Ica semenjak di tinggal oleh Azzam tanpa alasan akhirnya memilih menikah dengan pria lain, syukurnya pernikahannya dengan suaminya yang awalnya tak begitu di cintainya berjalan dengan harmonis dan bahagia.
Tapi ternyata Ica di tipu mentah-mentah oleh sikap baik suaminya selama ini, justru suaminya ternyata pria yang suka berselingkuh dan gonta-ganti pasangan untuk memuaskan nafsu birahinya.
Bagaimana dengan rumah tangga Ica dan suaminya selanjutnya?
Apakah Ica tetap bertahan atau justru memilih berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Ica Lestari sahabat Rani atau mungkin lebih di kenal adik sepupu Putra (Kelanjutan Novel Cinta Tak Harus Memiliki) Ica sempat menjalin hubungan dengan Azzam kakak sepupunya Rani, ketika hubungan mereka ingin jalan satu tahun tiba-tiba Azzam menghilang bak di telan bumi.
Tak ada alasan apapun yang di berikan pada Ica tentang hubungan mereka sampai pada akhirnya Ica menyerah dan memilih menikah dengan pria lain, syukurnya pernikahannya dengan suaminya berjalan harmonis seperti rumah tangga kebanyakan orang pada umumnya.
Bahkan di pernikahan mereka yang kini berjalan delapan tahun Ica sudah memiliki dua anak perempuan, putri sulungnya baru saja menduduki bangku sekolah kelas satu SD. Sedangkan putri bungsunya baru berusia satu tahun, Mentari dan Senja itulah nama kedua anaknya.
Jarak yang cukup pas antara anak pertama dan anak kedua, sebab itu memang rencana Ica dan suaminya Hendra sewaktu Ica melahirkan anak pertama. Setelah selesai resepsi pernikahannya dan Hendra, Ica di boyong ke kota dimana tempat tinggal suaminya.
Cukup jauh dan memakan waktu sampai delapan jam jika mengendarai mobil, semenjak melepas masa lajangnya Ica memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya waktu itu yang bekerja sebagai wakil CEO di perusahan Sisil mamanya Rani berdampingan dengan Azzam yang sebagai CEO.
Namun Azzam hilang tanpa kabar hingga detik ini Ica tak tahu lagi mengenai kabar Azzam, apakah sudah kembali lagi menjadi CEO di perusahaan Sisil mamanya Rani atau masih menghilang bak di telan bumi. Ica berhenti bekerja atas permintaan suaminya, tentu saja Ica setuju apalagi dirinya di boyong jauh dari tempat tinggalnya dulu.
Dan beginilah keadaan Ica sekarang, di sibukkan dengan mengurus rumah tangga tapi meski Ica tidak lagi menjadi wanita karir kehidupan ekonominya cukup baik. Memiliki suaminya yang punya usaha rental mobil, dan dua cabang minimarket yang tersebar di kota tempat tinggalnya saat ini.
Usaha itu di bangun setelah acara pernikahan mereka selesai, membangun usaha itu mengunakan uang dari para tamu undangan dan tabungan mereka berdua yang di satukan. Lambat laun usaha itu berjalan lancar, hingga akhirnya bisa melebar dengan membuka gerai minimarket.
"Pa, bangun" ujar Ica menggoyangkan lengan suaminya berusaha membangunkan suaminya
Dan tentu tidur suaminya terasa terganggu, tubuh suaminya bergerak tapi tak membuka mata sama sekali. Namun terdengar juga suaminya mendengus kesal, karena merasa tidurnya yang sangat nikmat di ganggu begitu saja.
"Pa, sudah jam delapan loh"
Mendengar istrinya mengatakan jika sekarang pukul delapan pagi, sontak saja membuat kedua mata Hendra yang engan terbuka kini membelalak dengan sempurna. Bahkan tubuhnya yang tadi berbaring langsung terduduk, pandangan Hendra tertuju ke arah jam dinding.
"Ma, kemarin aku sudah bilang minta tolong bangunin jam enam" protes Hendra
"Udah dari tadi Mama bangunin Papa"
Terdengar hembusan napas berat dari mulut Hendra, tanpa menjawab lagi Hendra beranjak dari ranjang lalu berjalan ke kamar mandi yang ada di dalam kamar. Selang berapa detik terdengar bunyi gemericik air, melihat sikap suaminya Ica tak ambil pusing sebab sudah biasa.
Suara tangisan bayi yang ada di box bayi membuat Ica mengalihkan pandangannya, terlihat bayi kecilnya menangis dengan suara cukup keras. Bergegas Ica meraih bayi kecilnya lalu di dekapnya sembari di timang-timang, untuk menenangkan bayi kecilnya dan akhirnya tangis itu mereda.
Berapa menit kemudian tidak terdengar lagi gemericik air dan suaminya pun keluar dari kamar mandi, sementara Ica masih menggendong bayi kecilnya di dalam kamar. Suaminya yang hanya mengunakan handuk yang menutupi bagian pinggang sampai lutut, berjalan menuju nakas.
"Jadi pergi, Pa?"
"Iya, Ma. Sudah janji dengan teman, mau bahas soal usaha yang ingin kami buka" sahut Hendra
Terlihat Hendra meraih HP-nya yang tergeletak di atas nakas, kemudian Hendra membaca rentetan pesan di HP-nya yang sudah berapa jam lalu masuk. Bergegas Ica kembali membaringkan bayi kecilnya ke dalam box bayi, lalu Ica mengambilkan satu stel baju kemeja dan celana untuk suaminya.
"Bajunya Mama taruh disini, Pa" ucap Ica sembari meletakan satu stel pakaian di atas tempat tidur
"Iya, makasih ya"
Hendra menoleh ke arah istrinya, setelah itu pandangan Hendra kembali menatap ke layar HP-nya yang ada di tangannya. Hendra membalas pesan lalu terkirim, Hendra meletakkan kembali HP-nya di atas nakas lalu berjalan ke arah dimana istrinya meletakkan satu stel pakaiannya.
"Sarapan dulu, Pa" ujar Ica pada suaminya yang baru saja duduk di kursi makan
Hendra mengangguk kemudian membuka tudung saji, menu makanan kesukaannya terhidang di depannya. Udang saos pandang dan tumis kacang campur toge, segera Hendra mengisi piringnya yang sudah ada nasi dengan lauk pauk tersebut.
Hendra mulai menyantap dengan sangat lahap hidangan yang di masak oleh tangan istrinya, bahkan tak jarang Hendra sampai nambah lagi. Hendra dan Ica menikmati sarapan pagi, sembari membahas tentang perkembang putri sulung mereka di sekolah.
"Kalau kamu kelelahan mengurus rumah, bilang saja ya. Nanti Papa carikan ART, yang bisa bantu kamu" ucap Hendra
"Iya, Pa. Untuk saat ini Mama lebih suka seperti ini, masih keurus semua kok" jawab Ica sembari memperlihatkan senyum manisnya, Hendra hanya mengangguk.
Setelah nasi di piring mereka masing-masing habis, Hendra beranjak dari kursi makan dan kembali masuk ke dalam kamar untuk mengambil kunci mobil dan dompet beserta HP-nya yang memang belum di bawanya. Sementara Ica membersihkan meja makan, sekaligus mencuci piring bekas mereka makan.
"Ma, Papa berangkat dulu ya"
Terdengar suara suaminya dari arah belakang, Ica langsung mencuci tangannya lalu mengerikannya dengan serbet yang tergantung di atas wastafel cuci piring. Ica menghampiri suaminya yang sudah berapa di ruang depan, kemudian Ica mencium punggung tangan suaminya dengan takzim.
"Jaga diri baik-baik di rumah" pesan Hendra setiap kali meninggalkan istrinya sendirian di rumah
"Iya, Pa. Hati-hati di jalan, kalau pekerjaan Papa udah selesai langsung pulang ya"
Hendra mengangguk lalu melangkah pergi, Hendra berjalan keluar rumah menuju garasi mobil. Sementara Ica kembali ke belakang untuk melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda, pasalnya masih ada beberapa pekerjaan yang belum Ica kerjakan.
Jarum jam terus berputar, Ica telah selesai mengurus pekerjaan rumah dan kini Ica di sibukkan mengurus bayi kecilnya. Sampai membuat Ica tak menyadari bahwa HP-nya yang tergeletak di atas nakas itu dari tadi bergetar, bahkan di layar HP-nya terpampang jelas ada empat panggilan tak terjawab dan ada juga dua pesan masuk dari nomor yang tidak di kenal.