anatasya deanza putri, berusia 17 tahun.
Semula, Dia hidup dalam keluarga yang penuh dengan cinta. Rumah yang selalu menjadi tempat ternyaman baginya, rumah yang selalu memeluknya saat dia rapuh. Namun, tiga tahun yang lalu saat berusia 14 tahun, Segalanya berubah. Dirinya dituduh sebagai seorang pembunuh, dan penyebab meninggalnya bunda. Hari demi hari dia lewati dengan rasa sakit dari keluarganya.
Rumah yang dulu menjadi tempat dia berlindung. Kini rumah itu menjadi tempat penyiksaan dan rasa sakit bagi fisik maupun mentalnya.
Akankah gadis itu terus bertahan sampai akhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowerrrsss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
prolog
2021
Tasya mencerna apa yang baru saja terjadi saat ini. Cairan berwarna merah mulai mengalir dari sisi tubuh bundanya.
Dia memukul kedua pipinya, memastikan yang terjadi saat itu hanya mimpi. Namun, pipinya terasa sakit. Tasya diam mematung saat dia merasakan sakit pada pipinya. Air matanya terjatuh, dia sadar kejadian saat itu adalah nyata.
"BUNDAAA!"
"BUNDA BANGUN BUN!"
"BUNDAAAA!"
Terdengar suara teriakan yang semakin mendekat, membuat tasya tersadar dari lamunannya. Pandangannya menatap tiga anak laki laki dan seorang pria yang sudah cukup tua berlari ke arah bundanya. Matanya menatap sang ayah yang menangis. Tasya mematung. Dia tidak bergerak, bahkan dia tidak berkedip. Hanya air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.
☆☆☆☆☆
Kini bundanya tiba di rumah sakit. Tasya, ayah dan ketiga anak laki laki itu terus menunggu kabar baik mengenai bundanya. Mereka tidak berhenti berdoa untuk kesembuhan bunda.
Anak sulung bernama bryan. Sedari tadi bryan seperti setrikaan, yang kesana kemari. Anak kedua bernama robert. Dia berdiri di dinding samping pintu ruangan bunda. Anak ketiganya bernama william. dia sedang duduk bersama sang ayah. Lalu tasya? Dia berdiri sembari menyandarkan tubuhnya ke dinding.
Tak lama kemudian, dokter keluar dari ruangan tempat menangani bunda.
"bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya seorang laki laki yang merupakan suami dari wanita yang di tangani oleh dokter.
Belum sempat dokter menjawab, salah satu anak laki laki bertanya "dok bunda saya baik baik aja kan?"tanya putra kedua dari wanita tersebut.
"bunda kita pasti dia baik baik aja kan?" disusul dengan tanya william.
"maaf, saya sudah melakukan yang terbaik untuk istri bapak dan bunda kalian. Namun, tuhan berkata lain. bu sekar telah meninggal dunia" jawab dokter itu. Semuanya di buat kaget dengan apa yang dikatakan dokter itu.
"ga mungkin dok"
"ga mungkin bunda saya meninggal"
"GA MUNGKIN" teriak wiliam tak terima.
"dok saya mohon, ini ga lucu. Bunda saya baik baik aja kan? DOKTER BERCANDA KAN?" teriak robert yang masih tak menyangka bahwa bundanya telah tiada.
Tasya yang mendengar bundanya telah tiada, seketika tubuh terasa lemas, hatinya sangat sakit seperti di tusuk pisau berkali-kali.
Salah satu anak laki laki tersebut menatap tasya dengan penuh amarah dan kebencian.
"INI SEMUA GARA GARA LO!" teriak bryan penuh dengan amarah. "DASAR PEMBUNUH!"
"KENAPA BUKAN LO YANG MATI!" di sahut dengan teriakan anak laki laki bernama robert "KENAPA HARUS BUNDA!" lanjutnya.
Air mata tasya terus menetes. Detak jantungnya berdegup hebat tak karuan. Tidak pernah terbayang olehnya jika kejadian itu dapat membuatnya kehilangan sosok bunda. Dan siapa yang menyangka kejadian saat itu sangat membawa pengaruh pada dirinya di masa depan.
Terbayang beberapa menit sebelumnya, saat dia berlari-lari menyebrang jalan raya yang penuh kendaraan yang sedang melaju. Dia tidak melihat mobil yang sedang melaju cukup kencang ke arahnya. Dengan cepat bundanya berlari ke arah putrinya dan mendorong putrinya ke arah lain. Bundanya terpelanting karena benturan yang cukup hebat. Kepalanya menghantam trotoar di bahu jalan. Beberapa tubuh bunda dipenuhi dengan luka.
Tangisan yang dia tahan dari tadi, akhirnya meledak. Tasya tersadar apa yang telah terjadi saat itu menghancurkan hatinya. Dia tak mampu mengubah keadaan.
Sejak itu, tasya sendirian di dunia yang kejam ini. Papah dan kakak kakaknya membenci dirinya.