya untuk membawa kedamaian, menyembuhkan hati yang terluka, dan mengusir kegelapan yang mengancam.
Luna segera menyadari bahwa takdirnya lebih besar daripada sekadar berkelana. Luna menginspirasi banyak orang dan menciptakan legenda yang akan dikenang sepanjang masa.
[Soundtrack mp3: Indila Instrumental]
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Setsuna Ernesta Kagami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luna Shang Yuan (Arc 1: Seruling Perak Yueliang)
Malam di Kerajaan Shang Yuan begitu megah, dipenuhi cahaya bulan yang lembut dan bintang-bintang berkelip di langit.
Di halaman belakang istana, Ratu Luna Shang Yuan melangkah anggun di antara taman bunga yang mekar, aroma harum menyelimuti sekelilingnya. Dia menepi di tepi kolam yang tenang, melihat riak-riak halus yang menciptakan bayangan siluet di permukaan air.
Luna memperhatikan Riak-riak itu dan berbicara pelan kepada dirinya sendiri, "Mengapa, manusia sulit menghargai alam."
Tiba-tiba, bayangan-bayangan hitam melesat melewati pembatas kerajaan, menyerupai hewan serigala buas. Mereka bergerak cepat, berputar mengelilingi Luna, menciptakan suasana mencekam.
"Bagaimana siluman-siluman ini bisa masuk kedalam istanaku?"
Kedua sorot mata Luna menyipit, menilai setiap gerakan mereka dengan ketenangan seorang Ratu. Dalam diam, dia mengeluarkan seruling peraknya bernama Yueliang, yang selalu dibawanya dibalik ikat pinggang.
Ketika bayangan-bayangan itu menyadari ada celah disekitar Luna yang sedang berdiri tenang, mereka melompat dan menerjang ke arahnya dengan raungan menakutkan.
Namun, Luna tidak menunjukkan rasa takut. Dengan penuh ketenangan, dia meniup serulingnya, jemari halusnya menari di atas lubang-lubang seruling, mengeluarkan melodi merdu yang mengalun lembut namun penuh kekuatan.
Suara itu mengalir seperti aliran angin, menciptakan tekanan yang cukup untuk menghempaskan bayangan-bayangan itu, membuat mereka terhempas sekaligus memudar ke dalam kegelapan malam.
Namun, bayangan-bayangan itu mulai berkumpul kembali, kali ini menyatu menjadi sosok siluman ular yang besar, dengan mata merah menyala dan sisik mengkilap.
Luna berhenti bermain melodinya, dia sedikit terkejut dengan sosok itu, "Demi kenyamanan kerajaan yang kupimpin, aku harus segera mengakhirinya."
Ular itu mendesis, memancarkan aura menakutkan, sosok itu siap melahap apa pun di hadapannya. Luna tetap berdiri tegak, tidak terpengaruh oleh ancaman tersebut. Dengan tenang, dia membentangkan seruling di hadapannya, mengusapnya lembut. Dalam sekejap, seruling perak itu bertransformasi menjadi pedang berkilau, tajam dan anggun.
Luna menyodorkan pedangnya kearah sosok siluman itu, "Dengan kekuatan takdir—" suara Luna tenang, namun tegas.
Dia menutup matanya, merasakan aliran energi di sekelilingnya. Siluman ular itu membuka mulutnya, bergerak cepat untuk menelan Luna. Namun, dengan mata yang perlahan terbuka, Luna mengucapkan sesuatu dengan sangat tenang, "Aku akan menghukummu!"
Suhu di sekelilingnya tiba-tiba berubah menjadi sangat dingin, udara yang semula hangat menjadi menggigil. Siluman ular yang meluncur mendekati Luna mulai melambat, seolah terjebak dalam es yang tak terlihat.
Saat hampir menyentuh Luna, siluman itu beku dalam gerakannya yang terpaku, terperangkap dalam dinginnya kekuatan sihir Luna. Perlahan-lahan seluruh tubuh siluman itu membeku, memicu udara yang sangat dingin.
Dengan mata terpejam, Luna memainkan pedangnya dengan anggun. Setiap gerakan adalah tarian, setiap ayunan mengeluarkan kekuatan yang memecah keheningan malam. Siluman ular itu hancur berantakan, serpihan-serpihan es diselimuti oleh kegelapan menyebar ke sekelilingnya, menciptakan tekanan udara dingin yang menyelimuti Luna.
Dengan satu tarikan napas, Luna menatap ke arah langit, "Lagi-lagi... Aku merenggut nyawa makhluk hidup yang tak berdosa."
...- Disinilah Kisah Luna Bergulir sebagai Ratu yang bijaksana -...
...
...
Di sebuah negeri yang jauh, tersembunyi di balik pegunungan yang tertutup kabut, hiduplah seorang perempuan bernama Luna Shang Yuan. Dia dikenal karena suaranya yang merdu dan indah, mampu menenangkan jiwa siapa pun yang mendengarnya. Dalam keheningan alam, Luna sering mengungkapkan pandangannya.
"Menyaksikan gunung yang tertutup kabut, sungai yang tenang mengalir, dan rusa yang menepi di pinggir sungai, manusia belajar bahwa keindahan sejati terletak pada ketenangan dan harmoni alam. Hanya dengan meresapi momen-momen seperti ini, manusia menemukan kedamaian dalam diri sendiri."
Suara Luna bagaikan alunan angin yang berbisik di antara dedaunan, memikat dan mempesona. Dengan balutan hanfu putih yang longgar dan anggun, ia memancarkan aura yang penuh kedamaian. Jubah panjangnya berkibar lembut saat dia melangkah, menciptakan kesan anggun dan penuh rahasia. Di balik hanfunya, tersimpan dua benda yang selalu menemaninya, sebuah belati tajam dan seruling peraknya.
Luna adalah sosok yang cantik alami. Rambutnya panjang dan hitam pekat, terurai bebas hingga pinggang, berkilau seperti sutra di bawah sinar matahari. Wajahnya indah, dengan kulit sehalus porselen, dihiasi sepasang alis rapi dan mata besar yang memancarkan kelembutan. Bibirnya berwarna merah alami, selalu tersenyum tipis, menambah pesona pada keseluruhan penampilannya. Tangan Luna halus dan lentik, setiap gerakannya memancarkan keanggunan. Dia mengenakan perhiasan sederhana, sepasang anting mutiara yang menggantung ringan di telinganya dan gelang perak yang melingkar di pergelangan tangannya.
Ketika itu, dari balik semak-semak, seekor kelinci putih kecil keluar. Bulunya seputih salju dan matanya berkilauan seperti butiran mutiara. Kelinci itu melompat-lompat dengan lincah, mendekati Luna yang berdiri dengan rasa ingin tahu. Luna tersenyum, senyum yang mampu menenangkan hati siapa pun yang melihatnya, bahkan hewan sekalipun.
"Sepertinya kamu ketakutan," katanya dengan suara halus.
Dia perlahan-lahan meraih kelinci itu dengan tangan halusnya, gerakannya lembut dan penuh kasih sayang. Jari-jarinya yang lentik menyentuh bulu kelinci yang lembut, dan kelinci itu tampak merasa aman dalam pelukannya. "Tenang saja, tidak ada yang membahayakanmu di sini, kelinci manis."
Namun, suasana tiba-tiba berubah ketika suara auman terdengar dari balik semak-semak. Dari dalam bayangan pepohonan, seekor serigala buas muncul, matanya tajam menatap kelinci itu dengan kelaparan. Serigala itu adalah makhluk yang menakutkan, dengan tubuh besar dan bulu kasar berwarna abu-abu gelap. Taringnya yang tajam terlihat jelas saat ia mengaum, menandakan ancaman yang nyata.
Luna tetap menampilkan senyuman lembut kepada sang kelinci, "Kelinci manis, kamu mengalami hari yang sulit ya."
Namun, ketika serigala itu melihat Luna, ia terdiam. Matanya yang penuh kebuasan seakan terhalang oleh kehadiran Luna yang penuh ketenangan. Luna tetap berdiri tegak, tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Dengan penuh kasih sayang, dia memeluk kelinci itu erat-erat, melindunginya dari bahaya yang mengancam. Serigala itu, yang sebelumnya terlihat ganas, kini tampak ragu.
"Pergilah!" perintah Luna kepada serigala itu dengan suara yang tenang namun tegas.
Melihat tatapan mata Luna yang penuh ketenangan dan kekuatan, serigala itu berbalik dan lari ketakutan, menghilang kembali ke dalam kegelapan hutan. Luna menatap kepergian serigala itu sejenak sebelum kembali memperhatikan kelinci di pelukannya. Dia mengelus lembut kepala kelinci itu, memberikan rasa aman yang mendalam.
"Tidak ada ketakutan di hatimu yang mungil, kelinci manis."
Luna Shang Yuan, yang dikenal dengan julukan Moonlit Empress, dia adalah pengguna Aura Qi Mutlak yang sedingin Es. Ketika dia menunjukkan Hakinya, orang-orang yang berhadapannya merasakan adrenalin berbahaya, menciptakan rasa ketakutan dan intimidasi. Itulah yang dirasakan oleh serigala buas saat menghadapi sosoknya, sosok yang mampu menaklukkan kegelapan dengan seribu ketenangan.
'dengan kekuatan bulan, akan menghukummu'
semangat terus