Langit Dan Samudra

Kami masuk ke sebuah restoran, terlihat siang ini pengunjung di dalam restoran terlihat sangat ramai. Aku mengikuti langkah nona angel berjalan masuk kedalam, sebuah ruangan vvip. Mungkin dia tidak suka keramaian jadi dia memilih memesan private room hanya untuk makan siang, aku masih mengikutinya tanpa bertanya macam macam.

“Duduk sam, kamu temani aku makan siang. Dan setelah itu kita pergi ke rumah oma, perjalanan yang akan kita tempuh lumayan jauh. Jadi kita isi amunisi sebelum jalan ke rumah oma.”

Aku lihat nona angel memilih makanan yang akan dia pesan, dan Pelayan yang tadi masuk mencatat pesanan kami.

“Sam, mulai hari ini. Kamu tidak boleh memakai seragam bodygard, kamu harus memakai baju yang tadi sudah kita beli. Dan kamu tahu alasan aku memaksa kamu memakai pakaian santai dan bukan seragam, karena aku tidak ingin orang orang melihat aku berjalan dengan pengawal. Jika penampilan kamu seperti ini, aku merasa berjalan dengan seorang teman.”

Nona angel menatap penampilanku, tapi jujur aku akui jika aku lebih nyaman dengan pakaian yang nona angel pilihkan. Tapi aku yang merasa tidak enak karena seharga baju yang nona angel pilih di luar prediksi ku saat ini, aku hanya tersenyum tanpa mengatakan apapun.

“Ingat sam, jika aku bilang dan mengakui kamu sebagai kekasihku aku harap kamu ikuti sandiwara aku. Oke sam, kamu dengar tidak…?”

Aku menelan ludahku kasar, kenapa aku merasa seperti seorang boneka di mata nona angel. Aku menatap nona angel sekilas, tatapan mataku aku alihkan saat nona angel menatapku.

“Kamu jangan ge er dulu sam, aku tidak mungkin menyukaimu. Dan aku harap kamu sadar posisi kamu, kamu kerja sama aku. Dan aku bebas memerintah kamu, kamu juga harus menuruti semua keinginan aku. Tanpa terkecuali, ingat sam tanpa terkecuali.”

Mendengar ucapan nona angel rasanya hatiku sangat sakit, ternyata begini sikap dan sifat majikanku sebenarnya. Yang awal aku menyangka nona angel adalah seorang wanita cantik dan lembut, ternyata dugaan ku salah menilainya.

Aku anggukan kepalaku mengerti akan ucapnya, tak lama pelayan masuk sambil membawa pesanan kami. Dengan segera pelayan tersebut meletakkan makanan di meja kami, segera akupun memakan makanan tersebut setelah melihat nona angel menikmati makanannya.

Tak perlu membutuhkan waktu lama, kamipun selesai dengan makan siang kami. Dengan segera nona angel mengajakku ke rumah omanya yang terletak cukup jauh, kami menempuh perjalanan kurang lebih satu jam dari restoran tempat kami makan tadi.

Terlihat halaman yang terlihat cukup asri di tempat tinggal oma nona angel, seorang wanita tua berjalan menghampiri kami sambil membawa keranjang rotan di tangan kanannya.

“Angel… kamu datang sayang, cucu cantik oma.”

Aku melihat nona angel berlari menghampiri omanya, mereka pun saling berpelukan terlihat seperti sudah lama mereka tidak pernah bertemu.

“Oma sehat…? Angel kangen oma, kenapa oma tidak pernah ke rumah angel lagi. Apa gara gara oma masih marah sama papa, dan tidka mau ke rumah angel lagi.”

“Tidak sayang, oma hanya masih ingin menikmati masa tua di vila ini. Oma bosan mendengar bising nya kendaraan bermotor dan melihat orang orang yang terlihat sibuk dengan aktivitasnya , di sini lain. Tiap hari oma bisa melihat orang orang berjalan ke kebun, dan cuaca yang dingin membuat oma semakin betah di sini. Oh iya, kamu sama siapa datang ke sini…?”

“Aku sama teman aku oma, ayo aku perkenalkan dengan teman aku. Dia ada di sana…”

Aku lihat nona angel menunjuk kearah ku, mereka berjalan menghampiriku yang masih setia berdiri di samping mobil.

“Bumi…”

Aku mendengar oma nona angel memanggilku dengan nama bumi, aku masih diam dan hanya tersenyum sambil menatap wanita tua tersebut.

“Bumi… ini benar benar kamu bumi….?”

Oma mendekatiku dan tiba tiba memelukku dengan erat, aku merasakan tubuh oma bergetar, sepertinya dia sedang menangis.

“Oma.. oma.. ini bukan bumi oma, ini samudra. Dan siapa itu bumi…?”

Mendengar ucapan nona angel, tiba tiba oma melepaskan pelukannya dari tubuhku. Tatapan mata oma terlihat intens saat menatapku, tangan tua oma meraba wajahku dengan lembut. Aku merasakan tangan oma yang terasa sangat hangat dan sangat nyaman, tidka pernah aku merasakan usapan tangan hangat seperti ini.

“Samudra, jadi kamu bukan bumi. Tapi wajah kamu mirip sekali dengan bumi, apa cuma kalian hanya mirip.”

Aku melihat oma yang mengatakan jika wajahku mirip dengan bumi, dan entah siapa itu bumi aku sendiri tidak tahu.

“Siapa itu bumi oma…? Oma belum menjawab pertanyaanku.” Nona angel masih penasaran dengan siapa itu bumi, tapi sepertinya oma terlihat sangat engan untuk mejelaskan siapa itu bumi.

“Ayo lebih baik kita masuk kedalam, di dalam ada durian. Kami sangat suka durian kan angel, kita makan bersama.”

Oma meninggalkan kami dan berjalan masuk ke dalam, terlihat muka oma berubah sangat sedih. Aku juga melihat nona angel terlihat sangat kesal, karena rasa penasarannya yang belum terjawab.

“Kita masuk nona, nanti oma anda menunggu kita di dalam.”

Nona angel pun masuk ke dalam rumah oma, aku mengikutinya berjalan di belakang nona angel. Tanpa mengatakan apapun aku masuk kedalam rumah tersebut, terlihat oma yang sudah duduk di meja makan. Pelayan di rumah itu sedang menata beberpa buah di atas meja, tebakan ku jika buah tersebut adalah hasil panen kebun di belakang rumah ini.

“Ayo duduk sini angel dan juga kamu samudra, kita makan hasil panen kebun belakang.”

Oma mengajak kami makan bersama, kamipun menuruti apa yang oma perintahkan. Nona angel duduk di samping oma nya, sedangkan aku duduk di samping nona angel.

Menikmati buah hasil panen sendiri memang lebih nikmat di banding kita membelinya. Itu hanya pemikiranku, seperti buah pisang yang ada di panti. Rasanya lebih nikmat jika di makan, ketimbang beli di pasar.

Ah… kenapa aku jadi teringat akan panti ya saat melihat buah yang ada di atas meja ini, aku jadi kangen dengan suasana panti saat ini.

“Dimana tempat tinggal kamu samudra…?”

“Dia tinggal di…” aku lihat nona angel langsung memotong ucapan oma, tapi ucapan nona angel terhenti saat tangan oma memberi isyarat agar dia diam.

“Aku ingin samudra yang mengatakannya bukan kamu angel.”

Nada bicara oma terdengar sangat berwibawa, aku tidak menyangka jika oma bisa setegas itu dengan cucunya sendiri.

“Saya tinggal di panti asuhan nyonya, dan saya besar do panti tersebut.”

Aku menatap wajah oma yang berubah pias, aku semakin bingung dengan reaksi yang oma perlihatkan saat aku mengatakan yang sejujurnya.

“Siapa nama orang tua kamu, apa kamu tahu.” Tanya oma seperti layaknya orang sedang mengintegrasi.

“Maaf nyonya, saya tidak tahu siapa nama ayah atau ibu saya. Kata ibu asih, saya di temukan beliau di depan panti.”

Terlihat oma menautkan kedua alisanya setelah mendengar ucapanku, sepertinya dia terheran dengan ucapanku. Oh apa aku salah, tapi reaksi oma terlihat seperti orang yang bingung dan terlihat penuh dengan tanya.

“Bu asih itu siapa….?”

“Bu asih adalah orang yang merawat kami para yatim piatu yang di rawat di panti tersebut, dia seperti ibu bagi kami nyonya.”

Aku lihat oma mengangukan kepalanya, dia paham akan perkataanku.

“Baiklah kalau begitu lebih baik kita makan, kita nikmati buah buatan ini.” Ucap oma tiba tiba menyuruh kami makan.