NovelToon NovelToon
Just Cat!

Just Cat!

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Roh Supernatural / Bad Boy / Slice of Life / Kekasih misterius
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Souma Kazuya

Hidupku mendadak jungkir balik, beasiswaku dicabut, aku diusir dari asrama, cuma karena rumor konyol di internet. Ada yang nge-post foto yang katanya "pengkhianatan negara"—dan tebak apa? Aku kebetulan aja ada di foto itu! Padahal sumpah, itu bukan aku yang posting! Hasilnya? Hidupku hancur lebur kayak mi instan yang nggak direbus. Udah susah makan, sekarang aku harus mikirin biaya kuliah, tempat tinggal, dan oh, btw, aku nggak punya keluarga buat dijadiin tempat curhat atau numpang tidur.
Ini titik terendah hidupku—yah, sampai akhirnya aku ketemu pria tampan aneh yang... ngaku sebagai kucing peliharaanku? Loh, kok bisa? Tapi tunggu, dia datang tepat waktu, bikin hidupku yang kayak benang kusut jadi... sedikit lebih terang (meski tetap kusut, ya).
Harapan mulai muncul lagi. Tapi masalah baru: kenapa aku malah jadi naksir sama stalker tampan yang ngaku-ngaku kucing ini?! Serius deh, ditambah lagi mendadak sering muncul hantu yang bikin kepala makin muter-muter kayak kipas angin rusak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Souma Kazuya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 5: Sebuah Nama untuk Carlos

Matahari pagi baru saja menampakkan sinarnya ketika Ruri terbangun. Cahaya lembut menyinari kamarnya yang sederhana, memantul dari dinding putih pudar yang tampak begitu kontras dengan kehidupan barunya yang penuh warna. Pikirannya kembali pada peristiwa semalam, ketika sang pria aneh, yang telah muncul tiba-tiba dalam hidupnya, memberikan koin emas. Koin itu aneh—bentuknya tidak biasa, dengan ukiran yang seolah-olah berasal dari masa lalu yang penuh misteri.

Di atas meja dapur, Ruri memandangi koin emas itu sekali lagi. “Apa yang sebenarnya ada dalam pikiran pria itu?” gumamnya, kebingungan. Meski tergoda untuk menerima koin tersebut dan mungkin menjualnya demi melunasi sebagian dari masalah keuangannya, harga diri Ruri tak mengizinkannya.

Dengan tekad kuat, Ruri melangkah ke ruang tamu, menemukan sang pria aneh sedang duduk di sofa dengan wajah tenang, tampaknya masih setengah tertidur. "Hei," panggil Ruri, mengulurkan koin emas itu di hadapannya. "Aku tidak setak berdaya itu untuk membutuhkan bantuan orang lain. Aku masih bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupku sendiri."

Pria itu, yang biasanya penuh energi, tampak terkejut saat menerima koin emas kembali. Tangannya meraih koin itu dengan pelan, sementara matanya terus menatap Ruri dengan penuh keheranan. Dia tampaknya tidak menyangka bahwa Ruri akan mengembalikan pemberian yang sangat berharga itu.

Di dapur, Ruri mulai mempersiapkan sarapan. Tidak biasanya ia memasak untuk dua orang, tapi entah kenapa, sekarang dirinya sudah terbiasa dengan kehadiran pria aneh itu, meski baru beberapa hari mereka hidup bersama. Ia menyiapkan dua porsi nasi dan telur, dan tanpa sadar, gerakannya semakin luwes seiring waktu. Ada perasaan aneh yang mengalir di dalam dirinya, perasaan menerima kehadiran orang lain yang awalnya tidak pernah ia duga.

Sementara itu, pria aneh itu memperhatikan Ruri dengan saksama. Ada senyum halus yang bermain di bibirnya. "Kau sudah mulai terbiasa denganku, ya?" katanya sambil tertawa pelan. Ruri hanya menatapnya sekilas tanpa menanggapi. Ya, terbiasa karena kamu tak kunjung pergi, pikirnya sambil berusaha menahan senyumnya sendiri.

"Hei, kamu nggak mau mandi dulu apa?" kata Ruri tanpa menoleh. "Aku masih masak, nanti malah nggak sempat kalau udah kelar."

Carlos mendengar permintaan itu, dan naluri pertamanya adalah menolak secara halus. Sebagai kucing, air adalah musuh besarnya. Dia sudah membayangkan air dingin yang menakutkan, menggigil membayangkan bulu-bulunya basah. Dia hendak membuka mulut untuk menjawab, "Aku ini kucing, air itu—," tapi kata-katanya terhenti begitu saja.

Ruri berbalik dan menatapnya dengan ekspresi yang... sulit dijelaskan. Dia tampak jijik, hidungnya sedikit meringis. "Tampan-tampan tapi nggak mandi, hyukh," komentarnya singkat, seolah memendam rasa jijik yang tak terelakkan. Matanya bahkan meliriknya sejenak dari ujung kepala sampai kaki.

Carlos terdiam, harga dirinya sebagai "lelaki"—atau lebih tepatnya kucing lelaki—langsung terluka. Tatapan jijik Ruri menembus dirinya seperti panah. Dia tak bisa membiarkan itu. Dengan sedikit dendam yang berkobar di hatinya, Carlos berdiri dari kursinya. "Baiklah," katanya singkat, meskipun hatinya berontak pada keputusan itu.

Dia berjalan menuju kamar mandi dengan langkah berat. "Air... Aku ini kucing, bukan manusia... Apa mereka nggak tahu aku takut air?" batinnya, mencoba menghibur diri. Tapi, harga dirinya yang telah disinggung oleh Ruri memaksanya untuk menghadapi rasa takut itu.

Carlos menyalakan shower dan merasakan air dingin yang langsung membuat tubuhnya gemetar. Dia hampir mundur, namun teringat ekspresi Ruri yang seolah menghakimi. Dengan keberanian yang dipaksakan, Carlos menutup matanya dan membiarkan air dingin membasuh seluruh tubuhnya, meskipun itu terasa seperti siksaan.

Di luar kamar mandi, Ruri tersenyum akan sesuatu yang dianggapnya konyol yang dilakukan oleh pria aneh itu.

___

Hari itu adalah hari Sabtu, tanpa kuliah. Ruri berencana untuk mencari pekerjaan paruh waktu, dan ia duduk di meja makan sambil memeriksa beberapa brosur lowongan pekerjaan. Matanya menelusuri setiap deskripsi pekerjaan, berharap menemukan sesuatu yang bisa membantunya mendapatkan penghasilan lebih. Tapi tidak banyak pilihan yang cocok dengan jadwal kuliahnya.

Melihat Ruri yang serius, pria aneh itu mendekat dan duduk di sampingnya. Dia menatap brosur itu dengan penuh perhatian, seolah-olah dia juga ingin membantu. Setelah beberapa saat, dia menunjuk salah satu brosur. “Bagaimana dengan ini?” katanya, menunjuk lowongan di sebuah warung kecil. "Pemiliknya baik, dia sering memberiku makanan sisa waktu aku berkunjung ke sana."

Ruri mengernyit. “Makanan sisa pelanggan?” tanyanya, setengah jijik. “Apa kau punya fetish aneh untuk memakan makanan sisa orang lain?”

Pria itu tertawa kecil, tampaknya tidak terlalu terganggu dengan tuduhan Ruri. "Bukan begitu. Aku hanya... berusaha bertahan hidup. Dan sekarang, kau butuh pekerjaan, kan?"

Ruri menghela napas panjang. “Baiklah, aku akan bekerja di sana, tapi itu demi memastikan tidak ada lagi yang berperilaku aneh kayak kamu yang makan makanan sisa. Kalau aku bekerja di sana, aku harus memastikan tidak ada orang yang berperilaku aneh.”

 ___

Tidak lama kemudian, mereka berdua mendatangi warung yang dimaksud. Warung itu sederhana namun ramai pengunjung, dengan seorang wanita paruh baya yang tampak ceria di balik meja kasir. Wanita itu, yang bernama Bu Zakiah, menyambut mereka dengan senyum lebar.

"Ah, kamu lagi!" seru Bu Zakiah ketika melihat pria aneh itu. “Selalu datang tepat waktu, ya? Kau mau apa kali ini?”

Sebelum pria aneh itu sempat menjawab, Ruri segera angkat bicara. “Kami mau melamar pekerjaan,” ujarnya singkat, menunjukkan brosur lowongan pekerjaan.

“Oh, tentu, tentu!” jawab Bu Zakiah antusias. “Kebetulan sekali, saya memang butuh dua orang pegawai. Kalian pasangan, ya?” tanya Bu Zakiah dengan senyum menggoda.

Ruri hampir tersedak mendengar pertanyaan itu. “Tidak! Dia hanya... teman,” jawabnya cepat. Meski begitu, pipinya memerah sedikit.

Sementara itu, Bu Zakiah tampak semakin tertarik pada pria aneh itu. “Kamu tampan sekali, ya. Kenapa tidak memperkenalkan namamu sejak tadi?” tanyanya, sambil terus memperhatikan pria itu dengan kagum.

Ruri terdiam sejenak. Dia baru menyadari bahwa selama ini, dia tidak pernah tahu nama pria aneh itu.

Pria itu menoleh ke arah Ruri, lalu tersenyum lembut. “Pemilikku belum memberiku nama,” katanya dengan nada serius.

Ruri menatapnya tak percaya. “Apa-apaan itu?” gumamnya. Namun, tiba-tiba tanpa berpikir panjang, dia berteriak, “Carlos!” Nama itu keluar begitu saja dari mulutnya, terinspirasi oleh frasa “Cat Loser” yang terus terngiang di kepalanya yang identik dengan kelakuan sang pria aneh dalam pandangan Ruri.

Pria itu tampak terkejut, namun hanya untuk sesaat. Dengan mata berbinar, dia tersenyum lebar. “Carlos, ya? Aku suka nama itu!” katanya dengan penuh kegembiraan, seolah-olah nama itu adalah sesuatu yang sangat berarti baginya.

Bu Zakiah tertawa kecil. “Wah, kalian lucu sekali. Baiklah, Carlos, Ruri, kalian berdua diterima bekerja di sini. Mulai sekarang, kita akan bekerja sama!”

 ___

Hari itu, mereka mulai bekerja di warung. Carlos, meski terlihat seperti pria tampan yang elegan, ternyata cukup cekatan melayani pelanggan. Ruri memperhatikan dari kejauhan, kagum pada bagaimana Carlos dengan mudahnya berbicara dengan pelanggan, membuat mereka merasa nyaman. Bu Zakiah bahkan tak henti-hentinya memuji ketampanan Carlos, membuat Ruri merasa sedikit risih.

Di balik meja, Ruri sibuk membantu menyiapkan pesanan dan membersihkan meja. Sementara itu, Carlos dengan senyum cerahnya membantu melayani pelanggan dengan cara yang santai namun penuh pesona. Setiap kali pelanggan memuji warung itu atau makanannya, Carlos selalu tersenyum lebar, seolah-olah dia benar-benar menikmati pekerjaannya.

 ___

Malam hari pun tiba, dan warung akhirnya tutup setelah seharian penuh melayani pelanggan. Ruri dan Carlos berjalan pulang bersama, dengan suasana yang lebih tenang setelah lelah bekerja. Saat mereka tiba di depan rumah, Ruri duduk di bangku kecil di luar, menikmati angin malam yang sejuk. Tanpa diminta, Carlos duduk di sebelahnya.

Ruri menatap bintang-bintang di langit. "Nama Carlos itu hanya iseng," ujarnya tiba-tiba, merasa perlu menjelaskan dirinya. "Aku tidak memikirkan apa-apa saat memberimu nama itu."

Carlos tersenyum kecil, menoleh ke arah Ruri. "Itu bukan masalah. Bagiku, nama itu sangat berarti."

Ruri meliriknya sejenak, kemudian kembali memandang ke langit. "Kau itu siapa sebenarnya?" tanyanya pelan, suaranya terdengar lebih lembut daripada biasanya. "Kau muncul tiba-tiba dalam hidupku, membawa kekacauan, dan entah bagaimana, aku membiarkanmu tinggal."

Carlos hanya tersenyum, tatapan matanya teduh. "Aku sudah bilang, aku adalah kucingmu. Kucing yang paling kau sayangi."

Ruri mendengus pelan, setengah tak percaya. Bagaimana bisa pria ini terus mengatakan hal seperti itu dengan nada yang begitu serius? Tapi ada sesuatu dalam cara Carlos mengatakannya yang membuat Ruri terdiam. Ia menatap bintang jatuh yang melintas di langit, dan untuk sesaat, ia merasa seperti dirinya berada di ambang sesuatu yang besar dan tak terduga. Seperti bintang jatuh yang berkilau sebentar, lalu hilang, Ruri merasa hidupnya kini penuh dengan kejutan.

Malam itu, angin membawa sejumput ketenangan, dan tanpa mereka sadari, dunia di sekitar mereka perlahan berubah.

"HASIL SELEKSI BERKAS KOMPETISI PEMUDA TANGGUH. 100 PESERTA YANG DINYATAKAN LOLOS DALAM BABAK ELIMINASI UTAMA."

Ruri

Ruri berhasil lolos dalam Kompetisi Pemuda Tangguh yang awalnya dia daftari hanya dengan keyakinan setengah, sebuah program Pemerintah untuk memilih aktivis perwakilan bangsa.

1
pdm
apakah ini sdh tamat
pdm
😢😢😢
pdm
lanjutkan kak
Souma Kazuya: Terima kasih kk
total 1 replies
Binay Aja
Hai Ruri tetep semangat ya, yuk kakak singgah di karya ku perjalanan Cinta Sejati cinta beda agama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!