~Silahkan baca karya sebelumnya "Tiba-tiba Jadi Istri Pak Guru" supaya paham alurnya.
"Aku suka sama kamu"
"Tapi aku sudah menikah"
"Aku tunggu jandamu"
"Silakan saja"
Tidak ada yang menyangka, wanita yang menjadi dambaannya sejak lama ternyata istri dari sahabat nya sendiri.
Namun tidak ada yang mustahil di dunia ini, jodoh pasti bertemu.
Rafasya Dimas Anggara sejak lama mengagumi Tisya Andini, berulang kali dia menyatakan cinta pada Tisya namun Tisya selalu menolaknya. Tapi Dimas tidak menyerah begitu saja, setiap malam ia selalu meminta pada Tuhan untuk mempersatukan mereka.
Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ssabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
❤️❤️❤️❤️❤️ HAPPY READING ❤️❤️❤️❤️❤️
Di tengah perjalanan menuju ke rumah, Dimas berhenti di salah satu toko perhiasan.
"Tolong keluarkan satu set perhiasan limited edition" Perintah Dimas.
Pegawai toko itu mengeluarkan satu set perhiasan yang ada berliannya.
Ia memeriksa keadaan perhiasan itu kemudian mengeluarkan kartu debitnya.
"Bungkus yang rapi" Perintah Dimas.
Sembari menunggu pesanannya selesai, ia duduk di kursi bersama para pembeli lainnya.
Ia menunggu sambil memain-mainkan ponselnya.
Ketika ia tengah asik bermain ponsel tiba-tiba ada seorang wanita yang duduk di sampingnya kemudian menyapanya.
"Pak Dimas ya?" Tanya wanita itu.
Dimas menoleh ke arah wanita yang mengenakan masker yang duduk di sampingnya.
"Iya, siapa ya?" Tanya Dimas karena ia tidak mengenalinya.
Wanita itu membuka masker yang ia kenakan kemudian tersenyum.
Dimas mencoba mengingat-ingat kembali.
"Seperti pernah berjumpa, tapi maaf saya lupa" Ucap Dimas.
"Stefi" Ucap Stefi.
"Oh iya Stefi" Ucap Dimas.
Stefi senang akhirnya Dimas mengingatnya.
"Sendirian aja pak?" Tanya Dimas.
"Eh iya, kebetulan baru pulang dari kantor" Jawab Dimas.
"Ooo beli buat siapa?" Tanya Stefi.
"Untuk istri saya." Jawab Dimas.
Stefi agak kesal mendengar jawaban Dimas.
Mereka melanjutkan perbincangan tersebut hingga akhirnya salah satu pegawai toko itu memanggil nama Dimas.
"Saya pergi duluan" Pamit Dimas.
Dimas mengambil pesanannya kemudian ia pergi meninggalkan toko tersebut.
Setelah menempuh perjalanan satu jam akhirnya mobil Dimas berhenti di depan rumah.
Ia keluar dari mobil kemudian menghampiri istrinya yang tengah memberi makan ikan di samping rumah
"Assalamualaikum" Ucap Dimas.
Tisya yang saat itu tengah fokus langsung kaget mendengar suara suaminya.
"Astaghfirullah" Ucap Tisya dan dengan reflek ia menumpahkan wadah pakan ikan ke dalam kolam.
Ia menoleh ke arah suaminya dengan tatapan kesal.
"Kakak ih bikin jantungan aja" Ucap Tisya sambil memegang dadanya.
"Hehe maaf maaf" Ucap Dimas.
Tisya mengambil wadah pakan yang terjatuh ke tepi kolam kemudian mereka berdua masuk ke dalam rumah.
"Ikannya pasti gembira" Ucap Tisya.
"Kenapa?" Tanya Dimas.
"Dapat makan segitu banyaknya" Jawab Tisya kesal, padahal baru saja ia mengisi wadah pakan itu hingga penuh dan akhirnya semua isinya tumpah ke kolam.
"Udah, ikhlasin aja anggap saja itu rezeki mereka" Ucap Dimas.
Kini mereka berdua sudah berada di dalam rumah. Dimas masuk ke dalam kamar terlebih dahulu sedangkan Tisya menyiapkan makanan di dapur.
Ia memanasi masakannya sebentar kemudian menyajikannya di atas meja makan.
"Huhhh ternyata capek juga ya hidup tanpa ART" Sedikit keluh Tisya.
Bagaimana tidak capek, setiap pagi ia harus menyiapkan sarapan setelah itu ia juga membersihkan rumah sendirian. Walaupun rumah itu hanya ada satu lantai tapi justru rumah itu sangat luas.
Sebenarnya bisa saja Dimas membayar ART, namun Tisya tidak mau sebab akhir-akhir ini sering mendengar berita yang kurang mengenakkan tentang ART.
Setelah selesai membersihkan badannya, Dimas keluar dari kamar mengenakan kaos oblong berwarna putih serta celana pendek coklat.
Bau wangi tubuh Dimas tercium dari dapur. Tisya bisa menebak pasti sebentar lagi suaminya tiba di dapur.
"Tuh kan bener" Ucap Tisya.
"Bener apanya?" Tanya Dimas bingung.
"Hehe engga"
Tisya meletakkan satu centong nasi ke atas piring suaminya lalu mengisi dengan lauk.
"Mau sambal belut kak?" Tanya Tisya.
"Boleh, kamu dapat belut dari mana?" Tanya Dimas.
"Beli di pasar tadi" Jawab Tisya.
"Kamu ke pasar?" Tanya Dimas.
Tisya menganggukkan kepalanya.
"Sama siapa?" Tanya Dimas lagi.
"Sama Bu RT, kebetulan tadi waktu aku nyapu di depan pagar lihat Bu RT jalan, terus aku nanya mau kemana gitu, katanya Bu RT mau ke pasar, terus aku ngikut deh" Jawab Tisya.
"Naik apa?" Tanya Dimas.
"Jalan kaki" Jawab Tisya.
"Ya Allah sayang kamu ke pasar jalan kaki?" Tanya Dimas
Tisya menganggukkan kepalanya lagi.
"Ga jauh kok kak, cuma di depan" Jawab Tisya.
"Ga jauh apanya, emangnya kakak ga tahu pasarnya di mana?"
"Hehe, ga papa lagian ga tiap hari juga" Jawab Tisya.
"Iya tapi lain kali kamu jangan jalan kaki, kan ada mobil ada motor" Ucap Dimas.
"Iya ada, tapi kuncinya ga ada." Jawab Tisya.
"Ada kok" Jawab Dimas.
"Di mana?" Tanya Tisya.
"Di ruangan kerja kakak" Jawab Dimas.
"Tapi pintunya di kunci" Jawab Tisya.
"Hehe iya kakak lupa" Jawab Dimas.
Mereka berdua kemudian melanjutkan kegiatan makan malamnya. Setelah selesai makan Dimas membantu Tisya membersihkan bekas-bekas makanannya serta mencuci piring yang kotor.
Setelah semua kegiatan di dapur selesai Tisya langsung beranjak pergi ke kamar untuk mandi.
"Kakak ke depan dulu ya" Pamit Dimas
Dimas berjalan ke depan rumah menghampiri kerumuman bapak-bapak yang tengah berbincang-bincang di pos keamanan.
"Eh Pak Dimas" Sapa salah satu mereka.
"Iya pak" Jawab Dimas sambil tersenyum ramah.
Dimas mengambil kursi kosong yang ada di samping pos kemudian ikut duduk bergabung dengan mereka.
"Oh iya semalam itu keluarganya Pak Heri kemalingan"
"Apanya yang di ambil?"
"Motor, tv, sama laptop katanya"
"Iya sejak kemarin banyak berita rumah yang kemalingan, kita harus hati-hati kalau malam jangan lupa kunci semua pagar dan pintu"
"Tapi katanya rumah Pak Heri kemalingannya siang"
"Loh bukannya Bu Heri ada di rumah terus ya?"
"Iya, waktu kejadian itu Bu Heri lagi tidur siang terus lupa ga ngunci pintu pagar"
"Wahh bahaya juga ya"
"Udah-udah ga usah ngomongin maling lagi"
"Terus ngomongin apa, Jessi Bites?"
"Wahhh seru itu, semalam saya nonton berita Jessi Bites sampai dimarahin bini saya haha"
Sebagai orang baru Dimas tidak ikut berkomentar, ia hanya mendengarkan obrolan mereka saja.
"Terus ya katanya si Jessi Bites itu orang Indonesia"
"Ah masa iya"
"Iya, kemarin saya dapat info dari teman kantor saya"
Dimas hanya diam karena ia tidak tahu apa yang mereka bicarakan.
Hingga akhirnya salah satu mereka mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto Jessi Bites yang videonya tengah viral itu.
"Jessika" Ucap Dimas lirih.
Dimas bisa mengenali gambar wanita itu dengan mudah. Bagaimana tidak, ia sempat menjalin hubungan dengan wanita itu.
"Memangnya video apa yang sedang viral itu?" Tanya Dimas
"Loh Pak Dimas belum tahu beritanya?"
Dimas menggelengkan kepalanya.
"Nih pak lihat"
Dimas melihat potongan video itu sebentar kemudian mengembalikan ponsel yang ia pegang.
"Saya pamit pulang duluan ya pak, mari" Pamit Dimas.
Dimas membuka pagar rumahnya kemudian masuk ke dalam rumah.
"Gue ga nyangka Jessika menjadi sangat murahan" Ucap Dimas.
TBC
Eh itu yang bakal jadi ulet bulu kok banyak ya... Stefi dan Jesica.
lama gak up