Zen Vessalius adalah nama yang pernah menggema di seluruh penjuru dunia, seorang pahlawan legendaris yang menyelamatkan umat manusia dari kehancuran total. Namun, waktu telah berubah. Era manusia telah berakhir, dan peradaban kini dikuasai oleh makhluk-makhluk artifisial yang tak mengenal masa lalu.
Zen, satu-satunya manusia yang tersisa, kini disebut sebagai NULL—istilah penghinaan untuk sesuatu yang dianggap tidak relevan. Dia hanyalah bayangan dari kejayaan yang telah hilang, berjalan di dunia yang melupakan pengorbanannya.
Namun, ketika ancaman baru muncul, jauh lebih besar dari apa yang pernah dia hadapi sebelumnya, Zen harus kembali bangkit. Dengan tubuh yang menua dan semangat yang rapuh, Zen mencari makna dalam keberadaannya. Mampukah ia mengingatkan dunia akan pentingnya kemanusiaan? Atau akankah ia terjatuh, menjadi simbol dari masa lalu yang tak lagi diinginkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zen Vessalius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 BANTUAN HIGH DRUID
Zen merasakan ketegangan semakin memuncak, baik di medan perang maupun dalam strategi yang sedang ia susun. Saat Eryon datang untuk melaporkan bahwa koneksi antara Lumoria dan High Druid terputus, wajah Zen langsung berubah serius. Mereka terjebak dalam situasi yang semakin terdesak, dan keterbatasan informasi membuat langkah selanjutnya semakin sulit diprediksi.
"Tidak ada cara lain?" Zen bertanya pada utusan High Druid, suaranya penuh dengan desakan.
Utusan itu menunduk, jelas tertekan oleh keadaan yang semakin sulit. "Kami memiliki cara untuk memanggil bantuan, tetapi jarak yang jauh membuat komunikasi sihir menjadi sangat sulit. Menggunakan bintang memang mungkin, tetapi tanpa petunjuk yang lebih jelas… itu sama saja dengan mencari jarum di dalam tumpukan jerami."
Zen menghela napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya. Kekuatan yang dikendalikan oleh Rokan bukanlah sesuatu yang bisa mereka hadapi hanya dengan kekuatan fisik. Diperlukan sesuatu yang lebih dari sekadar pertempuran. Mereka membutuhkan informasi yang lebih konkret mengenai ritual penyegelan dan Pilar Kehidupan.
Sementara itu, di luar, suara pertempuran semakin keras. Rokan, yang telah sepenuhnya dikuasai oleh entitas lain, semakin tak terkendali. Pasukan Ras Beast yang dibawanya pun semakin menggila, menyerang tanpa henti. Dinding pertahanan yang ada semakin menipis, dan Lumoria serta High Druid sudah tak lagi bisa menahan gelombang serangan yang datang.
Zen berbalik pada Eryon yang baru saja kembali setelah memimpin pasukan mundur ke posisi aman. "Eryon, kita harus segera menemukan cara untuk menghentikan Rokan dan entitas yang mengendalikannya. Jika kita terus bertahan dengan cara ini, kita hanya akan kalah."
Eryon mengangguk, tatapannya tajam dan penuh tekad. "Aku tahu. Kita butuh waktu untuk mencari solusinya, tetapi dengan keadaan seperti ini, waktu adalah hal yang paling berharga. Apa yang kita lakukan sekarang?"
Zen berpikir sejenak, kemudian dia memutuskan. "Kita akan ke observatorium. Jika ada cara untuk mengetahui lokasi Pilar Kehidupan, mungkin kita bisa menemukan jawabannya di sana."
Namun, keputusan itu tidak datang tanpa risiko. Perjalanan ke observatorium berarti meninggalkan garis pertahanan mereka yang rapuh, sementara Rokan masih menghancurkan segala yang ada di jalannya. Tapi Zen tahu, jika mereka ingin menghentikan kekacauan ini, mereka harus mengambil langkah berani.
"Eryon, bawa pasukan yang masih tersisa untuk mengawal kami ke observatorium. Utusan, kamu tetap di sini dan terus coba hubungi pemimpin kalian. Waktu kita semakin habis." Zen berkata dengan tegas, memimpin pasukannya ke arah observatorium yang terletak di luar kota, jauh dari pusat pertempuran.
Eryon langsung memerintahkan pasukannya untuk bersiap. "Siap, Zen. Kami akan mengawal kalian."
Sebelum meninggalkan ruangan, Zen menatap utusan High Druid satu kali lagi. "Jaga komunikasi, apapun yang terjadi. Kita akan menemukan jalan untuk menyelesaikan ini."
Zen merasakan ketegangan yang tidak bisa ia jelaskan. Jantungnya berdegup lebih kencang, terasa seperti sesuatu yang sangat buruk akan terjadi. Bahkan meskipun ia berusaha mengendalikan dirinya, rasa sakit itu semakin mendalam, seperti ada sesuatu yang merasuki dirinya dari dalam. Sensasi itu menyebar, mempengaruhi tubuh dan pikirannya.
Selvina yang berada di dekatnya merasakan perubahan itu. "Zen, ada apa?" Suaranya bergetar karena panik. Ia bisa melihat wajah Zen yang berubah, matanya terpejam seolah menahan rasa sakit yang luar biasa.
"Ada sesuatu yang... tidak beres," Zen berbisik, mencoba mengendalikan tubuhnya yang mulai terasa lemas. "Ada kekuatan gelap yang masuk ke dalam Lumoria... terasa seperti... kekuatan yang mengikat, mengancam."
Eryon yang mendekat dengan cepat merasakan aura yang sangat berbeda. Ia memandang sekeliling, mencium bau peperangan yang semakin mendekat. Namun, ada sesuatu yang lebih buruk sedang terjadi. Sesuatu yang datang dari dalam, bukan hanya dari luar.
"Tidak mungkin..." Eryon bergumam, mendapati dirinya terperangkap dalam rasa khawatir yang tak terdefinisikan. "Rokan... atau lebih tepatnya, entitas yang mengendalikannya... sepertinya tidak hanya mengancam dari luar, tetapi juga menginfeksi dalam ini."
Selvina menggenggam tangan Zen, mencoba memberikan kekuatan padanya. "Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi. Jangan biarkan apa pun mengalahkan kita, Zen."
Zen memaksakan diri untuk membuka matanya, walaupun rasa sakit itu semakin menguat. "Selvina, aku merasa seperti... sesuatu mulai menguasai tubuhku. Sesuatu yang jauh lebih kuat daripada apapun yang kita hadapi sebelumnya."
Tiba-tiba, gelombang energi gelap mulai meresap ke seluruh kota. Dinding pelindung yang dibangun oleh High Druid mulai berguncang, seolah terancam oleh kekuatan yang berasal dari dalam diri Rokan yang tidak bisa dihentikan. Aura kegelapan itu membanjiri wilayah Lumoria, dan pasukan yang masih bertahan mulai terperangkap dalam kekuatan tersebut.
Zen berusaha menahan diri, tetapi kegelapan itu mulai menguasai pikirannya. "Tidak! Aku harus bertahan!" Zen teriak, meskipun rasa sakit semakin membuatnya hampir tak bisa bergerak.
Eryon dengan cepat menyiapkan mantra pelindung untuk membantu mereka bertahan. "Zen, dengarkan aku! Kita harus bergerak sekarang, atau kita semua akan terperangkap!" Eryon mencoba memimpin, menyadari bahwa mereka harus segera keluar dari jangkauan pengaruh gelap tersebut.
Selvina mengangguk, meskipun wajahnya cemas. "Kita harus segera menemukan cara untuk menahan ini... Jika Rokan dihancurkan, entitas itu tidak hanya akan meninggalkan kekosongan—ia akan menghancurkan semuanya. Kita harus mencari cara untuk menghilangkan sumbernya!"
Zen menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk tidak terperangkap lebih dalam. "Perpustakaan... Aku harus kembali ke sana, ada sesuatu yang tertulis dalam buku itu. Ada petunjuk tentang bagaimana mengatasi kekuatan ini."
Tapi saat ia bersiap untuk bergerak, aura gelap itu semakin kuat. Tanpa peringatan, gelombang energi memancar ke sekeliling mereka, dan seluruh area sekitar Lumoria seketika menjadi kabur oleh kegelapan. Rokan yang kini tidak lagi terlihat seperti dirinya—sesosok entitas yang bahkan tidak bisa dijelaskan—melangkah semakin dekat.
Zen dan Eryon tahu bahwa waktu mereka semakin habis. Mereka harus bergerak cepat, tetapi ancaman yang datang dari dalam dan luar semakin tak terkendali. "Kami tidak punya banyak waktu," Zen berbisik dengan penuh tekad. "Kita akan pergi ke perpustakaan dan mencari jawaban itu, sekarang juga!"
Dengan tubuh yang masih terasa lemah, namun hati yang penuh dengan tekad, Zen, Selvina, dan Eryon memimpin pasukan untuk mencari jalan keluar dari ancaman yang semakin dekat. Mereka harus menemukan cara untuk mengatasi kekuatan gelap yang menguasai Rokan dan menyelamatkan Lumoria sebelum semuanya terlambat.
Zen dan pasukannya melaju menuju perpustakaan, namun perjalanan mereka semakin terhalang oleh gelombang energi gelap yang terus meluas. Setiap langkah terasa semakin berat, dan gelombang kegelapan itu mengancam untuk melumpuhkan mereka. Meskipun Zen berusaha mengendalikan dirinya, rasa sakit di dalam tubuhnya semakin mendalam, seperti sesuatu yang mencoba menguasai pikirannya. Selvina tetap di sampingnya, menggenggam tangan Zen dengan erat, memberikan dukungan meski ketegangan semakin memuncak.
"Zen, kita tidak bisa terus seperti ini," kata Selvina, suaranya dipenuhi kekhawatiran. "Kekuatan ini… terlalu kuat."
Zen menggigit bibirnya, berusaha menahan rasa sakit yang semakin menggerogoti tubuhnya. "Aku tahu, Selvina. Tapi kita tidak punya pilihan. Perpustakaan adalah satu-satunya tempat yang mungkin memiliki jawabannya."
Mereka terus maju, meskipun setiap detik terasa seperti perjuangan hidup dan mati. Eryon, yang berada di depan, dengan hati-hati memimpin pasukan Lumoria dan High Druid yang tersisa, menjaga mereka dari serangan Rokan dan pasukannya yang semakin liar. Dengan setiap langkah, suasana semakin mencekam, dan Zen merasa semakin terhubung dengan kekuatan gelap yang merasuki tubuhnya.
Tiba-tiba, mereka mencapai pintu masuk perpustakaan. Zen menatap pintu besar itu dengan napas yang tersengal. Di dalamnya, dia tahu ada sesuatu yang dapat mengubah segalanya. Namun, saat mereka hendak memasuki, kekuatan gelap itu seolah menghambat mereka, menciptakan hambatan yang semakin kuat.
"Eryon, buka jalan!" Zen berteriak, tubuhnya mulai gemetar akibat kekuatan yang menguasainya.
Eryon melangkah maju, menyusun mantra pelindung untuk membuka jalan ke dalam. "Aku akan membuka jalan, Zen! Tapi kalian harus cepat masuk!"
Dengan bantuan mantra Eryon, pintu kerajaan Lumoria terbuka, membiarkan mereka masuk ke dalam jangkauan besar yang penuh dengan sihir-sihir kuno dan artefak yang telah dipersiapkan. Namun, Zen tahu bahwa waktu mereka semakin terbatas. Setiap detik yang berlalu membuat kekuatan gelap itu semakin kuat.
Di dalam perpustakaan, Zen segera menuju ke rak yang ia ingat pernah melihat buku-buku yang bisa menjelaskan tentang Pilar Kehidupan dan cara mengatasi kekuatan gelap yang menguasai Rokan. Namun, saat ia mengulurkan tangan untuk mengambil salah satu buku, sebuah energi gelap tiba-tiba melesat keluar dari rak, menyerang mereka dengan kekuatan yang dahsyat.
"Awas!" Eryon berteriak, melindungi Zen dengan perisai pelindung yang kuat. Namun, energi itu terus mendorongnya mundur, hampir membuatnya terjatuh.
Selvina segera menarik Zen menjauh dari serangan itu. "Zen, kita harus cepat! Kita tidak bisa bertahan lama di sini!"
Zen, meskipun lemah, berusaha menenangkan pikirannya. Ia menatap rak yang masih belum terjangkau. "Aku tahu ada sesuatu di sana... sesuatu yang bisa membantu."
Dengan segenap kekuatannya, Zen memfokuskan pikirannya pada rak buku tersebut, mencoba merasakan kekuatan yang ada di dalamnya. Tubuhnya terasa terbakar, namun ia tahu, ini adalah satu-satunya kesempatan untuk menemukan jawaban yang mereka butuhkan.
Akhirnya, Zen menemukan sebuah buku yang tertutup debu tebal. Tanpa ragu, ia membuka halaman pertama dan mulai membaca dengan cepat, berusaha menangkap setiap kata. Buku itu berisi informasi tentang Pilar Kehidupan dan cara untuk menyegel kembali kekuatan gelap yang telah menguasai Rokan. Namun, ritual penyegelan itu membutuhkan lebih dari sekadar mantra.
"Ini… membutuhkan darah," Zen berkata, suara serak dan lemah. "Darah dari mereka yang memiliki ikatan dengan kekuatan ini… darah dari pemimpin ras."
Eryon dan Selvina menatap Zen dengan kebingungan. "Berdasarkan apa yang aku baca, hanya dengan darah pemimpin ras yang memiliki ikatan kuat dengan entitas gelap ini, kita bisa melakukan ritual penyegelan. Tapi, ada satu hal yang lebih mengkhawatirkan. Kekuatan itu—entitas yang mengendalikan Rokan—bukanlah hal biasa. Ini jauh lebih kuat dari yang kita bayangkan."
Zen merasa kekuatan gelap itu semakin menekan dirinya. Ia tahu, untuk menyelesaikan ini, ia harus mengorbankan sesuatu yang sangat besar.
"Zen, jangan," Selvina berbisik, tangannya gemetar. "Jangan lakukan itu. Kita akan menemukan cara lain."
Namun, Zen hanya menatapnya dengan mata penuh tekad. "Tidak ada cara lain, Selvina. Jika kita tidak bertindak sekarang, kita semua akan hilang. Aku harus melakukannya."
Dengan tekad yang semakin kuat, Zen melangkah menuju Pilar Kehidupan, yang kini berada di dalam perpustakaan. Aura gelap itu mengelilinginya, dan ia merasakan tubuhnya semakin terhubung dengan kekuatan gelap yang telah merasuki dirinya. Rokan, yang kini menjadi pelayan entitas gelap itu, berada di ambang kehancuran.
Zen tahu apa yang harus dilakukan. Ia mengambil pedang dari pinggangnya dan meneteskan darahnya di atas Pilar Kehidupan. Sebuah ledakan energi terjadi, menciptakan gelombang yang menggetarkan seluruh perpustakaan dan dunia mereka.
Selvina dan Eryon berlari mendekat, berusaha membantu Zen yang kini terjatuh lemas di dekat Pilar. Namun, mereka tahu, meskipun Zen telah memulai ritual penyegelan, ancaman besar masih menanti. Mereka harus bertindak cepat—karena waktu mereka hampir habis.
Gelombang energi yang tercipta dari darah Zen yang mengalir ke Pilar Kehidupan membuat seluruh perpustakaan bergetar hebat. Semua buku dan artefak kuno yang ada di sekitar mereka berterbangan seperti diterpa angin badai. Dalam sesaat, aura gelap itu memuncak dan mengelilingi Zen, menjadikannya pusat dari pertempuran kekuatan yang dahsyat.
Zen terjatuh ke tanah, tubuhnya gemetar hebat. Ia merasakan kekuatan itu semakin menguasai dirinya, seakan entitas gelap yang mengendalikan Rokan ingin menariknya lebih dalam. "Aku… tidak bisa… tahan…" Zen bergumam, suara terputus-putus karena rasa sakit yang mendera.
Selvina, yang melihat keadaan Zen, langsung berlari ke arahnya, menggenggam tangan Zen dengan penuh kecemasan. "Zen! Jangan biarkan itu mengalahkanmu!" teriaknya, suaranya hampir tenggelam dalam gemuruh energi yang mengguncang sekeliling mereka.
Eryon, yang merasa ketegangan semakin meningkat, segera mempersiapkan sihir pelindung dengan tangan yang sedikit gemetar. Ia tahu bahwa jika mereka tidak segera mengendalikan keadaan, semua upaya yang mereka lakukan akan sia-sia. "Zen, kau harus bertahan! Jika kau menyerah sekarang, semuanya akan hancur!" Eryon berteriak, melangkah mendekat.
Namun, Zen merasa seolah ada sesuatu yang mengekang jiwanya. Kekuatan gelap itu tidak hanya menguasai tubuhnya, tetapi juga pikirannya. Ia merasakan kesedihan yang mendalam, dan ingatannya kembali kepada kekasihnya di dunia lama yang telah meninggal. Rasa kehilangan itu seolah semakin memperdalam pengaruh entitas gelap yang berusaha menguasainya.
"Selvina… Eryon…" Zen bergumam lemah. "Aku… aku rasa… aku tidak bisa… mengendalikan… ini."
Selvina menatap Zen dengan tatapan penuh harapan. "Zen, ingat siapa dirimu. Kamu adalah raja Lumoria sekarang! Kamu lebih kuat dari ini! Jangan biarkan kekuatan ini menguasai dirimu!"
Tiba-tiba, suara aneh terdengar dari dalam kegelapan yang mengelilingi Zen, seperti suara bisikan yang datang dari jauh. "Kau tidak bisa melawan kami. Kekuasaan kami lebih besar dari yang kau bayangkan. Lumoria akan jatuh, dan kalian semua akan terhapus dari dunia ini."
Zen menggertakkan giginya, berusaha melawan bisikan itu. "Aku… tidak akan… menyerah!" teriaknya, suara itu mengandung keteguhan yang luar biasa meski tubuhnya masih lemah.
Menyadari bahwa Zen sedang berjuang melawan kekuatan yang jauh lebih besar dari yang mereka duga, Eryon bergegas mendekat dan meletakkan tangannya di kepala Zen, menyalurkan kekuatan pelindungnya yang kuat. "Zen, kau bukan sendirian! Kami di sini untuk membantumu! Jangan biarkan kegelapan itu menguasaimu."
Selvina juga ikut berdoa dalam hati, memegang tangan Zen dengan erat, memberikan kekuatan semampunya. "Zen, kami percaya padamu."
Dengan bantuan kekuatan Eryon dan kehadiran Selvina yang memberikan dorongan moral, Zen mulai merasakan sedikit kendali atas tubuhnya yang lemah. Walaupun tubuhnya masih terasa terikat oleh kekuatan gelap, pikirannya mulai menemukan ketenangan. Dia tahu bahwa satu-satunya cara untuk menghentikan ini adalah dengan memecahkan kekuatan gelap itu dari dalam dirinya.
Dengan tekad yang semakin kuat, Zen mencoba memfokuskan pikirannya pada Pilar Kehidupan yang masih bersinar dengan cahaya redup. Sekuat tenaga, ia menyatukan semua ingatannya—kehilangan, rasa sakit, tetapi juga keberanian dan harapan yang dia dapatkan dari teman-temannya dan dari dirinya sendiri. Ketika ia berhasil mengonsolidasikan semua perasaan itu, sebuah dorongan kuat muncul, memecah kegelapan yang melingkupi tubuhnya.
"Aku… akan mengakhirinya!" Zen berteriak, dan dengan itu, ia menyalurkan seluruh kekuatannya ke Pilar Kehidupan, berharap dapat menghancurkan kekuatan gelap itu dari akar-akarnya.
Pilar Kehidupan berpendar sangat terang, dan seketika itu, energi gelap yang mengelilingi mereka mulai terkikis. Namun, Zen masih merasakan tekanan besar. Rokan, yang terpengaruh entitas itu, kini tampak mendekat, semakin kuat dan berbahaya. Wajahnya kini hampir tidak bisa dikenali, seperti sosok makhluk yang lebih besar dan lebih mengerikan, dengan aura kegelapan yang mengancam untuk menghapus semuanya.
"Eryon! Selvina! Kita harus bergerak cepat!" Zen teriak dengan penuh tekad. Ia tahu, meskipun Pilar Kehidupan mulai menyerap kekuatan gelap, Rokan yang kini dikuasai entitas itu masih menjadi ancaman besar.
Eryon mengangguk dan memimpin pasukannya yang tersisa untuk mempersiapkan serangan terakhir. "Kita tidak punya banyak waktu! Segera serang, dan pastikan Rokan tidak menghancurkan kita semua!"
Selvina, yang tak ingin meninggalkan Zen, menggenggam tangannya dan berkata, "Zen, kita akan bertahan bersama. Kita tidak akan membiarkan semua ini sia-sia."
Zen merasakan kekuatan yang datang dari teman-temannya. Dengan kekuatan yang tersisa, ia memfokuskan semua energi dalam tubuhnya pada Pilar Kehidupan. Kekuatan gelap itu semakin terpecah, dan dengan dorongan terakhir, Zen berhasil menghancurkan inti kekuatan gelap yang mengendalikan Rokan.
Namun, begitu kekuatan itu hancur, sebuah ledakan besar terdengar, dan seluruh dunia terasa bergetar. Zen terjatuh ke tanah, kelelahan dan hampir tak sadarkan diri. Namun, ia tahu, meskipun mereka telah menghentikan kekuatan gelap itu, ancaman belum benar-benar berakhir.
Dengan sisa kekuatan yang ada, Zen memandang ke arah Eryon dan Selvina. "Ini baru permulaan," katanya dengan suara lemah. "Masih ada banyak yang harus kita hadapi."
Bersambung!