NovelToon NovelToon
Tetangga Gilaku

Tetangga Gilaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Teman lama bertemu kembali / Enemy to Lovers
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Karangkuna

"Meskipun aku ditodong dengan pisau, aku tidak akan pernah mau menjadi pacarnya. Kalau begitu aku permisi."

"Apa?! Kau pikir aku bersedia? Tentu saja aku juga menolaknya. Cih! Siapa yang sudi!"

Raga heran kenapa setiap kali di hadapkan pada gadis itu selalu akan muncul perdebatan sengit. Bri jelas tak mau kalah, karena baginya sang tetangga adalah orang yang paling dibencinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karangkuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13

Pondok Labu, 10 November 2010

Suasana kelas 7B di SMP Bina Bersatu ramai seperti biasa. Para siswa bercengkerama, tertawa, dan berbagi cerita sebelum bel pelajaran pertama dimulai. Bri sibuk mencatat sesuatu di buku hariannya. Rambut panjangnya yang lurus dan berkilau jatuh dengan sempurna di punggungnya, sesuatu yang selalu ia banggakan.

Sementara itu, di bangku belakangnya, Raga sedang mengunyah permen karet sambil mengobrol dengan teman-temannya. Ya, lagi-lagi mereka sekelas Raga cukup yakin entah karena ibunya atau Tante Vina yang menitipkan pesan pada sang guru agar mereka selalu berdekatan.

Raga adalah anak yang terkenal jahil di kelas, ia sering mengerjai teman-temannya dengan lelucon iseng. Namun, tidak ada yang menyangka bahwa pagi itu, keisengannya akan berubah menjadi awal dari sebuah malapetaka.

"Yo, Minta satu ya," ucal Raga sembaru mengambil satu bungkus permen karet punya Tyo teman sebangkunya.

Sambil tertawa-tawa, Raga mengunyah permen karet itu dan meniup balon kecil dari mulutnya. Namun, tanpa sengaja, balon itu pecah dan permen karetnya terlempar keluar dari mulutnya. Seolah takdir sedang bermain, permen karet itu melayang dan mendarat tepat di rambut Bri.

Bri, yang tidak menyadari apa yang terjadi karena asik menulis. Raga yang menyadari hal itu bersikap pura-pura tidak tau dan buru-buru keluar dari kelas.

Lonceng istirahat berbunyi, semua anak-anak berhamburan keluar kelas ada yang langsung menuju kantin, berlari ke kamar mandi karena sudah tidak tahan lagi ataupun sekedar bertemu dengan akan dari kelas lain.

Bri hendak keluar namun langkahnya terhenti seperti baru menyadari ada sesuatu yang lengket di rambutnya saat Gea sang ketua kelas menepuk pelan pundaknya, "Ada permen karet di rambutmu." Bri langsung  menggerakkan kepalanya dan memeriksa dengan seksama dibantu dengan Tiwi teman sebangkunya.

"Ya ampun! Rambutmu lengket semua Bri!" seru Tiwi yang kelihatan ngeri setelah nelihat kondisi rambut Bri. Bri panik, ia meraba ke belakang, rasa kaget langsung melandanya.

"Benarkah?!" serunya dengan panik.

"Ini ulah Raga, tadi aku melihatnya sendiri," ucap Gea yang masih berdiri di belakangnya tampak kasihan dengan rambut Bri. Mendengar itu, Nina langsung kesal. Ia mencoba menariknya, tapi malah semakin lengket.

Raga tiba-tiba lewat dengan wajah polos tidak berasalah menatap mereka semua. Bri menatapnya denga tatapan tajam, matanya langsung bertemu dengan Raga yang kini sedang sibuk menyeruput minuman di tangannya.

"Raga! Ini perbuatanmu, kan?!" suara Bri meninggi, membuat semua irang yang awalnua berkumpul di depan kelas kini merapat menyaksikan mereka berdua.

Raga yang awalnya terkejut, tiba-tiba tertawa kecil. "Eh, tidak sengaja! Tadi aku tidak sengaja menyungah permen karet dan tiba-tiba saja terlempar keluar," katanya dengan santai, seolah insiden itu bukan masalah besar.

Namun, bagi Bri, ini adalah bencana. Rambutnya adalah kebanggaannya, dan kini ada permen karet menjijikkan yang menempel di sana.

"Kaiu keterlaluan, Raga! Lihat ini! Aku harus bagaimana sekarang?!" Bri nyaris menangis. Tiwi mencoba membantu, tetapi semakin dicoba, permen karet itu semakin lengket di rambutnya.

"Kita harus ke UKS. Mungkin bisa dibantu di sana," usul Gea.

Bri menghela napas dalam, menahan amarahnya. Ia menatap Raga dengan penuh kebencian. "Aku tidak akan melupakan hal ini, Raga!" katanya sebelum pergi dari kelas bersama Gea dan Tiwi. Namun, Raga hanya mengangkat bahu, merasa Bri terlalu berlebihan.

Di UKS, bu Rini, petugas UKS, mencoba berbagai cara untuk menghilangkan permen karet dari rambutnya Bri. Sayangnya, karena sudah terlalu lengket, satu-satunya solusi adalah dengan memotong sebagian rambutnya.

"Maaf ya, Bri. Tidak ada cara lain," ujar bu Rini dengan lembut.

"Saya akan bilang ke orang tua saya dulu Bu," ucap Bri sedih karena solusi dari Bu Rini sangat mengagetkannya, Ia benar-benar marah pada Raga.

Saat kembali ke kelas, semua mata tertuju padanya. Beberapa anak tampak kasihan, sementara yang lain hanya diam. Raga, yang awalnya tidak merasa bersalah, kini mulai merasa sedikit tidak enak.

Namun, sebelum ia sempat berkata apa pun, Nina berjalan mendekatinya dan berkata dengan suara dingin, "Mulai hari ini, kau musuhku."

Raga terkejut, tidak menyangka Bri akan semarah itu. Namun, bukannya meminta maaf, ia justru berkata, "Ayolah, Bri. Ini hal yang sederhana, jika kau keramas nanti pasti permen karet itu akan hilang." Bri melemparkan tatapan tajam padanya.

Siang sepulang sekolah Bri yang hampir menangis menceritakan kejadian itu pada ibunya. "Sana ganti baju. Mari kita ke salon sekarang," ucap Vina sembari memperhatikan kondiso rambur anaknya yang sudah tidak tertolong.

"Tapi Bri tidak mau potong rambut Bu. Bri sayang sama rambut panjang punya Bri," ucap Bri sambil menangis.

"Nanti rambutnya Bri akan tumbuh lagi. Sudah ya jangan menangis. Bri tetap cantik meskipun dengan rambut pendek." Vina berusaha menenangkan putrinya.

Mereka pergi ke salon langganan sang ibu dan dengan berat hati sang ibu memutuskan untuk memotong oendek rambut Bri yang memang sudah tidak bisa diselamatkan.

Bri menatap bayangan wajahnya dalam cermin itu, seumur hidupnya dia tidak pernah punya rambut sependek itu, dia pun menjadi murka dan dendam pada Raga.Sejak saat itu, hubungan mereka berubah total.

Hari-hari berikutnya, permusuhan mereka semakin jelas terlihat. Bri tidak mau lagi berbicara dengan Raga, bahkan hanya untuk sekadar melihatnya pun ia enggan.

Di sisi lain, Raga yang awalnya merasa bersalah, mulai merasa kesal juga. Ia merasa Bri terlalu berlebihan dalam menyikapi insiden itu.

Karena itu, Raga pun mulai membalas. Setiap kali ada kesempatan, ia akan mengganggu Bri. Misalnya, saat pelajaran berlangsung, ia sengaja menarik kursi Bri sedikit ke belakang agar Bri terduduk dengan keras, meskipun selalu gagal karena teman-teman Bri yang tanggap selalu mengingatkan Bri untuk hati-hati.

Namun, Bri tidak tinggal diam. Ia juga mulai membalas. Saat Raga lupa membawa buku, Bri yang biasanya baik hati malah sengaja tidak meminjamkannya. Ia juga pernah menyembunyikan penghapus Raga, membuat anak itu kelimpungan saat ujian.

Seluruh kelas tahu tentang permusuhan mereka. Teman-teman mereka mulai terbagi menjadi dua kubu: tim Bri dan tim Raga.

"Aku tidak menyangka kalian bisa jadi seperti ini," kata Gea suatu hari.

"Dia yang mulai," jawab Bri ketus.

"Kau terlalu berlebihan. Lagipula itu kan hanya rambut nanti pasti akan tumbuh juga." balas Raga yang mendengar ucapan Bri.

Suatu hari, sekolah mengadakan lomba cerdas cermat antarkelas. Setiap kelas harus mengirimkan dua perwakilan. Tanpa diduga, yang terpilih mewakili kelas 9B adalah, Bri dan Raga.

"Kami tidak mau satu tim," kata Bri dengan tegas.

"Terserah! Aku juga tidak mau dengan dia!" balas Raga.

Namun bu Karen, wali kelas mereka, tidak memberikan pilihan lain. "Kalian harus kerja sama. Ini bukan tentang kalian, tapi tentang kelas kita," ujar bu Karen tegas.

Mau tidak mau, mereka pun berlatih bersama. Awalnya, latihan mereka penuh dengan adu argumen. Namun, seiring waktu, mereka mulai menyadari bahwa mereka harus memenangkan perlombaan tersebut, untuk itu Tyo dan Tiwi hadir sebagai penengah disaat mereka mulai berdebat tentang hal yang tidak masuk diakal.

Meja-meja peserta telah disusun rapi di atas panggung, masing-masing dilengkapi dengan bel kecil yang siap ditekan kapan saja. Di belakang meja, tiga tim peserta duduk dengan ekspresi tegang, seragam mereka terlihat rapi meskipun beberapa di antaranya sudah mulai berkeringat karena gugup.

Di barisan penonton, sorakan dan tepukan tangan menggema setiap kali pembawa acara menyebutkan nama tim yang akan bertanding. Beberapa siswa bersemangat mengibarkan bendera kecil dengan warna tim mereka, sementara yang lain berbisik-bisik menebak siapa yang akan menang.

Hari lomba tiba, dan berkat kerja sama mereka, meskipun diiringi dengan perdebatan kecil antara Raga dan Bri, kelas 7B berhasil menjadi juara. Saat diumumkan sebagai pemenang, Bri sangat senang dan tersenyum sumringah di sampingnya berdiri Raga yang juga dengan bangganya tersenyum sambil mengangkat bunga pemberian kepala sekolah dengan rasa senang. Bri tidak suka melihatnya dan berusaha merebut karangan bunga itu.

"Ini milikku!"

"Ini hadiah dari kepala sekolah, yang artinya milik bersama." Raga menatapnya sinis namun tetap mempertahankan senyuman manisnya.

"Aku tidak mau berbagi apapun denganmu. Dasar bodoh!" ucap Bri sambil menghentakkan kaki. Raga yang mulai kesal menarik rambut Bri yang kini sudah panjang sebahu.

"Kau yang bodoh! Dasar menyebalkan!" Raga melempar karangan bunga itu ke muka Bri dengan kasar. Dan perang mereka pun terus berlanjut.

 

1
Siska Amelia
okayy update kok dikit dikit
lilacz
dari segi alur dan penulisan membuat aku tertarik
lilacz
jgnn lama-lama update part selanjutnya ya thor
Karangkuna: terima kasih untuk dukungannya :)
total 1 replies
ulfa
wah genre favorit aku, dan ceritanya tentang enemy to lovers. ditunggu next part ya kak. semangat /Smile/
Karangkuna: happy reading, terima kasih sudah mampir :)
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!