Saga, Kira Dan Luna adalah tiga bersaudara yang bisa melihat hantu. satu persatu arwah datang untuk meminta pertolongan. Kematian kedua orang tua yang misteriuspun masih menjadi misteri Dan mereka berusaha mengungkapkan siapa dalang di balik pembunuhan kedua orang tuanya. Dapatkah Saga, Kira Dan Luna mengungkap siapa dalang do balik pembunuhan Itu Dan dapatkan mereka menyelesaikan semua maslah para arwah gentayangan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirei39, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis Bergaun Merah
Bab 1
"Hentikan!! " teriak seorang wanita yang bersimpuh tak berdaya di lantai dengan penuh luka di tubuhnya saat melihat dua orang pria kelar memukul habis habisan seorang pria yang sudah tak berdaya.
"Kalian sudah terlalu banyk mengetahui rahasia ku." ucap seorang pria bertubuh besar yang tak terlihat wajahnya duduk tumpang kaki di depan si wanita.
si wanita merangkak mendekati suaminya yang telah jatuh di lantai dengan darah yng memenuhi mulut dan wajahnya.
"suamiku!"panggilnya.
"sisil dan Tara zoldick." si pria gemuk berdiri dan menghampiri pasangan suami istri tersebut.
"kalian sudah terlalu jauh mengetahui hal yang seharusnya tidak kaalian ketaahui." ucap si pria besar.
si pria besar mengangguk pda kedua anak buahnya dan mereka lngsung mengeluarkan pistol yang langsung di todongkan ke kepala Tara dan sisil.
DOOORRRR..
Kedua orang itu jatuh dengan luka tembak di kepala ,sisil jatuh tepat menghadap lemari besar yang ada di ruangan itu, dia melihat dari sedikit celah sepasang mata kecil yang menaangis melihat kejadian itu tanp suara.
"Ibu!!!" terik seorang pria yang terkejut kaarena terbangun dari mimpi masa lalu yang begitu menyeramkan baginya.
Keringat membasahi dahi dan nafas yang begitu terengah engah seolah telah berlari sangat jauh sekali.
Tok
Tok
Tok
"Kak saga? Kakak baik baik saja?" teriak seorang gadis di depan pintu kamar.
saga mengusap wajahnya lalu turun dari tempat tidur dan membuka pintu kamarnya.
"Aku baik baik saja. tidak apa apa Luna." jawab saga dengaan lembut pada gadis cantik berambut ikal panjang berusia 16 tahun itu.
"Aku pikir kakak kenapa karena barusan teriak teriak." ucap Luna.
"Apa kakak perlu aku temani tidur biar tidak mimpi buruk?" tanya Luna dengan polosnya.
saga tersenyum dan mengusap rambut Luna.
"Tidak apa apa, Kakak bukan anak kecil lagi." jawab saga.
"Memangnya kakak sepertimu? Gadis kecil." sambungnya.
"Mmmm..Baiklah." jawab Luna yang langsung pergi meningglkan saga dan kembali ke kamarnya.
"Apa apaan anak itu. Sikapnya mudah sekali berubah"Saga gelenggeleng kepala melihat tingkah adiknya yang langsung berubah 180 derajat dengan cepatnya.
"Ada apa?" tanya Kira ,adik pertama saga yang terbangun karena mendengar keributan di luar kamar yang tak jauh dari kamar saga dan Luna.
"Tidak ada,kembalilah tidur masih malam." jawab saga dan langsung menutup pintu kamarnya kembali.
Kira yang tak mengerti hanya garuk garuk kepala dan dia pun kembali ke kamarnya.
Saga kembali membaaringkaan tubuhnya di tempat tidur. Dia menaatap langit langit kamar dengan pikiran yang tak menentu,membayangkan kembali mimpinya tentang masa lalu saat kedua orang tuanya meninggal saat dia dan adik adiknya masih kecil.
Tiba tiba matanya melihat suatu titik hitam yang bergantung di langit kamarnya dan lama kelamaan titik hitam itu berubah menjadi bentuk wajah Ibunya namun kini menghilang begitu saja.
saga menghela nafas kasar lalu bangkit menuju jendela kamar dan membuka gorden. Dia menatap kosong ke jjalanan yang gelap dan sepi.
"Jangan pernah meniru wajah Ibuku jika tidak ingin binasa." gumamnya dengan wajah dingin.
****
saga sudah menyiapkann sarapan saat adik adiknya bangun. Dia sudah menunggu di meja makan dengan segelas kopi panas di tangannya.
"Pagi, kak." Luna yang pertama turun langsung menyapa kakaknyaa dan mencium pipi nya.
Karena Luna adik bungsu dan satu satunya wanita, dia memang manja dan selalu di manja oleh kakak kakaknya apalagi oleh Saga karena saga merasa itu tanggung jawabnya sebagai kakak tertua untuk menjaga adik perempuan satu satunya.
" Pagi." sapa Kira yang juga turun dengan menenteng tasnya.
Kira adik laki laki saga yang tidak banyak bicara namun kadang bisa lebih cerewet dari Luna dan juga menyayangi Luna walaupun mereka sering bertengkar karena hal sepele.
"Kak, apa novel kakak kali ini akan dibukukan juga?" tannya Luna di sela sarapannyaa.
"Entah, Kakak belum tau karena bukunya belum selesai." jawab Saga.
saga adalah seorang penulis novel horor yng cukup ternama dan sudah banyak di terbitkan sebagai buku.
"Memang kalau sudah di terbitkan mau apa? pasti mau minta di belikan sesuatu." celetuk Kira.
"Apa sih. Aku kan cuma nanya, Memang tidak boleh ya bertanya.ya kan, Kak?" Luna mencari pembelaaan kakaknya.
Saga hanya tersenyum karena sudah biasa dengan pertengkaran antara kedua adiknya itu.
"Kak, aku....rasanya semuakin jelas melihat haantu." tiba tibaa Luna membahas yang lain.
Saga dan Kiraa langsung saling tatap.
"Aku sih gak takut, tapi kadang suka kelihatan yang serem banget. Lumayan takut." jelas Luna sambil tertawa.
"Anggap aja ketemu sama oraang normal. Nanti juga biasa." Kata Kiraa sekena nya.
"Kakak enak sudah lihat mereka dari dulu, jadi sudah tidak takut lagi." Luna bersungut.
"Aku kan baru baru ini saja, jadi masih takut. ya kan , Kak?!" kembali mencari pembelaan kakaknya.
"Ya benar, perlahan lahan saja nanti juga akan terbiasa." jawab saga.
"Kami juga dulu seperti itu, terkejut dan takut." kata Saga.
"Benar, bahkan duu aku tak berani keluar kamar karena mereka ada dimana mana." sambung Kira.
Saga tersenyum saat ingat dulu betapa ketakutannya Kira lihat arwah orang yang baru saja meninggal karena kecelakaan dan dengan wajah yang hancur.
"Tapi kenapa kita bisa lihat hal hal seperti itu, Kak? apa Ibu dan Ayah juga dulu seperti itu?"tanya Luna yang membuat Saga menghentikan suapan nya.
Kira yang mengerti sikap Saga langsung terdiaam saat menyangkut orang tuanya itu berusah memecah suasana.
"Sudah siang, Ayo berangkat." Kira langsung bangun dan mengajak Luna berangkat.
"Eh tapi ini kan masih pagi, Kak." ucap Luna yang gelagapan karenaa masih mengunyah makanannya.
"Ayo atau aku tinggal biatr berngkat sendiri.' Ancam Kira.
"Ya sebentar!" teriak Lunna.
Luna bangkit dan langsung berlari keluar namun kembali dan mencium pipi Saga.
"Aku berangkat." katanya lalu berlari keluar karena Kira siudah menyalakan motor gede nya.
Saga terdiam setelah kedua adiknya pergi. Dia kembali harus mengingat hal yang tak ingin dia tentang kedua orang tua.
Saga berjalan masuk ke kamarnya dan membuka lemari pakaian dan mengeluarkan kotak kayu dari dalamnya.
Saga duduk di tepi ranjang dan perlahan membuka kotak kayu tersebut. Terlihat sebuah foto usang disana, ada seorang wanita dan seorang pria dengan dua anak laki laki dan bayi di dalam gendongan si wanita.
Terlihat wajah mereka sangat bahagia saat foto itu di ambil. Tangan Saga gemetaran, dia menahan perasaan yang bercampur aduk di dadanya.
"Ayah, Ibu. Aku pasti akan menemukan orang yang sudah mencelakai kalian. Aku janji." gumam Saga sambil mengelus foto usang tersebut.