Tunangannya sama Luna, menikahnya sama Zenata. Kok bisa?
Lalu bagaimana dengan Luna? Apakah Athala akan memaafkan Zenata atas kecelakaan ini? Atau hanya akan membuat Zenata menderita?
Kisah cinta yang rumit antara dendam dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penjahat Yang Sebenarnya
Jadwal yang ditentukan satu minggu untuk menggantikan Athala usai sudah. Hari ini Zena kembali menyandang status ibu rumah tangga. Dia sedang merapihkan dasi suaminya lalu menepuk-nepuk jas suaminya.
"Eum sayang...aku enggak mau kerja mau dirumah aja." Beginilah Athala jika sedang manja, sedari malam dia terus mendusel-dusel leher dan perut istrinya.
"Hehehe geli mas, ayo kerja kan udah sembuh. Cari uang yang banyak abi...kayaknya ummi ngidam mobil deh." Ucap Zena sembari memanyunkan bibirnya.
"Seriusan? Nanti makan siang kita ke dealer oke...pasti donk abi rajin kerjanya. Demi si utun kesayangan abi. Aku pergi ya sayang, makan yang banyak. Vitaminnya diminum, tidur juga, hmmm apalagi yah?"
Zena tersenyum manis semakin hari Athala semakin lucu di matanya, padahal dulu Athala terlihat sangar, cool dan sedikit menyeramkan. Tapi setelah menikah dan mengenalnya lebih jauh, dia semakin menggemaskan.
"Iya mas sayang...bawel banget abi. Mas juga makan yang banyak, jangan lupa shalat yah."
Athala pamit kerja dulu dan diantar oleh Zena sampai depan. Zena masuk lagi ke dalam namun ketika dia ingin masuk ke kamar ponselnya berdering dari nomor asing.
"Hallo Assalamualaikum..."
"Hai Cantik...cucuku! Apa kabarmu? Kamu semakin cantik dan s*xy nak!"
Ternyata yang menghubungi Zenata adalah kakeknya. Namun dari nada suaranya terdengar malah menggoda Zena.
Firasat Zena buruk saat itu juga, dia langsung mematikan ponselnya. "Aku harus bilang sama ibu." Dia pun langsung menelepon bu Kamila.
-
-
-
"Apa nak? Abaikan saja nak, kamu harus bilang sama suami kamu nak. Dia itu jahat Zena, dia hampir_" Bu Kamila tak kuasa melanjutkan omongannya.
"Zena tahu bu, mas Atha udah cerita semuanya. Mungkin itu sebabnya mas Atha dulu menjaga jarak sama ibu. Supaya kakek Dignata enggak bisa ketemu aku kan bu?" Ucap Zena di seberang telepon.
"Iya nak kamu benar, ibu khawatir nak sama kamu. Dia itu penjahat kela**n nak. Sudah banyak yang jadi korbannya, termasuk para pelayan dirumahnya. Ibu dan kakak kamu akan segera ke Jakarta." Ucap bu Kamila, selesai mengobrol dengan Zena, bu Kamila menceritakan apa yang terjadi pada Zalindra.
"Zal akan antar ibu besok, tapi Zal hanya bisa seminggu saja. Sekalian mengecek pembangunan proyek."
"Iya nak makasih ya sayang."
-
-
-
Hati Zena benar-benar tak nyaman dia akhirnya pergi menemui suaminya ditemani bibi dan supir. Sampai dikantor ternyata Athala masih meeting. Dia menunggu di sofa.
CEKLEK
"Sayang...mas kira datangnya siang."
Zena langsung berhambur ke pelukan suaminya dan menangis "Aku takut mas, aku enggak mau jauh-jauh dari mas. Boleh yah aku ikut kerja mas setiap hari? Aku janji enggak akan ganggu." Ucap Zena dengan isak tangisnya.
"Hey hey sayang lihat sini, coba bilang kenapa."
Zena pun menceritakan kejadian tadi dan obrolannya bersama bu Kamila. Athala mengepalkan tangannya dan mengeraskan rahangnya. Namun dia coba meredam emosinya. Athala bersumpah akan selalu melindungi istrinya.
"Jangan takut yah ada mas. Kamu boleh setiap hari ikut mas, atau mau nginap dirumah mamih?" Jawab Athala sembari membawa istrinya ke kamar pribadi yang ada diruangan itu.
"Maunya sama mas. Aku-aku enggak enak ngerepotin mamih terus mas." Sahut Zena masih dengan isak tangisnya.
"Kamu percaya sama mas kan? Mas akan selalu menjaga kamu sayang. Mas pesenin dulu makan siang yah." Athala menelepon Juna untuk memesan makanan online.
Athala paham apa yang dirasakan istrinya, pasti sekarang Zena sangat ketakutan. Ditambah dengan masa kelam ibunya. Dia mengecup bibir mungil istrinya dengan lembut, lama lama bibir Athala menyusuri leher istrinya. Dia membuka hijab istrinya dan mulai menyesapnya.
"Sayang...eugh aku enggak tahan...!"
Dia menidurkan istrinya ke kasur namun ketika mau membuka baju Zena, pengganggu datang. Dan membuat Athala kesal sekali. Siapa lagi kalau bukan Juna.
TOK TOK TOK
"Boss...ini makanannya udah siap. Boss dimana? Boss!"
"Astaga belum pernah terjun dari lantai 20 apa gimana!" Athala keluar dari kamar pribadinya, sementara Zena memakai lagi hijabnya.
"Huft! Untung dikamar, coba kalau di luar malu aku."
-
-
-
Athala memberikan nomor ponsel Dignata ke Juna. "Lacak dan temukan dia dimana. Jangan bilang papih, mengerti?"
"Oke boss! Ternyata, Dignata penjahat yang sebenarnya boss. Sudah banyak kasus dia yang lolos. Lihat ini boss." Juna memberikan flashdisk berisikan kejahatan Dignata.
"Dasar tua bangka sin ting!!! Pantas aja ayahnya Zena sifatnya seperti itu, rupanya itu didikan Dignata. Simpan ini sebagai bukti, hubungi om Evan, dan ingat papih jangan sampai tahu!" Kata Athala sembari pergi.
Athala masuk lagi ke kamar pribadinya menemui istrinya yang sedang tidur. Dia mengelus perut istrinya yang sudah sedikit membuncit "Ya Allah lindungi anak dan istri hamba." dia mencium perut Zena lama sekali lalu mencium kening istrinya.
Zena menggeliatkan badannya merasa kasurnya goyang "Sayang mau pulang sekarang aja? Kita pulang ke rumah mamih yah, mau? Disana banyak adik mas, mamih papih juga enggak kemana-mana." Athala mencoba membujuk istrinya.
Setelah berpikir agak lama, Zena pun mau kesana. "Mau mas, kalau mas enggak ada, ada Anna atau Alana yang temenin aku kan mas? Tapi sesekali aku boleh ikut mas ke kantor kan?"
"Boleh donk sayang, ini kan kantor kamu juga." Ucap Athala dengan lembut "Makasih ya mas, selalu mengerti aku."
Mereka makan siang dulu, lalu keduanya pergi kerumah mamih Aleesya, mereka sampai tak jadi ke dealer gara-gara ulah Dignata, yang membuat Zena takut.
Selama di perjalanan Zena terus berdzikir dan menatap kaca mobil dengan tatapan kosong. "Kenapa sayang?" Tanya Athala sembari mengelus kepala istrinya.
"Aku takut mas, aku...aku cuma mau deket mas Atha."
"Enggak ada yang perlu di takuti, ada Allah yang menjaga kita. Ada mas juga yang menjaga kamu. Oh iya besok ibu jadi kesini?" Tanya Athala.
"Insya Allah jadi mas, tapi enggak bisa lama mungkin semingguan kayaknya. Kan kak Zal kerja." Kata Zena.
"Iya sayang."