Hai..
Namaku Ziqiesa. kalian bisa memanggilku dengan sebutan,Zi. Aku seorang gadis cantik yang masih erat kasih sayang dari Ayah dan Ibuku. suatu hari aku tersesat ke dunia yang tidak aku ketahui. dan kasih-sayang itu masih sama adanya, tapi seakan terputus karena jarak kami yang tidak dapat di ketahui.
Aku,ingin mengajak kalian untuk ikut menemani perjalanan ini, sampai kembali pada pangkuan Ayah,dan Ibuku. bagaimana? kalian mau kan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10.Keanehan
Saat Zi membuka bingkai pintu yang terhubung ke arah taman belakang rumah kaca, ia mendapati air terjun yang di lihatnya dari balkon saat di rumah penginapan. "Kenapa sama persis dengan apa yang aku lihat tempo hari?" Zi kerutkan dahi sambil berpikir ulang,mana tau ini hanya kebetulan saja.
Kakinya melangkah, mendekati taman, bunganya yang tumbuh di pinggiran aliran air terjun yang terus mengalir dari atas sana. Zi terperangah dengan degup jantungnya berdetak lebih kencang. "Graysen? Apa yang Dia lakukan di sini?" Zi, menutup wajahnya dengan telapak tangan, tidak ingin Graysen melihatnya yang sudah di rias oleh,Jusy.
"Percuma saja di tutup,jika aku sudah melihatnya sedari tadi,bahkan sebelum kamu berganti pakaian." Suara Graysen di telinga Zi, yang kini semakin merinding di buatnya. "Ka-kau,mengintipku?" Pekik Zi sambil menunjuk wajah Graysen yang jauh lebih tinggi dari wajahnya yang mendongak ke atas dengan marah.
Pemuda itu merespon dengan senyuman tipis, sangat tipis sehingga Zi tidak menyadarinya. "Tentu saja. Sayang sekali jika harus dianggurin. Bukankah begitu Nona Zi?" Goda Graysen yang mampu menciptakan rona merah di kedua pipi,Zi.
Zi, merengut kesal. kakinya menendang udara yang berada di dekatnya. Dengan membawa langkahnya untuk menjauh dari Graysen. Zi, dibuat malu setengah mati. "Bagaimana bisa aku selengah itu dengan balok kering itu? Aku yakin dia bukan sejenis denganku, pasti dia sangat mudah untuk melakukan apapun yang tidak bisa aku melakukannya." Ulasnya dengan napas memburu. "Ck. aku tidak bisa sembarang untuk mengganti pakaian di tempat ini,bisa saja Dia masuk dan melecehkanku saat tengah berganti pakaian,kan? Ah..Ayah,Ibu, Zi rindu kalian berdua." Zi, duduk di rumput hijau tepian aliran air terjun. Menyembunyikan wajahnya di kedua belahan lututnya,dan menangis tanpa suara saat Zi teringat Alger dan Kansa.
Graysen,pandangi punggung Zi yang membungkuk dengan kepala yang berada di ceruk lututnya. Hatinya seketika di rundung oleh rasa bersalah, tiba-tiba Graysen menyesali ucapannya yang mungkin saja membuat Zi menjadi malu hingga ia menangis dalam diam. Hati Graysen terasa sesak mendengar jeritan-jeritan kecil yang lolos dari mulut Zi, karena tidak tega berlama-lama mendengar suara isakan kecil itu, Graysen memanggil Jusy untuk menghentikan tangis Zi yang semakin menjadi-jadi,Dia, tidak mau melihat wajah cantik Zi yang di lumuri ingus nantinya.
"A-ada apa yang mulia pangeran?" Jusy berdiri di belakang Graysen yang kini masih berdiri untuk pandangi Ziqiesa dari jauh. "Bujuk gadis itu,jangan biarkan gaun indah itu terkontaminasi oleh ingusnya yang bau! Cepat Jusy!" Graysen memaksa Jusy agar segera menenangkan Zi dan menghentikan tangisannya.
"Yang mulia pangeran, Anda mau kemana?" Cegah Jusy saat Graysen hendak pergi. "Mau kembali ke ruanganku saja. Kau urus anak ingusan itu!" Tanpa pikir panjang lagi Graysen segera menghilang dari tempatnya berdiri.
"Huh.." Jusy merasa terbebani oleh Graysen,dia yang notabenenya perempuan kaku,harus berhadapan dengan Zi seorang gadis yang cengeng dan cerewet. Mana paten?!
Zi, menyadari kedatangan Jusy di dekatnya. Namun ia tidak mau berhenti menangis, ingusnya sudah bertebaran di mana-mana, tidak ada kain kecil untuk melap ingusnya, terpaksa Zi gunakan lengan gaunnya saja. Hidungnya merah merekah dengan pipi yang juga ikut memerah karena menangis. Seperti Pinokio!
"Yang mulia Putri? Apa Anda tidak punya kesadaran untuk segera berhenti menangis? Suara Anda terdengar begitu cempreng sehingga yang mulia pangeran, langsung kabur tunggang langgang, saat mendengar suara isakan tangis Anda,yang mulia Putri." Jusy berujar tenang, tidak ada usapan lembut di punggung Zi, ataupun kata-kata dramatis yang mampu menenangkannya. Apa Kamu lupa Zi? Jusy itu perempuan kaku, patung manekin misterius yang seharusnya berdiri di pojokan!
"Huaa.. Kalian sama saja! Tidak berguna!" tangis Zi semakin kencang hingga suaranya membuat burung-burung kecil yang menari indah menjauh dan pergi. "Eh..?" Jusy terkejut mendengar umpatan Zi. "Ba-bagaimana ini? yang mulia pangeran!!" jerit Jusy melalui telepati, membuat ruangan Graysen menggelegar.
•••
Zi, tertidur pulas setelah puas menangis. Wajahnya masih menyisakan sedikit rona kemerahan. Jusy sudah kembali ke posisinya, berdiam diri di pojokan kamar tersebut dengan kepala yang tertunduk menatap lantai. Graysen, duduk di sisi ranjang dengan satu kakinya terangkat ke atas tempat tidur itu, tangannya bertumpu pada kakinya yang terangkat. Pandangan matanya jatuh ke arah Zi, yang terlelap dalam damai. Pakaiannya juga sudah di ganti karena lengannya basah oleh ingus yang keluar tidak mau berhenti.
"Jusy? Jika dia terbangun, jangan lupa untuk memberikan makanan lezat untuknya! Sehabis menangis dia pasti butuh makan untuk mengisi tenaga." Graysen berbicara dengan suara pelan,agar Zi tidak terganggu.
Jusy mengangguk dalam."Baik, yang mulia pangeran. Saya akan menjalankan perintah Anda dengan baik." Ulasnya dengan penuh rasa tanggung jawab.
"Hem. Bagus!" setelah mengatakan itu Graysen segera kembali ke ruangannya, jangan sampai Ayahnya datang menemuinya, namun dia sendiri sedang tidak berada di ruangan itu.
"Aku rasa manusia suka welas asih, seperti yang mulia Putri, berhenti menangis setelah di peluk dengan penuh kelembutan." Pikir Jusy. Perempuan itu berdiri sambil terus berpikir, banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benaknya. Apakah manusia itu sedikit-sedikit butuh pelukan? Apakah manusia itu hatinya serapuh kaca? Jusy menggelengkan kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing karena banyaknya pikiran-pikiran aneh yang bermunculan di benaknya.
Tertidur selama empat jam lamanya. Zi, terbangun dan masih berada di tempat sebelumnya. "Huh.. Apa yang harus aku lakukan agar bisa kembali ke rumah segi lima yang membuatku merasa sangat nyaman dan bahagia bersenda gurau dengan Ayah,Ibu." Zi, memijit pelipisnya yang terasa berdenyut.
Puas dengan pikirannya sendiri, Zi, melirik ke arah kanannya. Jusy masih berdiri di pojok ruangan rumah kaca,itu artinya Zi benar-benar mempunyai seorang pelayan setia sekarang.
"Jusy? Aku lapar."
"Baik, yang mulia Putri. Tunggu sebentar, Saya akan kembali dalam waktu dua detik." Jusy berkelebat dengan gesit, mengambil makanan yang sedari tadi di letakkan di atas meja.
"Silahkan di makan yang mulia Putri. Saya akan menyuapi Anda makan." Jusy berkata berbelit-belit. Zi, hanya tersenyum menanggapi keanehan perempuan berparas cantik namun pucat, sangat pucat itu. "Tidak perlu repot-repot Jusy, aku bisa makan sendiri. Kembalilah pada posisimu! Nanti kalau aku butuh kamu,akan aku panggil lagi." Ucap Zi sekenanya. Tidak terlalu ramah, Zi juga sedikit tidak sopan.
"Baik, yang mulia Putri. Saya akan kembali." Jusy, berjalan menuju pojokan kamar. Sepertinya itu tempat ternyaman baginya jadi dengan semangat Jusy untuk kembali berdiri di tempatnya. "Dari pada berbicara panjang lebar, lebih baik begini saja!" Batin Jusy menunduk.
Zi, menghabiskan makanannya dengan cukup lama, karena makanan yang biasa di buatkan Ibunya adalah sup kentang dan kue-kue-an, sedangkan yang tersaji sekarang adalah daging rusa yang di masak setengah matang, biasanya orang restoran menyebutnya sebagai Steak daging,mungkin!
Selesai makan yang berat-berat, Zi,memakan buah-buahan sebagai hidangan penutup, sekaligus pencuci mulut dari bau daging yang bercampur dengan bumbu-bumbu dapur.
"Apakah Anda ingin jalan-jalan sore ini yang mulia Putri? Saya bisa menemani Anda." Jusy menawarkan diri setelah selesai membereskan peralatan makan Zi, yang sudah habis.
Zi, tidak langsung menjawab. Ia, menatap ke arah Jusy sebentar, menatap kembali dan mengamati perempuan itu dari atas sampai ke bawah. Zi, benar-benar melihat ke janggalan di diri Jusy. Perempuan itu tidak menapak di lantai,dan suara langkahnya pun tidak terdengar saat berjalan. Zi, manusia yang memiliki kekuatan semenjak terlahir. Matanya tercipta cukup tajam dan dapat melihat kejadian di waktu dua hari sebelumnya. Namun, selama berada di sini, Zi, merasa kekuatannya tidak berfungsi dengan baik. Bahkan tidak berfungsi sama sekali.