Leon salah satu pewaris perusahaan terbesar di Eropa. Bertemu dengan Pamela gadis sederhana yang berkerja sebagai pelayan bar. Leon menikahi Pamela karena ingin membuat mantan kekasihnya cemburu akibat meninggalkannya pergi bersama seorang pengusaha muda pesaingnya. Pamela menerima tawaran yang diberikan oleh Leon, ia pun memanfaatkan situasi untuk menukarnya dengan uang yang akan digunakan sebagai biaya pengobatan neneknya.
Sejak awal menikah Pamela tidak pernah mendapat simpatik, kasih sayang bahkan cinta dari Leon. Pria itu pergi pagi dan pulang malam hari, Leon hanya menjadikannya wanita pelampiasan. Pamela yang memang memiliki perasaan pada Leon memilih bertahan di satu sisi ia memerlukan uang Leon untuk pengobatan neneknya, batin serta raganya kerap menangis di saat suaminya tidak ada di rumah
Simak kelanjutannya dalam Novel
Penyesalan Suami : Forgive Me My Wife
Selamat Membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maciba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 - Kesalahan (revisi)
Cuaca dingin di luar tidak membuat seorang wanita dalam unit apartemen mewah bermalas-malasan dalam kamar. Dengan tangan gemetar wanita itu membersihkan pecahan gelas di lantai kamar, tak menghentikan aktifitasnya walau darah menetes dari telapak tangannya akibat tergores pecahan gelas, air mata pun menetes ikut membasahi lantai. Pamela namanya, perempuan berambut coklat dan panjang itu merupakan istri dari Aleandro Leonard Torres seorang pengusaha muda sukses yang sangat digilai seantero Spanyol terutama Kota Madrid.
Pamela menarik napas mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka dengan cukup keras, tanpa menoleh sedikit pun ia tahu siapa yang keluar dari ruangan itu. Semakin mempercepat gerakan tangannya memasukkan semua pecahan kaca ke dalam tempat sampah. Kedua tangannya bergetar, rasa sakit yang diberikan Leon sangat menyesakkan dadanya.
“Ck, lambat”, ucap seorang pria. “Cepat bersihkan, aku tidak mau ada noda sedikit pun di sini, kau mengerti?”, suara bariton pria yang selalu menorehkan sayatan luka di hatinya. Melihat tidak ada tanggapan apapun dari Pamela, pria ini mengetatkan rahangnya “JAWAB”, sentaknya.
“Baik Tuan”, cicit Pamela. Kedua kelopak matanya tertutup beberapa detik, Pamela meredam isak tangisnya dengan mengigit kuat bibir bawah. Napasnya tersengal karena tangisannya.
“APA?, kau bilang apa? Katakan dengan jelas”, seru pria itu dan merentangkan kakinya di depan mata Pamela.
“Baik Tuan”, ucap Pamela dengan suara lebih jelas.
Pria yang tak memiliki perasaan itu berjongkok dan mengapit keras kedua pipi Pamela dengan satu tangan, tersenyum smirk seraya memandang rendah wanita yang selalu menghangatkan ranjangnya. “Gunakan mulutmu dengan baik ketika bicara, paham?”, suara dingin begitu menusuk ke dada.
“Iya Tuan”, jawab Pamela menundukkan pandangannya. Kedua tangan terkepal kuat bahkan kuku menancap pada telapak tangannya, semakin menambah dalam luka sayatan akibat pecahan kaca. Dalam dirinya ingin melawan Leon tapi sayang Pamela tak memiliki kekuatan itu.
Sesuai aturan yang telah Pamela tandatangani jika ia dilarang menatap bahkan menyentuh suaminya tanpa izin. Ketika bicara pun harus selalu menurunkan pandangan matanya. Menghempaskan wajah Pamela dan mengibaskan tangannya seakan merasa jijik karena bulir keringat menempel di telapak tangannya, “Aku pergi, manfaatkan waktu sebaik mungkin sampai aku kembali”, mengusap puncak kepala Pamela sembari menghapus keringat ditangannya dan melangkah pergi meninggalkan penthouse.
“Huh”, Pamela bisa bernapas lega saat melihat suaminya keluar dari apartemen, ia pun bergegas membersihkan kotoran dalam kamar. Lalu mengobati luka di tangannya yang tak sebanding dengan torehan di hatinya.
Tubuhnya yang semakin kurus luruh dan merosot dari atas ranjang, lelah rasanya disakiti sesuka hati Leon. Pamela memandang nanar bayangan dirinya di cermin. Berulang kali Leon memperlakukan layaknya bukan manusia, ya teramat sering pria itu memaksa kehendaknya dalam bentuk apapun.
Pagi yang buruk baginya karena harus menerima amarah dari seorang Aleandro Leonard Torres atau yang lebih dikenal Leon. Pamela memasak sup tidak sesuai dengan keinginan Leon sebagaimana tertulis di jadwal. Bukan tanpa alasan wanita ini membuatnya karena persediaan bahan makanan dalam lemari yang hampir habis, tidak ada bahan-bahan untuk memasak sup yang Leon inginkan. Hingga berakhir Leon membanting keras gelas yang berisi susu dari atas nakas dan menumpahkan makanan ke lantai.
Usai membalut tangannya dengan perban, Pamela mengambil mantel yang akan digunakannya. Ia keluar apartemen bersama seorang driver yang memang Leon siapkan untuknya. Pamela hanya mengunjungi grocery store untuk membeli semua kebutuhan di apartemen, tak ingin kembali mendapat amarah hanya karena makanan, dengan cermat Pamela menghitung bahan makanan yang diperlukan. Memasukan satu per satu barang ke dalam trolly, mendorongnya penuh tenaga dan jangan lupakan bagaimana ia menahan rasa nyeri di telapak tangannya. Menghabiskan waktu selama 30 menit, Pamela harus cepat kembali ke apartemen untuk merapikan semua barang yang dibelinya. Untung saja untuk membersihkan unit apartemen itu Leon menyewa jasa seorang asisten rumah tangga yang datang setelah tuannya pergi dan pulang sebelum Leon kembali memasuki penthouse miliknya.
Pamela mengistirahatkan tubuhnya sejenak, menelepon neneknya yang berada di rumah sakit hanya untuk menanyakan bagaimana kabar wanita lanjut usia itu. Ia sangat menyayangi neneknya, keluarga yang dimiliki hanya nenek dan pamannya. Pamela yang manahan tangis karena lama tidak bertemu neneknya hanya mengulas senyum selama panggilan video berlangsung.
“Nenek sudah dulu ya, nanti aku telepon lagi”
Pamela menutup sambungan teleponnya dan menyimpan benda pipih itu di atas nakas, lalu berbaring menatap langit-langit kamar. ppAir mata kembali menetes dan tanpa ia sadari kedua matanya terpejam.
Menjelang sore hari Pamela yang terbangun dari tidur terkejut dengan kehadiran dua wanita di ruang tamu. Ketiganya saling membalas senyum kaku, sampai seorang asisten rumah tangga memberi tahu siapa dua tamu itu.
“Oh seperti itu”, tanggapan Pamela.
Wanita berambut indah ini pun digiring ke kamar mandi oleh kedua wanita yang bertugas melalukan perawatan untuk istri dari seorang Aleandro Leonard Torres. Pamela berendam dengan air hangat yang dipenuhi busa dan harum aroma terapi memanjakan indra penciumannya. Selama 2 bulan menikah dengan Leon selalu memerintahkan Pamela merawat kulit tubuhnya dari ujung rambut hingga kaki, wanita muda itu harus tampil menyenangkan hati Leon saat pagi dan malam hari dimana suaminya pulang ke apartemen. Leon tidak ingin satu debu pun menempel pada kulit Pamela atau setetes keringat. Karena wanita itu bertugas melayani Leon setiap hari, semua kebutuhannya harus di siapkan dan dipenuhi oleh istrinya.
Beres melalukan ritual membersihkan diri, Pamela memandang sendu lurus pada cerminan dirinya yang semakin cantik setelah menikah dua bulan yang lalu. Sebelumnya ia hanyalah gadis pelayan bar di Kota Madrid, berkerja malam hari dan berpenampilan terbuka setiap hari tanpa kenal kata dingin, berpenampilan seperti itu pun bukan keinginannya namun semua ia lakukan terpaksa demi mencukupi ekonomi keluarga.
Pamela tersenyum miris ketika satu persatu alat make up mulai menyentuh kulit wajahnya. Haruskah ia senang dan bangga bisa menjadi istri dari seorang Leon?, pasti diluar sana banyak wanita merasa iri padanya karena berhasil mendapatkan salah satu bujangan terbaik di Kota Madrid. Namun tidak dengan Pamela, wanita ini mendapat tekanan batin setiap hari dan hanya bisa bernapas lega ketika suaminya itu keluar apartemen. Mungkin dari luar Leon merupakan sosok sempurna dan suami idaman tapi nyatanya tidak.
“Anda beruntung nona, Tuan Muda Leon sangat mencintai anda”, puji seorang wanita yang sedang menata rambut panjang Pamela.
“Apa katanya beruntung?, mencintai?, aku tidak pernah merasa seperti itu”, batin Pamela kemudian tersenyum malas di bibirnya. “Mereka tidak tahu saja apa yang aku terima setiap hari dari Tuan Muda yang sangat arogan itu”, sambungnya dalam hati.
Sentuhan terkahir dengan pemberian pewarna bibir merah sesuai keinginan Leon. Pamela hanya bisa menelan saliva menatap jam yang melingkar pada pergelangan tangannya. Setiap menit dan detik terlewati itu artinya semakin cepat pula dirinya akan menghabiskan waktu dengan Leon.
Kedua wanita yang membantunya berias pun berpamitan karena tugas mereka selesai bahkan asisten rumah pun bersiap pulang mengingat hari sudah petang. Pamela menghembuskan napas kasar di depan cermin besar yang ada di kamarnya, masih tetap memandangi dirinya yang nampak seperti orang lain. Rambut panjang indahnya disulap bergelombang, make up tipis membuat penampilannya semakin sempurna, gaun malam membalut tubuhnya dengan sangat indah.
Tbc
../Good/
juga kelahiran putera ke dua Pamela dan Leon dilanjutin thor ditunggu juga karyamu yang lain semangat