Rahasia Dibalik Perjodohan

Siang ini semua karyawan terlihat sibuk merapikan meja dan menata ruangan sebaik mungkin,terutama ruang rapat pertemuan Presdir.

Ruang khusus yang dibuat untuk pertemuan Presdir dengan beberapa staf dan jajaran penting di perusahaan.

Begitu kira-kira yang diketahui karyawan lama di tempat ini.

Lain halnya dengan kedua gadis yang baru saja masuk setelah makan siang di kantin tadi.

Ada apa?

mengapa semua karyawan sibuk begini?

kekacauan apa ini?

apa ada masalah?

atau ada yang akan datang?

Setidaknya pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang telintas di pikiran mereka.

"Hei...ada apa ini, Ra?" Divya menunjuk ke arah para karyawan.

Yang ditanya hanya mengangkat kedua bahu,sama herannya...sama tidak tahu nya.

"Pak Anton ada apa ini?" Divya memilih menghampiri meja dan bertanya pada salah satu pegawai.

Anton yang memang dari awal menyukai Divya terlihat antusias menjawab.

"Itu mba Divya yang cantik,Presdir kita...Eh,maksudnya ,Istri Presdir mau datang"

"iiishh,apa si Pak Anton ini,di kantor saja masih curi-curi kesempatan" Divya mendengus sebal sambil menarik tangannya yang sengaja di sentuh Anton tadi.

"Hehe...maaf mba" Anton hanya cengengesan tanpa merasa bersalah ataupun canggung.Padahal Divya bisa di bilang salah satu atasannya,secara posisi di perusahaan gadis itu jauh lebih tinggi dibanding dirinya.

Presdir ?!siapa? baru saja aku menceritakannya tadi dikantin

dia sudah akan datang,apa ada yang mendengarkan ucapan ku bersama Raisa tadi ya...? Ah rasanya tidak mungkin,,kalau memang iya,siapa orangnya?

Apa tidak apa-apa nanti,secara aku tadi menyebut nya 'Presdir Ghaib'.Divya sedikit khawatir jika kedatangan Presdir yang tiba-tiba itu karena ulahnya.

***

"Ah sudah lupakan dia,menyebut namanya saja dengan bibirku ini rasanya tidak rela,apalagi mengingat nya bahkan menceritakan nya" Sudah kembali menyeruput minuman kesukaannya hingga habis kering kerontang,menyisakan beberapa butir es kecil yang sudah hampir meleleh.

"Jangan marah dong,itukan memang kenyataan..hehe" Masih belum mau mengalah juga Raisa memojokan Divya dengan pernyataan yang semakin membuatnya kesal." Hati-hati loh dari yang awalnya benci bisa jadi cinta"

"Sekarang saja sudah mulai kepikiran dia kan..?! mulai dari pertengkaran kecil,sampai beberapa kali pertemuan,sengaja atau tidak

itu nama nya jodoh, Vy.." Ucap Raisa lagi,menggoda.

"Ah diam kau !" Menutup mulut cerewet sahabatnya dengan tisu di meja kantin

"Ganti topik,jangan ngomongin dia mulu,kuping nya bisa-bisa mengeluarkan asap nanti." Divya mendengus sebal.

"Ya sudah,apa?!" Membuang kasar tisu yang ditempelkan di bibirnya.

"Tentang Presdir kita,kau tau sesuatu?

secara kamu kan kerja lebih lama dariku tau dong siapa pimpinan kita,kamu kan sekertaris nya?" memulai aksi dengan pertanyaan yang sudah sejak lama ingin di tanyakan,sudah sejak lama membuat nya penasaran.

"Presdir kita?"masih mengunyah makanannya."Dia..."

Antusias menunggu jawaban

"Siapa?" Mulai tidak sabar.

"Sabar dong seret tau" Divya sigap menyodorkan minuman Raisa kedepan mulutnya.

"Aku juga tidak tau.."

Hah..apa sih dia ini sudah baik baik ngasih minum,nungguin lama,jawabannya ...Aaaa.

" Presdir yang sekarang aku belum tau,ya karena aku juga sama dengan mu Vy,aku baru sebentar bekerja, kurang lebih 6bulanan ini,beberapa karyawan disini sih bilang, setahun yang lalu bapak Wiryawan meninggal,jabatan nya di alihkan ke anaknya,tapi berhubung anaknya itu masih kuliah di luar negri, jadi ...." Narik nafas sebentar sambil celingukan takut ada yang menguping.

"Jadi..?"

"Jadi sementara ini di wakil kan pada Adik bapak Wiryawan yaitu Pak Dito,begitu Vy..." Jelas Raisa sedikit berbisik,ia khawatir ada yang mendengarnya bergosip tentang pimpinan perusahaan.

"O.. Begitu ya,paham paham artinya Presdir kita masih belum tau,Masih Ghaib berarti ya..hehe"

Presdir Ghaib...?

"Husss kamu tuh" Menempelkan telunjuk di bibir mengingatkan perkataannya barusan.

"Eh..Maaf"

***

Divya dan Raisa akhirnya mengikuti apa yang dilakukan karyawan lain nya,membereskan meja,dan menyiapkan beberapa berkas yang mungkin diperlukan,lalu tidak lupa juga merapihkan pakaian yang dikenakannya,memastikan tidak ada yang kurang,tidak ada celah untuk di kritik sang Presdir nanti.

Setelah semua rapih,Divya menemui Raisa kembali dengan pertanyaan yang masih mengganjal di benaknya.

"Ra.. tadi Anton bilang istri Presdir yang mau datang kan? itu istri Presdir yang sekarang atau istri Almarhum bapak Wiryawan,Ra..? bertanya setengah berbisik.

"Istri Almarhum bapak Wiryawan, Divya" sedikit menekan intonasi bicara nya saat menyebut nama ibu manajer dihadapan nya itu.

"Maaf,aku kan cuman nanya"sudah kembali memasang wajah polos nya.

"Kau pernah bertemu dengan nya?"

"Pernah,dua sampai tiga kali dia ke kantor ini" menjawab dengan tangan yang masih sibuk membalas beberapa Email yang masuk ke akun perusahaan.

"lagian tadi kan aku sudah bilang kalau Presdir sekarang masih studi di luar negri"

"Ya siapa tau,dia sudah menikah gitu,walaupun masih kuliah,iya kan?" masih mengelak tak mau kalah.

"Dia itu masih single,gak kalah ganteng deh sama Tuan Haris,ya dibawah nya sedikit..hihii"

"Bukan itu yang aku tanyakan" lagi lagi mendengus sebal,hendak meninggalkan meja Raisa.

"Aku punya foto nya loh,yakin gak penasaran?"

"Tidak" menjawab cepat sambil berlalu meninggalkan sahabatnya itu yang masih tertawa geli.

bersambung....