Leona Sarasmitha tiba-tiba terbangun di dunia asing dan merasuki tubuh seorang bangsawan yang tak memiliki sihir?
Leona Arathena Castallio, di kenal sebagai sampah karena tidak memiliki sihir dan diabaikan keluarganya.
Bagaimana kehidupan nya setelah di dunia aneh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matatabi no Neko-chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Suara kicauan burung menggema dengan merdu ditambah dengan sejuknya udara pagi. Terlihat seorang gadis cantik masih bergelung dalam selimut seakan enggan meninggalkan tempat tidurnya yang empuk.
Tunggu dulu, tempat tidur empuk?
Seketika kening gadis itu mengernyit. 'Perasaan tadi aku jatuh dari pohon manggis?' Batin gadis itu.
Perlahan gadis itu membuka matanya dan menatap langit-langit kamarnya yang bernuansa vintage namun mewah. Dia melirik sekelilingnya dengan kebingungan.
Kenapa kamarnya terlihat luas dan mewah dengan perabotan antik ini? Apakah dia bertransmigrasi seperti novel fantasi yang dia baca?
Untuk memastikan, dia segera beranjak menuju sebuah cermin besar yang terletak di pojok ruangan. Seketika matanya membola kaget.
Wajah cantik dengan kulit putih seperti orang Korea dengan mata merah seindah permata ruby yang berkilau, dengan retina seperti kucing. Hidung mancung dengan bibir pink alami yang sedikit tebal.
Rambut hitam legam ikal sepunggung dengan tubuh proposional layaknya gitar spanyol.
Dia mencubit lengannya. Sakit. Ini seperti mimpi namun terasa nyata.
Dia segera melangkah mundur dan duduk di ranjang. Seketika ingatan asing memasuki kepalanya.
Dia meringis menahan sakit hingga akhirnya rasa sakit itu mereda.
Dia memasuki tubuh seorang sampah dari keluarga Duke yang bernama Leona Arathena Castallio? Ditambah dia tidak memiliki sihir sehingga diabaikan oleh keluarganya sendiri dan membawa seorang gadis yang tidak diketahui asal usulnya ke kediaman ini lalu melupakan keberadaan nya?
Oh~ Dia yang seorang pembuat onar semasa sekolah dan suka berkelahi sekaligus pecinta anime akan membalasnya berkali-kali lipat.
"Mulai hari ini tubuh ini milikku. Aku akan membuat keluargamu menerima ganjarannya. Beristirahatlah dengan tenang." Bisiknya pelan. Seketika tubuhnya terasa rilex dan ringan.
Leona melihat bekas benturan di kepalanya, seperti pemilik tubuh ini mencoba bunuh diri karena dia diasingkan di sebuah paviliun yang terletak cukup jauh dari kediaman utama Duke Castallio atau hal lainnya. Dia akan menyelidikinya nanti
Paviliun Lotus, tempat pengasingan untuk keluarga Duke yang dianggap tidak berguna. Tempat ini terlihat sederhana dan sempit bagi bangsawan, namun bagi jiwa yang merasuki tubuh Leona, bangunan ini terlihat nyaman dan tenang.
'Tok' 'Tok' 'Tok'
"Masuk!"
Seorang maid laki-laki datang membawa sebuah baskom berisi air hangat dan meletakkannya di depan gadis itu.
"Anda sudah sadar, Nona? Apa ada yang sakit?" Tanyanya bertubi-tubi. Gadis itu melihat rasa khawatir dan cemas di sorot mata pemuda itu.
"Aku tidak apa-apa. Jangan khawatir."
"Nona, lain kali jangan melakukan hal bodoh itu lagi." Ucap maid laki-laki itu dengan tegas dengan tubuh sedikit bergetar. Ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai pelayan pribadi gadis itu yang terkenal kejam.
Leona kebingungan.'Hal bodoh apa maksudnya?'
Pemuda itu mengambil sebuah handuk kecil lalu mencelupkan ke baskom yang berisi air hangat dan memerasnya. Dia menempelkan handuk basah itu ke bekas benturan yang kini terlihat membiru.
"Lain kali Anda tidak perlu menjatuhkan diri Anda dari tangga, Nona."
Leona melongo mendengar penuturan pemuda ini.
What the hell!
💠💠💠💠💠
Setelah selesai mandi, Leona segera membuka lemarinya. Seketika kepalanya terasa sakit saat melihat gaun-gaun bewarna mencolok menyakiti mata dengan banyaknya batu permata.
Dia segera mengeluarkan semua isi lemarinya, memilih beberapa gaun untuk disisakan dan sisanya akan dia jual. Leona segera mengambil sebuah gaun sederhana bewarna cokelat dan memakainya. Lalu dia menyisir rambut ikalnya dan membiarkan tergerai begitu saja.
Leona segera mengambil sebuah kertas dan pena, lalu mulai menggambar beberapa senjata lempar, seperti kunai dan shuriken.
'Tok' 'Tok'
Leona melipat kertasnya dan menyimpan dalam laci meja rias.
"Masuk!"
Terlihat seorang laki-laki berpakaian pelayan memasuki kamarnya sambil membawa nampan. Leona menatap laki-laki itu yang sibuk menata makanan dengan seksama. Parasnya cukup tampan dengan rambut cokelat serta mata cokelat yang indah.
"Siapa namamu?" Tanya Leona tanpa mengalihkan pandangannya.
"Saya Jim, Nona." Jawabnya sopan.
"Berapa lama kau bekerja disini?"
"Saya bekerja disini selama tiga bulan, Nona. Dan hari ini saya bekerja sebagai pelayan pribadi Anda."
Leona mengangguk.
"Apa tuan Duke memerintahkan mu sebagai pelayan pribadiku?"
"Benar, Nona."
Dalam ingatan Leona, tidak ada seorang pun yang mau menjadi pelayanannya, karena retina mata Leona yang mirip kucing. Mereka semua takut padanya dan mengorbankan seorang laki-laki untuk melayaninya? Sinting!
Dalam ingatan milik tubuh aslinya, dia memiliki tiga maid. Dua perempuan dan satu laki-laki.
"Tolong atur gaun-gaun itu, Jim." Ucap Leona dan memakan sarapannya.
Jim mengangguk patuh. Menurut rumor yang beredar, Leona sangat kejam dan tak segan-segan menyiksa pelayan yang tidak mematuhi perintahnya.
Leona telah selesai sarapan dan Jim telah selesai mengatur gaun-gaun milik Leona.
"Apa kau tau tempat menjual gaun-gaun bekas ini?"
"Tau Nona. Apa Anda akan pergi ke sana?"
"Benar. Tolong antar aku."
💠💠💠💠💠
Leona dan Jim memasuki sebuah toko tempat menjual gaun-gaun bangsawan.
"Selamat datang, Nona. Ada yang bisa kami bantu?" Sapa seorang wanita dengan sopan.
"Saya ingin bertemu dengan pemilik toko ini." Ucapnya ramah.
"Saya pemilik toko ini, Nona. Perkenalkan saya Countess Raymond."
"Saya Leona Arathena Castallio dan dia adalah pelayan saya, Jim. Saya ingin menjual gaun-gaun saya." Ucap Leona sopan dan Jim segera mengeluarkan koper yang berisi gaun-gaun milik Leona.
Countess Raymond mengerutkan keningnya. Leona Arathena Castallio yang terkenal sampah karena tidak memiliki sihir dan kejam itu? Sangat jarang para bangsawan mau bersikap ramah ataupun memperkenalkan pelayannya. Tapi daripada rumor itu, seketika mata Countess Raymond berbinar senang saat melihat gaun-gaun mahal yang cantik itu.
"Wah, Nona! Ini gaun-gaun indah dan jarang di jual. Apa Anda yakin ingin menjualnya?"
"Saya yakin, Nyonya. Lagipula gaun-gaun itu jarang di pakai dan beberapa masih baru. Saya menjualnya karena bosan." Jelas Leona.
"Mungkin harganya jauh lebih murah sejak terakhir Anda membelinya. Apa tidak masalah?"
"Tidak masalah, Nyonya."
Melihat penampilan Leona membuat Countess Raymond meragukan rumor yang beredar tentang Leona. Dia melihat aura istimewa dari gadis itu. Meskipun tanpa sihir, gadis itu akan menjadi orang hebat suatu hari nanti.
Countess Raymond menyuruh salah satu pegawainya mengambil tiga kantong yang berisi koin emas dan menyerahkan pada Leona.
"Terimakasih, Nyonya." Ucap Leona sambil tersenyum tulus dan berpamitan.
Setelah itu Leona dan Jim segera menuju toko alat tulis. Di sana Leona membeli sebuah kuas, tinta dan beberapa gulungan. Dia juga membeli sepuluh rim kertas jimat yang tentu saja membuat sang pemilik toko memekik senang. Karena gulungan dan kertas jimat itu tidak pernah dilirik oleh orang-orang, bahkan pemilik toko itu memberi harga yang sangat murah untuk semua gulungan dan kertas jimat itu.
"Sepuluh keping perak, Nona." Ucap sang pemilik toko. Setelah Leona membayarnya, Jim segera menawarkan diri untuk menyimpan dalam cincin ruang.
Mereka segers meninggalkan toko itu.
"Apa kau memiliki sihir?" Tanya Leona pada Jim dengan penasaran.
Jim mengangguk. "Saya memiliki magic marker, Nona."
Magic marker adalah sihir misterius. Mereka yang memiliki sihir ini dianggap tidak berguna karena sihir ini tidak diketahui rupanya seperti apa. Namun hanya sedikit orang yang memiliki sihir ini.
"Apa kau bisa membuat senjata?" Tanya Leona menatap Jim dengan penuh harap.
Jim mengangguk.
Leona segera memasuki toko pakaian dan membeli beberapa pakaian dan celana. Dia tidak membeli gaun karena terlalu ribet dan berat. Setelah selesai berbelanja mereka segera pulang.
💠💠💠💠
Leona melempar tubuhnya di atas sofa hingga terdengar bunyi gedebuk yang nyaring. Jim yang melihat kelakuan nonanya hanya bisa geleng-geleng kepala.
Rumor tentang Leona yang kejam dan suka menyiksa pelayan itu bohong belaka. Di mata Jim, Leona itu tidak memiliki sikap seperti seorang lady. Tidak ada anggun-anggunnya.
Jim segera mengeluarkan barang belanjaan Leona yang ternyata cukup banyak lalu menatanya.
Leona mengambil sebuah kertas berisi gambaran yang dilukis tadi dan mengamatinya. Setelah selesai dia memanggil Jim dan menyuruhnya duduk.
"Apa kau bisa membuat ini?" Tanya Leona sambil menunjukkan hasil gambarannya.
"Apa ini, Nona?" Tanya Jim penasaran.
"Ini shuriken dan kunai. Sangat cocok untuk menangkap burung."
Jim tidak bertanya lagi. Dia segera membuat sebuah shuriken dan sebuah kunai dengan menggunakan magic markernya.
Beberapa saat kemudian sebuah kunai dan shuriken telah selesai di buat. Leona mengambil kunai itu, mengamatinya sebentar lalu melemparkan ke dinding.
'Jleb'
Kunai itu tertancap sempurna di dinding. Jim segera berdiri dan menunduk takut.
"Wow... Senjata ini sangat bagus dan lebih kuat." Ucap Leona senang dan segera mengambil kunai itu. Tidak ada retak ataupun kecacatan pada kunainya. "Jim! Buatkan masing-masing seratus buah, ya?"
"Baik, Nona." Sahut Jim pasrah.
💠💠💠💠
Leona tengah berlari mengelilingi sebuah taman yang terletak di belakang paviliun. Terlihat keringat mengalir deras di tubuh nya yang membasahi pakaian miliknya. Suasana malam yang sepi membuatnya lebih leluasa melakukan olahraga.
Setelah selesai lari, dia melanjutkan push up, sit up dan gerakan lainnya sebanyak seratus kali. Lalu Leona memutuskan beristirahat sebentar dan kembali melakukan beberapa teknik beladiri.
Leona kemudian merebahkan diri diatas rerumputan, memandang langit malam yang bertabur bintang. Hari pertama datang di dunia aneh ini, Leona tidak berjumpa dengan keluarga pemilik tubuh ini. Dia hanya bertemu dengan pelayan laki-laki bernama Jim.
Menurut ingatan pemilik tubuh sebelumnya, Leona memiliki tiga pelayan setia, dua perempuan dan satu laki-laki. Saat dia dipindahkan ke paviliun ini, salah satu perempuan yang menjadi pelayanannya memilih mengundurkan diri, dan seorang lagi memilih bercuti.
Leona segera bangkit dari acara rebahannya dan beranjak menuju kamar tidur karena rasa kantuk yang datang mendera.
Segera Leona melempar dirinya ke tempat tidur dan terlelap seketika.
Tanpa disadari siapapun, tubuh Leona menghilang dari sana.