NovelToon NovelToon
Bidadari Di Balik Dosa

Bidadari Di Balik Dosa

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Suami Tak Berguna
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: triani

Ini kelanjutan kisah aku istri Gus Zidan ya, semoga kalau. suka🥰🥰🥰

****

"Mas, saya mau menikah dengan Anda."

Gus Syakil tercengang, matanya membesar sempurna, ia ingin sekali beranjak dari tempatnya tapi kakinya untuk saat itu belum mampu ia gerakkan,

"Apa?" Ia duduk lebih tegap, mencoba memastikan ia tidak salah dengar.

Gadis itu menganggukan kepalanya pelan, kemudian menatap Gus Syakil dengan wajah serius. "Saya bilang, saya mau menikah dengan Anda."

Gus Syakil menelan ludah, merasa percakapan ini terlalu mendadak. "Tunggu... tunggu sebentar. mbak ini... siapa? Saya bahkan tidak tahu siapa Anda, dan... apa yang membuat Anda berpikir saya akan setuju?"

Gadis itu tersenyum tipis, meski sorot matanya tetap serius. "Nama saya Sifa. Saya bukan orang sembarangan, dan saya tahu apa yang saya inginkan. Anda adalah Syakil, bukan? Anak dari Bu Chusna? Saya tahu siapa Anda."

Gus Syakil mengusap wajahnya dengan tangan, mencoba memahami situasi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. Meminta satu kamar

Sifa duduk di atas kasur, memandangi amplop cokelat di tangannya dengan raut wajah kesal. Uang yang baru saja diterimanya dari Gus Syakil terasa begitu sedikit, jauh berbeda dari uang jajan yang biasa ia habiskan di Jakarta. Perasaan frustrasi menyergap, membuatnya menggerutu sendiri.

"Apa aku harus makan mie instan tiap hari? Astaga, ini mah hidup kayak mahasiswa ngekos, bukan putri sultan lagi..." gumam Sifa sambil menjatuhkan tubuhnya ke kasur, menenggelamkan wajahnya ke dalam bantal.

Dari balik pintu, Gus Syakil mengintip sambil tersenyum kecil. Ia sudah menduga bahwa Sifa sedang kesal, tapi ekspresi lucu istrinya membuat Gus Syakil tak kuasa menahan diri untuk menggoda. Dengan pelan, ia mengetuk pintu dan mendorong kursi rodanya masuk.

Gus Syakil tersenyum jahil, "Lho, ada apa ini? Kok malah pelukan sama bantal? Jangan-jangan lagi curhat sama bantal, ya?"

Sifa mengangkat wajah dari bantal, cemberut, "Mas, jangan ganggu! Aku lagi stres."

Gus Syakil kembali tertawa kecil, "Stres? Karena amplop itu, ya? Aku jadi penasaran, uangnya ngeluarin suara apa sampai bikin kamu segitunya?"

Sifa duduk, menatap amplopnya, "Ini tuh, Mas... uangnya dikit banget! Mana cukup buat hidup sebulan? Apa kita makan nasi sama garam aja tiap hari?"

Gus Syakil tertawa, menggeleng pelan, "Mbak Sifa, Mbak Sifa, jangan dramatis gitu dong."

"Mbak mbek, mbak mbek, memang aku mbakmu apa!?" keluh Sifa dengan kesal.

Gus Syakil kembali tertawa, "Ya gimana lagi enaknya manggil kamu."

"Emang ada apa suami yang manggil istrinya, mbak." keluh Sifa.

"Baiklah Sifa sayaaang."

"Jangan lebay...," ucap Sifa sembari melempar bantalnya ke arah syakila, beruntung syakila dengan sigap menangkapnya.

"Wong panggil sayang kok dibilang lebay." ucap syakila sembari tersenyum.

"Makanya panggilnya yang biasa-biasa aja, jangan sampai darahku benar-benar naik ke ubun-ubun."

Gus Syakil kembali tertawa, "Baiklah Sifa." ucap Gus Syakil kali ini tidak lagi mendapat protes dari sifa.

"Kita kan cuma berdua," lanjutnya, "nggak perlu makan enak tiap hari. Lagian, kalau uang segini kamu anggap dikit, coba bayangin orang-orang yang gajinya cuma segini sebulan. Mereka bisa hidup, kok."

Sifa mengerutkan dahi, "Tapi aku nggak biasa, mas. Aku tuh biasanya makan di restoran, beli skincare mahal, terus ngopi cantik di cafe. Kalau cuma segini, mau ngapain aku?"

Gus Syakil menghela napas, tersenyum, "Ya, kamu harus belajar hidup sederhana. Ini fase baru dalam hidupmu. Jangan cuma lihat nominalnya, lihat juga perjuangan di baliknya. Aku kasih nafkah ini bukan cuma uang, tapi simbol tanggung jawabku sebagai suami, meskipun kamu tahu sendiri keadaanku saat ini seperti ini."

Sifa memandang Gus Syakil, tersenyum miring, "Kamu sih gampang ngomong gitu, mas Kamu nggak harus pikirin skincare, baju bagus, atau nongkrong sama temen. Coba aja jadi aku."

Gus Syakil tertawa pelan, "Kalau aku jadi kamu, aku pasti bersyukur punya suami ganteng, pintar, dan... ya, walaupun di kursi roda, masih bisa kasih kamu nafkah yang cukup. Insyaallah."

Sifa tertawa kecil, pura-pura sebal, "Duh, Mas... narsis banget sih. Mana gantengnya coba?"

Gus Syakil tersenyum lebar, "Wah, ternyata istriku ini buta hati ya. Padahal orang-orang bilang aku ini paket lengkap—ganteng, sabar, dan pintar masak. Kurang apa coba?"

Sifa tertawa keras, melempar bantal lagi ke arah Gus Syakil, "Iya, iya... udah, deh! Jangan bikin aku tambah kesal. Tapi serius, mas... gimana caranya aku bertahan dengan uang segini?"

Gus Syakil mendorong kursi roda lebih dekat, menatap Sifa lembut, "Caranya gampang, Sifa. Mulai dari hal kecil. Belajar ngatur prioritas, belanja secukupnya, dan... belajar masak biar nggak perlu sering jajan."

Sifa terdiam sebentar, lalu mendesah, "Iya deh, aku coba. Tapi kalau aku gagal, kamu jangan marah, ya?"

Gus Syakil tersenyum mendengar ucapan Sifa, "Gagal nggak apa-apa, Sifa. Yang penting kita belajar bareng. "

Sifa tersenyum kecil, merasa lega mendengar kata-kata Gus Syakil. Meskipun masih ada rasa khawatir, ia mulai melihat sisi lain dari kehidupannya yang baru.

***

Malam ini, setelah selesai membantu syakila sholat isya', Sifa memilih kembali ke kamarnya, setelah beberapa saat, saat ia tengah asik menggulung rambutnya dengan jari, melamun di atas kasur ketika pintu kamarnya diketuk pelan. Ia mendongak, merasa aneh karena Gus Syakil jarang mengetuk pintu, lebih sering langsung masuk.

“Masuk aja, mas,” jawab Sifa dengan santai, pikirannya masih melayang entah ke mana.

Pintu terbuka perlahan, dan muncul wajah Gus Syakil yang tersenyum tipis dari balik pintu. Ia mendorong kursi rodanya masuk, menatap Sifa yang masih setengah duduk di atas kasur.

"Lagi santai kan? Aku pikir aku tidak akan menggangu," celetuk Gus Syakil, mencoba mencairkan suasana.

Sifa melirik tajam. "Memang kenapa?"

Gus Syakil mengangguk, tapi kemudian menatap Sifa dengan raut serius. " Sifa, aku mau ngomong sesuatu."

Sifa langsung duduk tegak, waspada. "Apa lagi, mas? Jangan bikin aku stres."

Gus Syakil menghela napas, "Aku mau kamu pindah ke kamar aku mulai malam ini."

Sifa melotot tidak percaya, "Pindah? Maksudnya kita tidur bareng di satu kamar?!"

"Iya." ucap syakila sembari tersenyum.

Sifa malah mulai panik, "Eh, tunggu dulu! Mas, kita kan baru menikah, nggak usah buru-buru. Lagian aku belum siap untuk hal-hal kayak... kamu tahu lah!"

syakil tertawa kecil melihat kepanikan Sifa, " Sifa, tolong tenang dulu. Jangan berpikir macam-macam dulu, deh."

Pipi Sifa memerah menahan malu, "Ya siapa tahu aja..."

Syakil pun menggelengkan kepalanya, "Alasannya sederhana, Sifa. Aku butuh bantuan. Tiap pagi, aku kesulitan kalau mau ke kamar mandi. Kamu yang tinggal di kamar sebelah susah aku panggil. Jadi, lebih baik kamu pindah ke kamarku. Biar gampang kalau aku perlu sesuatu."

Sifa mengerutkan dahinya, "Jadi... cuma itu alasannya?"

syakil pun menggangu yakin, "Iya. Tapi ini bukan permintaan, Sifa. Ini perintah."

Sifa semakin terlihat kaget, "Perintah? Mas, aku nggak mau! Aku butuh ruang pribadi."

Syakil pun tersenyum jahil, "Sifa, kamu lupa? Perintah suami itu wajib hukumnya. Kalau nggak nurut, dosa."

Sifa membuka mulutnya lebar, masih tidak percaya, "Mas, jangan bawa-bawa agama buat alasan kayak gini!"

Syakil pun kembali tertawa pelan, "Aku serius, Sifa. Lagian, ini juga demi kenyamanan kamu. Daripada kamu harus bangun tengah malam cuma buat ke kamar sebelah, kan lebih praktis kalau kamu sekamar sama aku."

"Tapi... aku nggak biasa, Mas." Sifa masih terlihat ragu.

Syakil pun menghela nafas dan menatap Sifa lembut, " Sifa, aku nggak minta banyak. Aku cuma butuh kamu ada di dekatku kalau aku perlu bantuan. Aku tahu ini mungkin nggak nyaman buat kamu, tapi aku harap kamu mau mencoba. Nanti aku bisa tidur di sofa kalau kamu keberatan jika kita tidur satu ranjang."

Tapi kan dengan kaki kayak gitu sisah pasti tidur di sofa ..., batin Sifa.

Sifa terdiam, matanya menatap ke arah Gus Syakil yang terlihat serius. Ada sesuatu dalam nada bicara suaminya yang membuat hatinya tersentuh. Meskipun ia masih merasa canggung dengan ide itu, ia tahu bahwa Gus Syakil tidak berniat memperburuk keadaan.

Sifa pun menghela nafas, "Baiklah, mas. Aku coba, tapi jangan macam-macam, ya."

Syakil pun kembali tertawa kecil, "Tenang aja, Sifa. Aku insyaallah cukup faham agama, bukan preman."

Sifa membalas dengan tatapan sinis, lalu bergumam, "Ngerti agama kok suka ngasih perintah seenaknya..."

syakil pun tertawa keras mendengar grundelan dari Sifa, "Sifa, kalau kamu mau jadi istri aku, juga harus siap sabar. ini salah satu konsekwensinya."

"Apa boleh buat," ucap Sifa tampak begitu terpaksa.

Bersambung

1
Jamil Azhari
Sifa2 aku harap jika syakil tahu biarlah dari sifa biar ngak terlalu sakit kalaupun kata cerai akan di ucapkan nanti
fee2
sifa lum tahu ya calon suami darah ya syakil yang sekarang jadi suami kamu sifa...
Adhen Idho
Kalian sudah saling cinta😁
malu 2 tapi mau🤭
saranku ya sif jujur saja kalau kamu yg nabrak syakil biar gak terlalu kecewa syakil nya
yuning
akh Sifa suami kamu butuh itu, yg peka dong
yuning
suamiku calon suami temanku yg gagal nikah wkwk
yuning: 😁😁😁😁😁
Tri Ani: mantul judulnya
total 2 replies
yuning
gak usah memaksa om, karena segala yang dipaksakan tidak akan berakhir baik
yuning
Miss you ustadz Zaki
fee2
ternyata papa sifa ada di balik semua ini... bagaimana ya sifa....
fee2
jadi zahra setiap hari dapat petuah bijak ustadz Zaki..
fee2
ustadz zaki bijak sekali....
Sri Murtini
kenapa papa jadi provokator😇😇😇
Sri Murtini: emang betul kan seharusnya didoa kan biar samawa ini nggk ,belum tahu gmn Syakil mendidik istrinya. lihat besuk hasilnya jd istri solekhah
total 1 replies
fee2
sakitnya sifa jatuh cinta kedebug love ya sifa....
yuning
luar biasa
yuning
itu jatuh cinta Sifa,kamu tuh y polos banget
Jamil Azhari
Moga sifa bisa jujur dan gus syakil bisa menerimanya
Maulana ya_Rohman
kalau di periksa jantung nya ke dokter...
pasti dokter nya mau ketawa pun harus di tahan....
krn gak mungkin juga lepas ketawa nya...
fee2
siapa ya yang liat mereka... apa ayahnya sifa yang masih memantau anaknya... atau ning husna....
yuning
siapakah dia
fee2
hayo siapa yang ulang tahun... sifa mulai kreatif....
yuning
syakil 😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!