Kesalahan satu malam membuat Meisya harus menanggung akibatnya seorang diri. Kekasih yang seharusnya bertanggung jawab atas kehamilannya, malah mengabaikan dan mengira kehamilan Meisya sebagai lelucon.
Meisya yang ketahuan hamil, justru diusir oleh keluarganya dan terpaksa membesarkan anaknya seorang diri. Dia dituntut untuk hidup mandiri dan kuat demi anaknya.
Sampai akhirnya, takdir mempertemukan Meisya dan Ello, mantan kekasih sekaligus ayah dari anaknya. Akankah Meisya bersedia mengungkapkan kebenaran tentang anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesalahan Semalam Bab 10
Meisya sangat menyayangi kakaknya. Melihat Mirna dihina dan dimaki oleh mertuanya, wanita itu merasa tidak terima dan ikut merasakan kesedihan yang dirasakan Mirna.
“Kak Mirna!”
Suara Meisya terdengar pelan dan bergetar, tetapi Mirna dan Rendy bisa mendengarnya dengan jelas sehingga mereka berdua pun menoleh ke arah Meisya.
Meisya mengangkat kaki dan melangkah semakin dekat dengan kakaknya untuk menyampaikan niat wanita itu untuk hidup mandiri. Dia tidak ingin membuat rumah tangga kakaknya hancur karena dirinya.
“Kamu hamil sama siapa?” tanya mertua Mirna dengan suara lantang.
Meisya tak ingin mengungkit tentang Ello lagi. Dia menatap sang kakak kemudian berkata, “Aku rencananya mau ke luar kota, Kak. Besok pagi aku berangkat setelah ambil ijazah. Aku pengen hidup mandiri.”
Wajah Meisya coba menampilkan senyum terbaiknya. Dia sudah mengemasi barang-barang dan hanya tinggal berangkat. Sekarang, dia benar-benar harus bisa hidup mandiri demi dirinya, dan juga demi anak dalam kandungan yang sama sekali tidak bersalah itu.
“Kamu mau ke mana, Sya?” Mirna balik menatap sang adik dengan khawatir.
Dari lubuk hati yang terdalam, Mirna sangat tidak rela jika Meisya meninggalkan rumahnya dalam keadaan hamil tanpa suami seperti saat ini. Hanya Meisya-lah satu-satunya keluarga yang Mirna miliki. Jika adiknya itu pergi, maka hidupnya tidak akan bisa tenang.
“Baguslah, lebih baik kamu memang pergi dari sini! Kamu itu cuma benalu yang hanya menjadi beban Rendy. Sekarang, kamu malah mencoreng nama baik kami, dasar nggak punya malu!” sahut mama Rendy yang semakin keji mengatai Meisya.
Wanita itu seolah memiliki dendam terhadap Meisya karena kematian orang tua Meisya dan Mirna yang meninggalkan banyak hutang, membuat keluarga Rendy yang harus menanggung semuanya.
“Aku sudah lulus sekolah, Kak. Rencananya aku mau ambil kursus jahit di kota sebelah. Ya, sambil aku cari-cari kerjaan juga di sana,” kata Meisya yang lebih memilih untuk menjawab pertanyaan sang kakak daripada menanggapi ocehan mama Rendy.
“Kenapa harus di kota sebelah? Kenapa nggak di sini saja?” sahut Rendy ikut menimpali.
Meisya coba menjelaskan pada Rendy dan Mirna bahwa dia sudah mengirimkan surat pendaftaran di sana karena biayanya yang lebih murah. Meisya juga menjelaskan bahwa dia sudah memiliki pandangan akan melamar kerja untuk belajar hidup mandiri.
Meski berat hati, Mirna akhirnya menyetujui keinginan adiknya itu untuk pergi esok hari. Mertua Mirna tersenyum sinis setelah berhasil menyingkirkan Meisya dari rumah putranya. Sementara Rendy, diam-diam memberikan sejumlah uang untuk modal Meisya bertahan hidup.
*
*
Pagi hari, Meisya pergi ke sekolah untuk mengambil ijazah. Dia datang ke sekolah untuk terakhir kalinya.
Semua sudut di sekolah itu seolah mengingatkannya pada Ello yang saat ini tidak bisa datang ke sekolah untuk mengambil surat tamat belajar itu. Semua tempat menyimpan semua kenangan. Meskipun Ello dan Meisya baru resmi berpacaran setahun belakangan, tetapi Ello sudah mengejar Meisya dari pertama kali mereka bertemu saat masa orientasi siswa. Jadi, bisa dibilang bahwa hubungan mereka berjalan sudah cukup lama.
Bayang-bayang masa lalu kisahnya bersama Ello di setiap sudut sekolah itu membuat Meisya tersenyum kecut. Perjuangan Ello untuk menjadi pacarnya bukan main-main. Bukan hal mudah juga untuk Ello mendapatkan cinta dan perhatian Meisya. Laki-laki itu bahkan rela mendekati teman-teman Meisya untuk mencari dukungan. Entah sudah berapa kali Ello menyuap teman-teman Meisya agar bisa membawa wanita itu pergi setelah pulang sekolah.
Sekarang, hanya karena satu kesalahan saja, hubungan mereka hancur lebur. Ello tetap pergi mengejar mimpinya, sedangkan Meisya harus bertahan dalam kerasnya hidup yang harus dia tanggung sendiri.
Semua kenangan itu hanya akan menyisakan luka yang membuat Meisya harus mengubur semuanya demi melanjutkan hidup yang lebih baik bersama anaknya.
“Sya!”
Suara panggilan yang terdengar tidak asing itu membuat Meisya menoleh ke arah sumber suara. Seorang gadis cantik yang merupakan sahabat dekat Meisya itu berjalan cepat setengah berlari untuk menghampirinya.
“Gisela!” seru Meisya dengan senyum lebar. Ini adalah kali pertama Meisya tersenyum setelah mendapati kenyataan bahwa dirinya hamil anak Ello.
“Kangen banget ya, baru ketemu hari ini, kamu susah banget diajak hangeout!” Gisela mencebik tetapi tangannya merangkul lengan Meisya dengan erat.
Hal itu membuat Meisya menertawakan tingkah sahabatnya yang terlihat kesal tapi tetap merangkulnya dengan sayang. “Memang kamu nggak sibuk siap-siap buat kuliah?” balasnya yang kemudian mengajak Gisela untuk melanjutkan langkah menuju ruang yang sudah ditentukan untuk pembagian ijazah.
“Aku malas kuliah sebenarnya. Tapi, tahu sendiri orang tuaku maksa aku buat ambil kedokteran,” jawab Gisela dengan wajah cemberut. “Oh iya, Sya. Ello nanyain kamu, katanya kalian putus ya? Kamu nggak mau balas chat dia, kenapa?”
***
Kembang kopinya jangan lupa 💋💋
tapi untuk kebodohannya luar biasa dan sangat luar biasa.
jempol terbalik buat Ello.